7 (end )

24.6K 247 6
                                    

"........."

"Sura, kau mungkin bisa bicara dulu berdua dengannya?" Ujar Youngjae. Malu. Mengapa Youngjae harus melihat dan mendengar hal ini?

"Ah, kau benar. Kupinjam dia sebentar. Terimakasih!" Himchan menarikku begitu saja, membawaku pergi keluar dari kedai.

"Yak! Lepaskan aku!" Bentakku, tapi Himchan tidak mendengarku.

"Lepaskan aku! Apa kau tidak dengar?""Dia orang baik yang kau maksud?" Tanya Himchan tiba-tiba dengan nada datarnya. Dia lalu melepaskan genggamannya

."Ya, dan kau menghancurkan segalanya. Apa kau sadar? Jangan biasakan lidahmu bicara yang tidak-tidak! Kalau dia menyangka ada hubungan di antara kita, bagaimana?!"

"Jadi tidak ada?" Himchan membalikkan badannya, lalu menatapku. Dia terlihat sangat dingin, tidak seperti tadi saat di kedai.

"Bukankah kau mencintaiku? Lalu kenapa bersikap seperti ini?"

"Ha, aku tidak pernah mengatakan kalau aku mencintaimu.Sudah kubilang, jangan bicara yang tidak-tidak."

"Telingaku masih berfungsi secara jelas, Sura. Kau pernah mengatakannya. Atau kau lupa?"

Dia dengar. Dia mendengar semuanya. Jika ia tau, lalu mengapa melakukan hal itu padaku?

"Aku membencimu. Kau menghancurkan segalanya, Himchan." Memundurkan kakiku, berusaha menjauh dari Himchan

. "Kalau sampai dia menjauh dariku, aku tidak mau bertemu denganmu lagi."

Lalu aku pun pergi. Sedih. Mengapa berani-beraninya dia mengatakan kalau dia mencintaiku? Orang bodoh sepertinya mana bisa mengerti tentang cinta? Menyusahkanku saja. Dia menghancurkan impianku.

.



.
.
.
.
.

"Jadi....mau cerita padaku?" Tanya Youngjae saat bertamu ke rumahku. Aku memegangi kakiku yang melipat di atas sofa. Mengapa Youngjae harus mengungkit masalah Himchan? Ini menyesakkanku.

"Kau menyukainya?"

"Tidak." Jawabku. Menundukkan wajahku, memijit kakiku sendiri agar tidak terlihat gelisah

."Kau tau aku masih menunggumu, Sura."

"......ne."
.Bingung. Rasanya kepalaku mau pecah. Orang yang kuharapkan masih menungguku. Bukankah seharusnya aku senang? Tapi Youngjae tidak tau apa yang telah kulakukan selama aku pergi darinya. Himchan merubah segalanya

."Kuharap kau mau cepat untuk memikirkannya." Lanjut Youngjae

."Tidak usah memikirkannya lagi, aku sudah tau siapa yang terbaik untukku. Kau.

"Apa yang terbaik bisa membuatmu bahagia lagi?"

"Yang bisa membuatku bahagia bisa saja membuatku terjerumus pada akhirnya. Tentu aku memilih yang terbaik."

"Kau tidak fokus sejak tadi, Sura."

"Tidak fokus apanya?! Kalau memang kau menginginkanku, tidak seharusnya cara bicaramu seperti mendesakku untuk mempertimbangkan oranglain."

"Menghindarinya saja membuatmu terbebani, apalagi benar-benar meninggalkannya? Aku tidak suka melihat itu.

"Mungkin Youngjae hanya benci melihatku memikirkan oranglain disaat aku sedang bersamanya. Rusak sudah semuanya. Aku tidak bisa menghilangkan orang itu dari pikiranku.

.
.
.

.
.
.

"Apa kau tidak ingat kalau waktuku tidak banyak?!" Ujarku kesal. Himchan terus berteriak dari balik ponselnya, menyuruhku untuk bersabar menunggunya. Semalam Himchan menghubungiku, memohon padaku untuk bicara padanya lagi.

"Sudahlah, aku sampai!" Ujar Himchan. Sebuah mobil hitam berhenti di depanku. Ya, itu pasti Himchan. Dia keluar dari mobilnya. Rasanya aneh melihatnya. Sebelumnya aku tidak pernah bertengkar dengannya.

