"Tas, mau ga ntar malem ngerjain tugasnya bunyong? sekalian lo nginap, gue kesepian banget akhir-akhir ini" *yang mereka maksud bunyong adalah guru IPS mereka*
"Bolehlah. Ntar gue bilang nyokap dulu. Paling di bolehin. Lagian rumah gue juga kosong melompong. Cuma ada supir en pembantu. Ntar malem nonton film hantu ya, uji nyali. Gue penasaran sama film yang ada sadako-sadakonya itu"
"Gaya lo. Paling ujung-ujungnya lo meluk gue ketakutan" ledek Veriska. Tasya pun merengut kesal.
"Kan kemarin suasananya mendukung, hujan-hujan terus ada petir lagi"
"Hahahahah iya iya" Veriska ketawa mendengar nada ngambek Tasya.
"Eh gimana dengan Dirga? menurut gue dia ganteng lo. Coba aja lo deketin dia. Mungkin bisa ngelupain mantan brengsek lo yang satu itu" Tasya mengalihkan topik pembicaraan.
"Gue ga ada apa-apa lagi sama Dirga baru aja ketemu dua kali. Ya pasti belum ada apa-apa" Veriska menundukkan mukanya.
"Ciee yang bilang belum. Belum berarti pengen dong. Cie cie cie" goda Tasya kali ini dengan mencolek dagu Veriska. "Paan sih. Dah ah" Veriska mulai kesal dengan sahabatnya.
"Gue dukung. Gemes lama-lama liat mereka yang sok sok-an unjuk ke romantisan. Eneg gue liat muka si munafik sama si jerk" Tasya menekankan kata mereka.
"Hahahaha. Udah deh"
Saat sedang seru-serunya bercerita tiba-tiba supir Tasya datang menjemput Tasya. "Ve. Gue balik dulu ya. Mau sekalian ga?"
"Ngga deh. Ntar Pak Amir ngejemput lagi" tolaknya.
"Okelah. Gue balik dulu ya. Ingat ntar malem" pamit Tasya. "Iya iya"
"Babay" Tasya melambaikan tangannya sambil kiss bye ke Veriska. Mobil Tasya pun melesat pergi.
Sudah sejam Veriska duduk di kursi taman depan sekolahnya. Sekolah pun sudah sepi. Mungkin hanya ada anak basket yang sedang latihan.
Mungkin ada Rafa kali ya? gumamnya. Sedari tadi Pak Amir belum menjemputnya dan sudah keberapa kalinya dia menelpon Pak Amir. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Veriska menjawab panggilan dari nomor yang tidak dikenal.
"Halo non Ve. Ban mobil pecah di tengah jalan tadi sama hape bapak habis batre. Sorry ya non. Ini mobilnya baru mau dibawa ke bengkel" jelas Pak Amir dari ujung sana.
"Iya pak. Jadi gimana?" Veriska bingung.
"Non pake taksi dulu ya. Maaf banget ya non"
"Gapapa pak. Hati-hati pak. Assalammualaikum"
"Waalaikumsalam" Veriska menutup telponnya.
Veriska segera beranjak dan berjalan menuju gerbang sekolah. Sekolah nya berada tepat di pinggir jalan besar jadi angkutan umum apapun maupun taksi sering lewat. Namun hari ini taksi tidak ada yang lewat di depan sekolahnya.
Sesekali Veriska melihat ponselnya. Banyak notifications dari berbagai aplikasi. Dia melihat satu-satu isi notifications. Dia memilih untung menjawab line dari Tasya.
TasyAnd: Oi. Udah nyampe lo?
VeAjhaOedah: Belum
Lah sejak kapan nama line gue berubah? Ooo gue tau, pasti tadi si Tasya nih yang ganti pas gue lagi di toilet, pikirnya.
