▶️ 9. Siapa dia

Start from the beginning
                                    

Ia tersenyum saat melihat seseorang yang di tunggunya keluar kelas. Keenan, pria itu keluar dari kelasnya sambil mengaitkan sebelah tasnya di bahunya. Luka lebam di wajahnya bekas tamparan sang ayah terlihat jelas di wajah Keenan, Ve reflek meringis saat melihat Keenan meringis memegang luka di wajahnya.

Langkah Keenan terhenti sesaat saat melihat Veranda, ia hanya menatap datar ke arah Ve dan segera melangkah. Ia seakan tau Ve akan memberinya segudang pertanyaan tentang tadi. Keenan terus melangkah tak memperdulikan oanggilan Veranda.

Ia membuka kunci mobilnya tergesa gesa hingga kunci itu jatuh, ia mengambilnya dan saat hendak bangun Ve sudah mengagetkannya.

"Keen!."

"Astaga! Yaampun!." Latah Keenan. Ia mengusap dadanya pelan. "Kenapa?." Tanyanya datar.

"Mau ngobrol aja, bisa?." Tanya Ve.

Keenan menghelas nafasnya gusar dan memutar bola matanya malas, ia mengangguk.

"Tapi jangan di sini." Kata Verabda, Keenan mengerutkan dahinya. "Di tempat makan kesukaan gue aja ya." Pinta Ve. Keenan mengangguk patuh

Di sinilah mereka sekarang, di restaurant Jepang favorit Sinka dan Veranda. Sejujurnya Keenan tidak terlalu menyukai masakan Jepang.

Keenan hanya diam sambil membaca buku, lain dengan Ve yang sedang sibuk dengan makannya.

"Keen." Panggil Veranda, Keenna hanya menatapnya tanpa menjawab. "Gue mau tan-."

"Kalau makan jangan sambil ngomong." Ujar Keenan yang membuat Ve diam dan melanjutkan makannya hingga selesai

Setelah selesai Ve membersihkan mulutnya dan meminum minumannya hingga tandas, ia menatap ke arah Keenan yang masih fokus membaca buku di tangannya.

"Keen, gue mau tanya. Yang ikutan olimpiade Fisika tingkat nasional itu lo?."

Keenan memgangguk tanpa mengalihkan pmdangannya dari buku berwarna coklat itu

"Kalau gitu, bener juga lo sering ikut lomba dan selalu menang?." Lagi Keenan megangguk

"Kalau iya, kenapa papa lo tadi bilang kalau lo cuma bisa bikin masalah dan ga pernah bikin beliau bangga?." Pertanyaan Ve kini membuat Keenan menutup bukunya dan mentaap Veranda.

Tatapan itu berbeda, ada sebuah kesedihan tersirat di sana. Bukan, ini bukan tatapan seorang Keenan, batin Veranda.

"Hm, karna di mata papa, gue cuma anak nakal dan selalu bikin kerusuhan. Belum lagi hobby BMX gue, papa selalu nentang hobby gue itu.." Jelas Keenan. Veranda mendengarkan penjelaasan pria itu dengan seksama

"... Padahal nggak semua anak BMX itu nakal, lo ingat Andrew? Dia temen BMX gue. Apa menurut lo dia nakal atau seorang 'pemakai'?." Tanya Keenan.

Veranda menggelengkan kepalanya.

".. Dan ya begitu, papa gapernah mau tau masalah atau apapun tentang gue. Belum lagi dia selalu sibuk sama pekerjaanya, lagipula gue mau berbuat apapun juga akan salah di mata papa." Ujar Keenan makin lirih. ".. Lo tau kan ada lomba fisika antar sekolah? Bukan maksud gue sombong, mr. Nugi udah ngasih tawaran ke gue, tapi gue tolak. Kwnapa? Ya karna percuma gue ikut pun ga akan bikin papa gue bangga, di matanya." Sambungnya

"Gue emang bodoh ya? Haha. Tapi apa gunanya gue ikut itu? Toh banyak yang bisa ikutan itu biar bisa banggain orangtuanya kan? Kalau gue, buat apa Ve? Biar dapat piala? Udah banyak tuh di kamar, haha." Ujar Keenan.

Ve menatap miris pada Keenan, ternyata di balik sifat dingin pria itu, ada sebuh hati yang sangat rapuh dan lemah. Ya Keenan ternyata tidak sekuat dan sedingin itu, bagaimanapun Keenan adalah manusia yang memiliki kesedihan, sekarang Ve tau apa penyebab Keenan mendapat tamparan dari papanya tadi.

I Love my BMX BoyWhere stories live. Discover now