"Aku masih punya waktu 20 menit lagi, kan? Kita bicara di dalam." Membukakan pintu untukku, aku menurut saja untuk masuk ke dalam. Dia pun pergi ke sisi lain dan masuk juga ke dalam. Suasana berubah menjadi lebih sunyi.Tidak pernah merasa secanggung ini sebelumnya. Beruntung ia mengajakku bicara di dalam mobil, dengan begitu aku tak perlu melihat wajahnya

."Apa lagi yang ingin kau bicarakan?" Tanyaku.

"Baiklah, maafkan cara bicaraku kemarin yang seperti mengajakmu bermusuhan. Lupakanlah, aku hanya sedang kesal."

"Bukan itu." Ujarnya.

"Lalu apa lagi?"

"Kau memandangku seperti apa, Sura?"

".....apa maksudmu? Jangan menanyakan hal yang tidak penting."

"Penting untukku. Apa aku seburuk itu? Seburuk apa sampai kau pergi dan kembali pada pria itu?"

"Ini tak ada hubungannya denganmu. Itu urusanku, terserah padaku mau pergi pada lelaki manapun."

"Aku kemari untukmu. Aku akan mencoba mencari pekerjaan yang lebih normal di sini. Mencoba berubah, agar kau bisa memandangku sebagai pria baik juga. Apa kau akan melihatku?"

"Haha, untuk apa? Kau tidak perlu repot-repot melakukan itu. Lakukan saja hal yang kau suka. Bukankah kau suka mencari uang yang banyak? Bahkan kau mendapatkan bonus yang tak terduga pada pekerjaan itu."

"Aku tidak butuh."

"Jangan membohongi dirimu sendiri."

"Aku membutuhkanmu."

"Membutuhkan tubuhku, huh?"

"Kau bukan aku, Sura. Aku yang merasakannya. Ya, aku sangat suka ketika bisa menyentuhmu. Tapi apa kau tau hal lain yang kurasakan? Sebesar apa aku menyukaimu, sebagaimana aku menginginkanmu, seperti apa cara yang ingin kutunjukkan padamu agar kau tau kalau aku hanya mencintaimu? Tidak."

"...." Aku diam. Perkataan Himchan membuatku ingin mempercayainya, tapi takut akan terjatuh pada akhirnya.

"Maafkan aku. Merasa sudah memilikimu, aku sampai lupa kalau aku masih tidak berhak atasmu. Sura, aku memang tidak sebaik pria itu, tapi apa yang harus kulakukan kalau aku mencintaimu? Bahkan aku tidak akan pernah rela kalau kau bersama oranglain.

Aku memang bukan pria baik, tapi apa aku datang pada oranglain saat kau menghindariku? Aku tidak mau. Aku lebih baik tersiksa sendiri daripada harus datang pada orangselain kau."

Air mataku mengalir begitu saja. Ya, Himchan tidak seburuk yang kupikirkan sebelumnya. Himchan menggenggam tanganku lembut, membuatku sedikit nyaman. Tanganku menyeka air mataku sendiri, lalu menoleh pada Himchan yang memandangku dengan tatapan berbeda.

Apa aku dapat mempercayainya? Himchan tidak pernah menatapku dengan tatapan seperti itu. Entahlah, aku ingin tertawa. Aku tertawa kecil meski air mataku jatuh lagi

."Ya~ jangan mentertawaiku." Ujar Himcha

."Jangan bicara terlalu serius seperti itu lagi, Himchan. Itu bukan seperti kau." Menarik jaket yang dipakainya dan mencondongkan setengah tubuhku padanya. Mencium sudut bibirnya, hingga lelaki itu tersenyum dan memiringkan kepalanya

,membalas ciumanku. Sudah berapa lama aku menghindarinya?

Aku tak sanggup lebih lama lagi. Memang selalu Himchan yang kubutuhkan, bukan yang lain. Impianku untuk mendapatkan pria baik telah musnah. Kupikir lagi aku dan Himchan sama, lebih pantas untuk bersama, lalu menjadi lebih baik bersama-sama.

End //??/

sex friend??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang