Chapter 2

217 10 0
                                    

Chapter 2

"Apa? Ayah serius?" Icarus seperti baru saja melihat Kronos mengejarnya.

"Boleh dibilang iya. Kumpulkanlah lima orang terbaik termasuk kau. Bersiaplah. Kalian berangkat besok subuh-subuh. Aku akan memberitahu misi kalian nanti malam."

Dia tidak banyak mengoceh dan segera bergegas turun. Aku sedikit kesal karena aku hanya bisa berkomunikasi dengan mereka dari jauh. Aku sangat haus akan misi baru, namun tentu saja aku tidak bisa lagi, mengingat usiaku dan lengan kiriku yang tak lagi berfungsi dengan normal sejak 8 tahun lalu akibat terjatuh cukup keras dari sebuah helikopter.

Lalu sebuah nama melintas di kepalaku. Lennox. Mungkin ini adalah kesempatannya. Namun, aku telah berjanji kepada Glady tidak akan melibatkan Lennox sekalipun dalam pertempuran. Aku telah bersumpah demi Sungai Styx. Aku tidak mungkin melanggarnya. Kuputuskan untuk tidak mengikutsertakan Lennox dalam misi ini. Terlalu berbahaya lagipula. Ia belum matang dan belum terlatih. Kecerobohannya sungguh dapat menjatuhkannya nanti. Aku menggebrak meja sanking kesalnya akan situasi rumit ini.

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu. "Masuk." perintahku. Letnan Horatio masuk dengan tergesa-gesa. Ia terlihat gagah dalam baju perangnya, meskipun telah berumur 40 tahunan dan rambutnya sudah banyak yang berwarna putih.

"Lapor, tuan. Ada 5 pesawat tempur tidak dikenal melintas di teritori Alador. Kami sudah memperingatkan mereka untuk singgah agar dapat dicek, namun mereka tidak menjawab." cetusnya.

"Pesawat tempur jenis apa? Raven ZII?" tebakku. Raven Z11 identik dengan Mordor. Mereka banyak menggunakan pesawat jenis itu. Jika pesawat tempur ini berjenis Raven Z11, maka ada kemungkinan kami akan menghadapi musuh lagi.

Raven Z11 adalah sebuah pesawat tempur sangat canggih yang diproduksi sendiri oleh mekanis-mekanis dan ahli pesawat tempur di Mordor. Bentuknya sangat unik dan aerodinamis, ekornya seperti helikopter namun moncongnya tajam. Warnanya hitam pekat dan dilengkapi oleh senjata di setiap bagiannya. Pilotnya pun pasti merupakan orang yang terbaik dan terlatih diantaranya.

"Akan kami perbesar. Kita harus bergerak cepat. Pesawatnya berjalan sangat cepat. Kita tentu tidak ingin kehilangannya."

Aku mengangguk, lalu mendekatkan wajahku pada layar komputer. Tidak terlihat apa-apa. Semuanya berwarna hitam kela-tunggu. Ada sebuah simbol kecil di bagian ekornya. "Coba perbesar di bagian itu."

Simbol itu bergambar sebuah phoenix hitam yang diselimuti lautan api. Lambang Mordor. Sial, mereka berhasil menemukan kami.

"Siapkan regu darat di sekitar hutan dan di sekitar wilayah pusat! Dan kerahkan pesawat tempur untuk menghadangnya! Pancing mereka menjauh dari wilayah Alador, lalu tembak." perintahku cepat. Letnan Horatio mengangguk dan segera melaksanakannya.

Aku keluar dari pusat komando dan berlari ke gudang persenjataan, yang terletak tepat di seberang. Di dalam, para pasukan darat sedang bersiap-siap dan mengisi senapan mereka dengan peluru khusus yang terbuat dari perunggu langit. Aku mengambil sebilah pedang perunggu dan mengenakan baju zirah. Aku hanya bisa membawa ini, karena kediamanku terlalu jauh untuk mengambil pedang asliku.

Regu darat berbondong-bondong keluar dan segera berpencar. Beberapa membuat pos di dekat sini, sedangkan yang lain pergi ke hutan dengan formasi yang teratur. Di atas sana terlihat ledakan dimana-mana dan asap tebal yang menyesakkan napas. 1 pesawat musuh dan 1 pesawat kami jatuh bersamaan setelah bertabrakan hebat. Aku melihat pilot kami berhasil mengeluarkan diri dari pesawat, namun tidak melihat tanda-tanda pilot musuh. Mungkinkah pesawat itu dikendalikan oleh mesin? Untungnya, mereka berhasil memancing musuh sedikit keluar sehingga bangkai pesawat mendarat di padang rumput, tidak dekat dengan kediaman warga.

Dark Days Of OlympusWhere stories live. Discover now