Chapter 2 : I Know What You Did

ابدأ من البداية
                                    

Sasuke terdiam. Wajahnya terlihat tenang, tapi sorot matanya berkilat marah. Dengan rahang yang mengeras, ia berjalan mendekati Neji dan menatap gembok yang terpasang kokoh pada bagian luar pintu teralis. "Kita tidak mungkin memanjat melewati tembok luar, ada wanita bersama kita," kata Sasuke.

"Benar," Neji menyetujui. "Tembok itu terlalu tinggi untuk wanita, lagipula terlalu memakan banyak waktu untuk berjalan kesana. Aku takut jika pengawas menemukan kita."

"Lalu kita harus bagaimana?" tanya Kiba merinding ngeri.

"Aku perlu jepit rambut," kata Shikamaru tiba-tiba, mengagetkan semua orang yang berada di lorong saluran air itu.

"Untuk apa?" tanya Neji, ia mengernyit heran.

Shikamaru berdecak. Ia menunjuk ke arah pintu yang tergembok dan menjawab santai, "Membuka gembok itu tentu saja."

"Kau bisa?" tanya Kiba serius dan penuh harap.

"Entahlah," jawab Shikamaru tidak yakin. "Setidaknya kita harus mencoba, aku pernah melihatnya di serial drama detective," ia menarik napas panjang. "Jadi, apa ada yang memakai jepit rambut?" tanya Shikamaru lagi.

Sakura berjalan mendekati Shikamaru dan menyodorkan jepit rambut berwarna hitam yang dipakainya. "Apa ini bisa dipakai?" tanyanya penuh harap.

Shikamaru menerima jepit rambut itu, menimang-nimang dan menjawab, "Sepertinya bisa," ia membengkokkan jepit rambut milik Sakura hingga menyerupai sebuah tusuk konde mini. "Aku memerlukan satu jepit lagi."

"Ini," Tenten memberikan jepit rambutnya.

Tanpa banyak bicara, Shikamaru segera bekerja. Memasukkan kedua jepit rambut itu dan mencoba membuka gembok pintu. Kesunyian menyergap seketika saat Shikamaru mengerjakan pekerjaannya. Mereka khawatir, cemas, dan terlalu takut saat ini. Sepuluh menit berlalu dengan cepat, tapi Shikamaru masih belum menunjukkan tanda-tanda keberhasilan.

"Bagaimana ini?" bisik beberapa murid yang mulai panik. Sasuke melirik jam tangannya, sudah hampir jam empat pagi. Itu berarti mereka hanya mempunyai kurang dari sepuluh menit untuk kembali masuk ke asrama. Karena tepat pukul empat pagi, para penjaga asrama akan berkeliling untuk memeriksa keadaan dan berganti shift setelahnya.

"Ah, berhasil!" seru Shikamaru. Perlahan, ia pun membuka pintu teralis yang berderit karena engselnya kurang minyak.

Para remaja itu terpekik senang. Namun, segera disadarkan oleh Gaara. "Cepat kita pergi dari sini! Sebentar lagi penjaga akan berkeliling," katanya penuh penekanan. Tanpa banyak bicara, mereka pun segera keluar dari saluran air itu menuju asrama untuk beristirahat sejenak di kamar masing-masing.

Kiba menjadi pengawas keadaan saat murid-murid yang lain mengendap-endap masuk ke dalam asrama. Matanya menatap tajam sekeliling, telinganya ia pasang untuk mendengar jika ada pergerakan yang mencurigakan. Setelah semua orang masuk, ia pun dengan cepat mengikuti langkah mereka masuk ke dalam asrama.

.

.

.

Keesokan harinya suasana kelas lebih ribut dari biasanya. Naruto berjalan memasuki kelas dengan tenang padahal hatinya bersorak gembira, bahkan jika saja bisa, niscaya ia sudah berguling-guling karena bahagia saat mendengar pembicaraan salah satu siswi yang menceritakan ketakutan para murid karena ada yang telah menggembok pintu teralis saluran air tadi malam.

"Coba bayangkan apa yang akan terjadi jika kami masih ada di dalam saluran air itu saat para penjaga berkeliling sekolah," ujar salah satu siswi dengan mimik wajah yang ketakutan.

"Kalian mungkin akan diskors, yang terparah mungkin akan dikeluarkan," sahut siswi satunya lagi.

Mereka benar-benar beruntung bisa keluar dari saluran air itu, batin Naruto yang saat ini sudah duduk manis dibangkunya, membuka buku pegangan jam pelajaran pertama dan berpura-pura membaca isinya. Padahal, telinganya ia pasang untuk mencuri dengar percakapan beberapa murid lain mengenai kejadian dini hari tadi.

TAMAT - Under Coverحيث تعيش القصص. اكتشف الآن