Part 3 - Trap Creation

Start from the beginning
                                        

"Jaga kesehatan ya, Bu," sambung Hweji memutus panggilan.

Apa aku tidak salah lihat? Oh, ayolah Hweji... kau terlalu memikirkan dia hari ini, batin Hweji masih tak percaya.

"Nona Hweji, ini pesananmu," ujar seorang pelayan.

Namun tampaknya gadis beriris kastanye itu terlepas dari dunia nyata hingga sang pelayan menyentuh bahu Hweji. "Nona Hweji?" panggilnya pelan.

"Ah, i―iya?" sahut Hweji terperangah. Ia menyunggingkan senyum menerima pesanannya. "Terima kasih."

Sebelum Hweji bangkit dari duduknya, Hweji tercekat bertatapan dengan iris ebony yang melihat ke arahnya dengan sorot tak terbaca. Benar Hweji, itu benar-benar dia! batinnya.

Hweji bergegas pergi dari kafe tanpa menoleh lagi. "Kenapa dia jadi ada dimana-mana? Dia membuatku takut," gumam Hweji sendiri.

Hweji berjalan sambil pikirannya mengawang bertanya-tanya. "Dia pasti sedang mendekati target barunya," simpul Hweji lalu tertawa kecil. "Ah, sudah sangat jelas. Kenapa aku terus memikirkan pria es itu."

Hweji mengayun langkah ringan menuju apartemennya, tak sabar menonton film yang ia tunggu-tunggu sejak bulan lalu.

Sesampainya di apartemen, Hweji mengetikkan beberapa digit kode akses. Ia melangkah masuk, tapi seseorang menahan lengannya membuat ia menoleh.

"K―kau?" gumam Hweji dengan mata membulat sempurna. "Kau menguntitku?" tanyanya tak percaya.

Kyuhyun bergumam mengiyakan. "Pria es yang kau takutkan ini menguntitmu," balasnya penuh penekanan.

"A―ah." Hweji menggaruk lehernya yang tidak gatal, salah tingkah karena ketahuan meracau tak jelas. "Ada apa lagi? Bukankah sudah kukatakan―"

Kyuhyun membungkam ucapan Hweji dengan jarinya. "Kau masih memiliki waktu berpikir."

Hweji menghela napas panjang. Mendengar kepercayaan diri pria di depannya membuat ia putus asa.

"Boleh pinjam ponselmu, Nona?" pinta Kyuhyun.

Hweji menggeleng tanpa berpikir. Ia menggenggam ponselnya erat. "Tidak mau..." gumam Hweji takut-takut.

Menunggu dan bersabar bukanlah Cho Kyuhyun. Tapi, ia mampu melakukannya untuk seorang gadis yang sudah menghancurkan citranya sebagai 'Most Wanted Man'. Kali ini, Hweji menguji kesabarannya lagi.

"Kau mau aku mengambilnya dengan caraku?" tanya Kyuhyun penuh makna.

Hweji mengernyit bingung, ia bergeming.

Kyuhyun membuang napas kasar. Kemudian kakinya perlahan bergerak maju. Iris ebony Kyuhyun mengunci iris kastanye Hweji yang terang, melihat kepolosan dalam tatapannya membuat ia ingin merengkuh dan menguasai gadis itu dalam kungkungannya.

"A―aku akan m―memberikannya!" putus Hweji panik, tangannya menyodorkan ponsel miliknya secara cuma-cuma.

Satu tarikan tipis muncul di sudut bibir Kyuhyun, sangat samar hingga orang lain tak akan sadar.

Diam-diam Hweji menghela napas lega saat Kyuhyun membatalkan aksinya lagi. Dada Hweji berdebar setiap pria itu menatapnya intens dan mulai mendekat. Dia memiliki aura intimidasi yang kuat! pikir Hweji. Ia takut lupa diri seperti kejadian siang tadi di kantor, karena ia sadar bahwa Kyuhyun memiliki pesona yang tak bisa diabaikan begitu saja.

Hweji meneliti penampilan Kyuhyun yang tak lazim. Seluruh barang yang melekat di tubuh pria itu seharga apartemennya tinggal. Jadi, jelas saja kalau Hweji takut. Member Patton Prive, naik ke lantai direksi, barang-barang mewah... Hweji menertawakan dirinya sendiri dalam hati. Bodoh sekali kalau ia berpikir Kyuhyun adalah seorang penjahat atau psikopat. Hweji takut terjebak dalam masalah jika berurusan dengan orang yang memiliki kuasa kuat.

