Part 3

1.7K 132 14
                                        

Veriska merasakan bau minyak kayu putih yang sangat menyengat. Tasya adalah orang pertama yang dilihatnya saat mata terbuka.

"Akhirnya lo sadar juga Ve. Tadi gue udah panik pas lo pingsan di tengah lapangan" heboh Tasya. Veriska melemparkan pandangan di sekelilingnya. Dengan cepat dia menyadari dia sedang berada di ruang UKS. "Rafa kok ngeliatin lo biasa aja. Ga ada pedulinya sama sekali. Ceweknya pingsan di tengah lapangan, dia malah ngelanjutin main basketnya" cecar Tasya. Deg. Veriska lupa. Tasya belum tahu mengenai putusnya hubungan Veriska dan Rafa. "Lo kenapa? kok diem aja sih. Lo masih pusing? laper? nih gue beliin bubur tadi. Gue abis dari kantin" cerocos Tasya.

Veriska memegang tangan Tasya. Tatapannya menjadi sendu. "Lo kenapa?" Tasya menjadi khawatir dengan sahabatnya satu ini. "Gue... putus dengan Rafa" kata Veriska pelan, nyaris tak terdengar. "Apa kata lo?!" Tasya sangat terkejut. Jadi itu maksudnya Rafa mengajak Veriska ke belakang kelas 10 IPA 1.

"Gue ga nyangka kalo dia bakal ngelakuin itu. Gue sayang sama dia. Gue..." kata-kata Veriska terhenti. "Udah. Lo gausah ingat lagi. Anggap dia itu hanyalah angin yang baru saja lewat. Lagian masih banyak cowok yang ganteng dan lebih baik dari dia" Tasya menenangi sahabatnya yang menangis. Tasya memeluk erat tubuh Veriska. "Yaudah. Nih lo makan buburnya. Ngga makan kan tadi pagi?" tebak Tasya. Dia memberikan semangkuk bubur ayam dan segelas air putih kepada Veriska.

"Iya"

"Kan gue udah bilang, lo itu harus makan tiga kali. Lo itu ada penyakit maag tapi kenapa lo selalu ngelewatin jam makan." cerocosnya. Sekarang Tasya sudah seperti seorang ibu yang memarahi anaknya.

"Iya iya. Lo ngalahin pembantu gue sumpah" kata Veriska. Dia mulai menyuap sesendok demi sesendok bubur ayamnya. "Lo gamakan?" tanya Veriska ke Tasya. "Udah tadi pagi" jawab Tasya simpel. Tasya terus saja memperhatikan Veriska makan dengan sangat lahap, seperti tidak makan 2 minggu. "Lo makan kaya babi tau ga sih. Rakus banget. Keliatannya udah ga sedih lagi nih"

"Gue kelaparan keles. Makan malam gue lewatin, sarapan juga gue lewatin. Masih sedih tapi karena ada lo sedih gue lumayan berkurang," sungut Veriska manja.

"Ululu. Tasya dong. Lagian lu sok sok patah hati terus gamakan-makan. Kan jadinya kaya gini. Maag lo kambuh lagi"

"Lu kaya emak-emak marahin anaknya. Hahaha" Veriska balas meledek. Akhirnya dia mendapat sebuah hiburan.

"Kan aku care sama lo beb" Tasya mengerlingkan matanya genit. "Bab beb bab beb palalu. Najis gue lama-lama. Gue takut lo lesbi"

"By the way, Vira mana?" tanya Veriska.
Tasya hanya menggedikkan bahunya. Veriska sudah selesai memakan bubur, terlihat dari mangkuk yang tadi berisi bubur telah kosong. Dia meletakkan mangkuknya di atas nakas. "Balik yok gue bosan disini. Gue takut kesambet"

"Elah emang disini ada setan apa?" tanya Tasya. "Diem bego. Lo tau kan yang penjaga sekolah ceritain. Katanya pernah ada yang tidur di kasur ini tengah malem" kata Veriska, sambil menunjuk ke arah kasur yang sedang dia duduki. "Eh. Kok gue jadi merinding sih. Lu sih bego nyeritain. Kan marah" sungut Tasya.

"Gue juga. Serem gue disini lama-lama" Veriska dan Tasya segera keluar dari ruang UKS.

Kebetulah sekarang masih jam istirahat. Veriska harus mengerjakan PR Kimia. Semalam dia tidak membuat PR karena menangis dan ketiduran. Tasya hanya menemani Veriska sambil memainkan ponselnya.

I Have To Be Strong (SLOW UPDATE)Where stories live. Discover now