Tidak ada balasan. Mungkin lagi makan kali. Perutnya kan gentong raksasa, Pikirnya lagi. Sudut bibirnya tertarik ke atas sedikit mengingat sahabatnya itu.
Sudah 15 menit. Taksi pun tidak ada yang lewat. Hari semakin panas. Ponselnya juga sudah kehabisan baterai.
Tin tin!
Sebuah mobil berhenti di depan Veriska. Veriska melihat mobil itu bingung. Kaca mobil itu terbuka dan menampilkan sosok tampan yang dia kenali.
"Belum di jemput?" tanya cowok itu yang ternyata Dirga.
"Gue nyari taksi tapi ga dapet-dapet" jawab Veriska.
"Ya udah ikut gue aja. Ntar tinggal lo kasih tau alamat rumah lo" kata Dirga sambil tersenyum.
"Ntar ngerepotin lo lagi" tolak Veriska halus.
"Gapapa. Cepet masuk. Panas banget nih" tampak peluh Dirga di seluruh mukanya.
"Bener nih" kata Veriska memastikan.
"Bawel juga lo ya ternyata" canda Dirga. Veriska mengerucutkan bibirnya. Dirga terkekeh. "Udeh masuk aja"
Veriska memasuki mobil audi Dirga. Mobil Dirga pun langsung melesat.
Mereka sama-sama diam. Yang terdengar hanyalah suara radio. "Emm. Lo ngapain baliknya telat?" Veriska membuka percakapan dengan sedikit ragu.
"Gue diajak Bagas buat ikutan ekskul basket. Gue nerima aja sih. Secara kan gue juga pernah ikutan basket di sekolah lama dan sering menang." nada bicara Dirga tampak sedikit memamerkan.
"Narsis juga lo. Gue kira lo kaya half-kalem, ga banyak cingcong. Ternyata hahahahaha sama aja kaya cowok disini. Kerjanya narsis eksis" ledek Veriska.
"Yaelah. Kalo ga eksis sama ga narsis, gue ga bisa dapet ceweklah. Gini-gini gue kapten basket nih waktu gue sekolah di amerika," pamernya.
"Dih. Pamer"
"Serah lu dah Ve," Dirga memutarkan matanya lalu melihat ke arah jalan lagi. Veriska tertawa melihat Dirga seperti cewek kalau memutarkan matanya.
"By the way. Kita pergi makan dulu ya. Gue laper. Gue tau lo juga laper kan?" kata Dirga tiba-tiba. Dia meminggirkan mobilnya ke sebuah cafe, sebenarnya lebih terlihat seperi restoran.
"Tapi duit gue udah abis. Gimana dong" kata Veriska pura-pura memelas.
"Udeh gue yang teraktir deh. Mudah itu" kata Dirga. Veriska langsung kegirangan. Sebenarnya dia masih mempunyai selembar uang lima puluh ribu tapi dia lebih menyukai gratisan. tipikal cewek. Paling tidak potongan harga alias diskon.
Mereka memilih tempat di samping jendela. Veriska duduk di depan Dirga. Baru saja duduk, pelayan restoran langsung mendatangi mereka dan memberikan daftar menu.
Masing-masing membaca menu yang tertera si daftar. "Saya pesen spaghetti Carbonara dan minumnya vanilla latte" pesan Dirga. Pelayan itu mencatat pesanan Dirga.
Veriska bingung ingin memesan apa. "Samain aja tapi minumannya milkshake strawberry ya" Pelayan itu pun langsung mencatat pesanan Veriska.
Veriska memperhatikan pelayan tersebut. Pelayan itu tampak menyukai Dirga. Ya memang Dirga itu tampan.
Setelah pelayan itu pergi, Veriska kembali memulai pembicaraan. "Kayanya pelayan tadi suka sama lo deh"
Dirga mematikan ponselnya dan menatap Veriska. "Kan dia terpesona sama kegantengan gue" Mulai lagi deh narsisnya.