Hweji menerima ponselnya kembali. Ia sibuk bergumul dengan pikirannya sendiri sampai tidak tahu apa yang dilakukan Kyuhyun pada ponselnya. Melihat pria itu tidak pergi, Hweji buru-buru berbalik masuk ke apartemennya. Tapi, sebuah lengan besar menahan langkah Hweji di pintu.

Hembusan napas hangat membelai permukaan kulit Hweji dengan lembut. Dekapan di perutnya mengerat seiring tubuh atlestis menyentuh punggungnya rapat. Napas Hweji terasa berat dalam posisi tanpa jarak. Bukan karena ia sesak, melainkan keintiman ini membuat debaran jantung Hweji menggila.

"A―apa yang k―kau lakuk―" Hweji menggigit bibirnya tak kuasa menuntaskan kalimat yang belum selesai.

Hidung mancung Kyuhyun menyentuh perpotongan leher Hweji hingga ke bahu, membaui aroma alami tubuh gadis itu yang sensual. Kyuhyun mengecup di sana lama lalu menghisapnya penuh kelembutan.

Hweji menggeliat kecil. Panas di sekitar mereka, Hweji tidak tahu berasal dari tubuhnya atau dari udara. Yang jelas, setiap kali mereka sedekat ini, Hweji merasa panas dan terbuai.

Mengetahui Hweji masih bersikukuh dengan penolakannya, Kyuhyun enggan berbuat lebih jauh meskipun ia mampu. Pertama, Hweji masih dalam lingkaran orang yang ia kenal. Kedua, ia bisa dijatuhi pasal pemerkosaan kalau melakukannya dengan paksaan, sangat tidak lucu.

Kyuhyun melepaskan bibirnya dari perpotongan leher Hweji, menciptakan suara decapan yang menggoda pendengaran. Ia menghela napas merasakan celananya mengetat.

"Pikirkan tawaranku, Hweji. Tubuhmu bahkan tidak menolakku," bisik Kyuhyun dengan napas memberat.

Mendengar itu, kesadaran Hweji kembali penuh. Ia berusaha melepaskan dekapan Kyuhyun dan beringsut menjauh.

"T―tidak!" sanggah Hweji tergeragap.

Satu alis Kyuhyun naik samar, bibirnya menyeringai tipis mengamati Hweji lekat-lekat. Bagaimana iris kastanye itu membesar, pipi itu merona, pertahanannya lengah, Kyuhyun puas berhasil membuat Hweji masuk dalam perangkapnya.

Kyuhyun menunjuk leher Hweji. "Benarkah?"

Hweji mengerjap, dengan sigap membuka kamera ponselnya dan berkaca. Hweji menahan napas tak dapat menutupi keterkejutannya, ia membulatkan mata sempurna menatap Kyuhyun yang menyeringai senang.

***

Mentari bangkit dari peraduan menyambut pagi. Cahayanya menyelusup masuk melalui jendela membias ke wajah cantik seorang gadis yang masih bergelung nyaman dalam selimut tebal. Bulu matanya yang lentik, garis hidungnya yang tajam, dan bibirnya yang merah adalah representasi sempurna dari putri dalam cerita dongeng, kecantikan yang nyaris tidak nyata.

Suara dering mulai mengusik tidur gadis itu yang lelap. Tubuhnya menggeliat malas tak berniat bangkit dan membuka mata. Satu menit berlalu, suara itu belum juga berhenti, membuatnya terganggu dan menghilangkan kantuk. Keningnya mengernyit, bulu mata lentiknya perlahan membuka menampakkan iris kastanye yang memukau.

"Kenapa alarm bunyi di hari minggu..." gumamnya dengan suara khas bangun tidur.

Dalam keadaan setengah sadar, ia meregangkan tubuhnya meraih jam mini yang terletak di atas nakas. Sudah mati, pikirnya sadar.

Deringan itu ternyata berasal dari ponsel di ranjang sebelahnya yang kosong. Ia melenguh malas, terpaksa bangun melihat nama yang memanggilnya di layar ponsel.

"Cho Kyuhyun?" gumamnya dengan kening mengernyit bingung.

Disaat yang sama, bell apartemen berbunyi...

My Opiate [REVISI]Where stories live. Discover now