Dia pikir dia siapa berani nyuruh seenaknya.

*

Begitu Aurora masuk rumah, dia temukan bunda, Amara dan Shafira sedang bercanda heboh di belakang rumah. Memetik belimbing. Aurora mencibir, ini pasti ulah si Amara. Dia 'kan demen banget sama belimbing. Kampret emang, dateng ke rumah orang ngga bawa oleh-oleh malah ngerampas hasil bumi orang.

Aurora menghampiri mereka dan mengeplak kepala Amara dari belakang.

"Aw ... aw. Apa-apaan sih, Rang?" Amara kesakitan dan memegangi kepalanya yang dikeplak Aurora.

"Lo ya, balik dari Belanda kaga bawa oleh-oleh. Malah ngerampok rumah orang pula. Gue laporin Om Ziko kalau anaknya ngga tahu diri."

Amara yang diomeli oleh Aurora malah melipir mendekati bunda Aurora dan mengadu padanya, "Tante, si Ara jahat Tante. Masa aku mau minta belimbing aja dia pelit amat." Adu Amara dengan memasang wajah memelas yang akan membuat orang gemas.

"Dek, kamu tuh pelit amat sih. Belimbing juga ayah yang nanem ini," jawab bunda sambil mengelus-elus kepala Amara.

Amara meleletkan lidah ke arah Aurora yang dibalas dengusan. Dan mereka melanjutkan memetik belimbing lagi dengan galah mengabaikan Aurora yang kesal sendiri.

Pandangan Aurora tertumbuk pada Shafira. Anak itu sedang berjongkok memerhatikan kelinci-kelinci yang memang dilepas bebas di halaman belakang rumah. Tampak Shafira ingin sekali memegang kelinci itu, tapi begitu tangan diulurkan lalu cepat-cepat ditarik. Begitu terus sampai beberapa kali.

Bahu Aurora ditepuk oleh bunda yang ternyata sudah selesai memetik belimbing. Tak sadar dia sudah memerhatikan Shafira lama.

"Dek, ikut Bunda yuk. Kita bikin rujak. Biar Shafira sama Amara dulu."

Aurora mengangguk dan mengikuti Bundanya menuju dapur. Meninggalkan Shafira dan Amara yang beralih memetik jambu air.

"Dek, Shafira itu kenapa?" tanya bunda langsung begitu mereka berdua tiba di dapur.

"Emang kenapa Bunda?"

"Dia mysophobia?"

"Hah? Dia punya phobia, Bun? Bunda serius?"

"Kalau dari perilakunya sih iya, Dek. Ya Bunda yakin, Dek." Bunda memerhatikan Aurora yang tampak masih kaget. Bunda sentuh tangan Aurora dan lantas melanjutkan bicara, "Dia itu siapanya kamu, Dek?"

"Bun, kita bisa tolong dia?" Aurora menerawang. Masih terlalu kaget bahwa Shafira ternyata penderita mysophobia, tapi itulah yang diyakini Bundanya.

"Kita bisa tolong, asal ..." Bunda menggantungkan kalimatnya, "Asal dia mau ditolong."

***

Alyn berkali-kali menengok jam di tangannya. Kode yang dia harap dipahami oleh Antariksa. Tapi yang diberi kode cuek saja dari tadi dan masih sibuk menulis entah apa di jurnalnya.

"Aksa, kamu mau pulang jam berapa?"

"Pulang dulu aja," balas Antariksa.

"Seirusan kamu ngga mau jalan sama aku? Seriusan kamu ngga mau ngerayain jadian kita?"

Sejak satu jam yang lalu Alyn terus saja menanyakan pertanyaan yang sama. Membujuk dirinya untuk pergi berdua sekedar jalan-jalan merayakan officially mereka. Yang akhirnya Antariksa jawab dengan, "Perlu?" tanyanya tanpa mengalihkan perhatian dari bukunya.

"Ya ampun Sayang, kamu itu kaya gitu kok pakai ditanyain sih. Ya perlu dan wajib banget lah."

"Esensinya apa?"

CompliantwinWhere stories live. Discover now