"Narsis gila lo"
"Emang gue ganteng kan?" Dirga menaik-naikkan alisnya membuat Veriska tertawa.
"Eneg gue. Udah ah. Sakit perut gue lama-lama. Abisnya lo ngelawak mulu" kata Veriska masih mencoba menahan tawa. Dia memegang perutnya.
Tidak membutuhkan waktu yang lama pesanan mereka datang. Veriska kaget karena porsinya sangat besar. "Yakin lo mau makan segini banyaknya?"
"Yakinlah. Dah ah gue laper" Dirga langsung melahap spaghetti miliknya diikuti dengan Veriska.
Veriska memakan suapan terakhirnya. Perutnya terasa penuh. "Kekenyangan gue sekarang"
"Kan lo bisa ga habisin tadi" sahut Dirga santai. Dia sudah lebih dulu menghabiskan makanannya.
"Lo sih gabilang. Dari tadi gue ngerasa ga enak kalo ga di abisin secara kan lo yang bayarin" sungut Veriska.
"Lo tuh lucu banget ya kalo ngambek terus bibirnya di monyong-monyongin" kata Dirga sambil mengacak rambut Veriska.
Pipi Veriska memanas. Semburat merah pun muncul di pipinya. Dia mencoba menunduk agar tidak ketahuan. Namun nyatanya Dirga lebih dulu melihat pipi Veriska merona.
"Ciee yang nge blush" goda Dirga sambil mencolek dagu Veriska. Membuat pipi Veriska semakin memerah.
"Apaan sih" Veriska menundukkan kepalanya. Mencoba untuk mengembalikan warna pipinya dan juga jantungnya yang sedang marathon. "Balik yuk. Ntar gue dicariin lagi. Batre hape gue juga udah abis" ajak Veriska.
"Okeh. Ntar gue bayar dulu" Dirga beranjak dan segera menuju kasir. Dahsyatnya ketampanan Dirga sampai seluruh cewek di cafe ini melihat Dirga. Bahkan Veriska bisa mendengar cewek-cewek di meja tepat dibelakangnya menggossip tentang Dirga.
"Eh tadi lo di omongin tuh sama anak belakang" kata Veriska datar saat Dirga sudah berada di depannya.
"Kan gue udah bilang kalo gue itu gantengnya kebangetan. Eh kok lo ngomongnya datar banget, jangan-jangan..." Dirga mulai menggoda Veriska.
"Lo mah bacot nya banyak. Ayo balik" tanpa sengaja Veriska menarik tangan
"Tuh kan lo megang-megang tangan gue" Sontak Veriska melepaskan tangan Dirga dan langsung pergi ke mobil. Dirga hanya tertawa. Mereka tampak seperti orang yang berpacaran.
"Makasih ya udah neraktir gue sama ngantarin gue balik. Gamau mampir dulu?" Tasya keluar dari mobil Dirga.
"Sama-sama. Apasih yang ga buat lo" Dirga mengedipkan matanya membuat Veriska blushing. Dirga hanya tertawa. "Gue balik dulu ya. Kapan-kapan deh gue main. Ntar nyokap nyariin. Sampai jumpa besok Ve" pamit Dirga.
Setelah mobil Dirga tidak kelihatan lagi, Veriska memasuki rumahnya.
ketemu lagi ya sama Veriska.
Sumpah kayanya ceritanya kaya rada aneh tapi aku mah percaya diri aja. Semoga suka ya. Jangan lupa Vote+Comment nya ya
Salwa Wiweka Homel 💋
BINABASA MO ANG
I Have To Be Strong (SLOW UPDATE)
Teen FictionAnindya Veriska S. Tubuh indah bak model, berparas cantik dengan sentuhan gen Indonesia dan Brazil, kekayaan keluarga yang mungkin tidak akan habis tujuh turunan, serta terkenal lantas tak membuatnya bahagia. Bahkan jauh dari kata bahagia. Dib...
