Chapter 1

405 12 0
                                    

Chapter 1

Kami berlari secepat mungkin untuk keluar dari sini. Ini tidak seharusnya terjadi. Rencananya adalah aku berunding bersama Letnan Glady untuk membahas taktik penyerangan kepada Mordor. Icarus seharusnya sedang menunggu di luar. Glady adalah istriku sekaligus komandan perang. Icarus adalah anakku yang kelak akan menjadi penerusku. Kami seharusnya duduk dengan tenang di ruang rapat Gedung Helios, minum secangkir kopi, dan berunding. Tapi yang terjadi sekarang adalah kami terjebak dalam gedung yang hampir dilahap habis oleh api. Nyawa kami sedang berada di ujung tanduk.

"Cepat, cepat!" Aku berteriak kepada Icarus dan Glady yang tertatih-tatih lari di belakangku.

Kami masih berada di lantai 4, dan lift tidak berfungsi sama sekali. Tangga darurat, entah bagaimana, roboh hingga lantai dasar. Satu-satunya jalan keluar adalah dengan melewati tangga biasa, yang kini telah ditutupi oleh barikade api.

"Kita terlambat! Tidak mungkin kita bisa melewati perisai api ini!" cetus Glady. Dia benar. Kami tentu tidak akan mengambil risiko melompati barikade itu. Apinya terlalu tinggi. Karpet yang berada di bawah kaki kami mulai terbakar habis. Jika kami tidak menemukan jalan lain, api akan segera menjalar ke tubuh kami bertiga dan tamatlah riwayat kami.

Aku menoleh ke belakang, dan melihat hanya ada kaca. Kulihat helikopter penyelamat sudah siap di balik kaca. Sebuah ide menyeramkan sekaligus gila terlintas di benakku. Namun sebelum aku sempat menyuruh mereka melakukannya, atap gedung roboh karena api dan menimpa Glady. Ia bahkan tidak sempat melihat atap yang menimpanya, dan aku tahu bahwa ia langsung tewas seketika. Tidak ada teriakan. Tewas begitu saja. Aku bahkan tidak sanggup meneteskan air mata karena begitu tragisnya kejadian itu.

"Ibu!" teriak Icarus, hendak menolongnya. Aku segera menarik lengannya dan setengah berteriak, "Ia sudah pergi. Tidak ada gunanya." Aku sangat terguncang dengan kematian Glady, namun kini kami harus segera keluar.

"Sekarang dengarkan aku", lanjutku, "kau lihat kaca itu?"

Wajah Icarus segera memucat. "Ti..tidak..jangan katakan Ayah akan..."

Aku memegang kedua bahunya dengan tegas. "Mikael, kita harus melakukan ini. Demi ibumu. Demi Letnan Glady Blackwood."

Icarus mengangguk penuh keberanian dan amarah yang membara. "Baik."

"Tiga....dua....satu!" Aku dan Mikael berlari bersama-sama dan terjun bebas ke bawah dengan memecahkan kaca. Semuanya terasa menjadi adegan slow-motion. Aku mendengar baling-baling helikopter yang berdesing di bawahku, yang akan membelah tubuh kami menjadi dua. Dengan refleks cepatku, aku segera menarik Mikael dan berguling di udara menjauh dari baling-baling tajam itu. Tangan kananku berhasil mencengkeram pijakan helikopter, dan tangan kiriku tidak melepaskan tangan Mikael yang mungil.

Tim penyelamat segera menarik kami masuk, dan helikopter pun berbalik. Namun sebelum helikopter itu sempat berbalik sempurna 180 derajat, gedung Helios meledak dan memuntahkan banyak puing-puing dan runtuhan gedung yang masih terbakar oleh api. Salah satu mengenai bagian belakang helikopter, dan membuatnya lepas kendali. Alarm darurat berdengung keras, dan aku segera tahu bahwa beberapa detik lagi kami semua akan jatuh menyambut ajal. Untuk saat ini, dewa-dewi tidak berbuat apa-apa untuk membantu kami.

"Lompat keluar! Cepat!" teriak pilot di depan. Namun tidak ada parasut yang tersisa. Semuanya telah hangus terbakar di bagian belakang helikopter. Di dalam ada tiga orang, dan ditambah dua orang pilot, serta aku dan Icarus. Jarak antara helikopter dengan tanah tinggal beberapa meter lagi. Tujuh orang tidak bisa diselamatkan sekaligus.

Aku dan Icarus lompat terlebih dahulu. Aku melindungi Icarus dengan menatapkan tubuhku terlebih dahulu ke tanah. Tubuhku menjadi kejang seketika, dan aku tidak bisa menggerakkan tangan atau kaki atau bahkan kepalaku sama sekali. Telingaku berdengung, dan pandanganku menjadi kabur.

Dark Days Of OlympusKde žijí příběhy. Začni objevovat