Bagian Enambelas : Benar-benar Berakhir !

Mulai dari awal
                                    

Leo memandang Adam dengan tidak suka, beberapa kali kata Adam yang mengatakan Ristaya adalah wanitanya membuatnya marah seketika.

"Aku tidak mengerti maksudmu dan kau bilang tidak ingin berbasa-basi, lalu sekarang kau berbasa-basi. Apa maksudmu?" tanya Leo sekali lagi.

Adam tertawa, "Jika Ristaya sakit maka aku juga akan sakit, aku memang tidak tahu seratus persen tentang hubungan kalian tetapi, aku bisa merebut Ristaya jika aku mau."

Leo mengeras, kepalan tangannya sudah sempurna untuk menghajar pria yang sedang duduk di depannya.

"Semalam Ristaya ketempatku." Ujar Adam.

"Apa?" Rahang Leo semakin mengeras dan dia benar-benar ingin melayangkan kepalan tangannya ke wajah Adam saat ini.

"Ristaya ketempatku dan jika kau mau tau dia basah kuyup. Kemarin kudengar dia akan makan malam denganmu dan entah bagaimana dia berakhir di tempatku dengan tubuh yang mengenaskan." Decak Adam kesal.

Leo terdiam. Satu fakta yang dia tidak tahu adalah Ristaya yang setia menunggunya hingga tiga jam.

"Jadi, kau makan malam dengan siapa, semalam?" tanya Adam langsung dan sukses menghentak jantung Leo. "Kurasa bukan Ristaya karena wanita itu makan dengan lahap di tempatku."

Sial!

Leo berfikir sejenak, semalam dia mengantar Helena pulang dulu sebelum menghampiri Ristaya.

"Terakhir aku akan bilang padamu, jika kau ingin mempermainkan hati Ristaya kuakui kau cukup berhasil. Sekarang, jika kau sudah berhasil, aku mohon lepaskan Ristaya dan biarkan dia bahagia dengan dunianya."

Ucapan terakhir Adam selesai bertepatan dengan Ristaya yang masuk dengan membawa dua kantong plastik yang berisikan box-box ayam goreng.

"Uh—sepertinya kau kesulitan, my girl." Adam berjalan dan menghampiri Ristaya lalu mengambil salah satu kantong plastik itu.

Adam mengikuti Ristaya yang meletakkan kantong plastik itu di atas meja makan.

"Makan yang banyak, my girl. Semua khusus untukmu." Mata Adam melirik kearah Leo yang tidak berkutik di tempatnya. "Baiklah—aku sudah selesai, aku akan pulang."

Ristaya yang sedang mengelurkan box-box ayam goreng melihat Adam dengan bingung, "Kenapa cepat sekali? Tidak mau makan ini dulu?" tunjuknya pada beberap a box yang sudah ia keluarkan.

Adam menggeleng, "Sudah kubilang itu untukmu semua." Ucapnya dengan tersenyum.

Setelah keluar dari apartemen Leo dan Ristaya, Adam hanya berharap sebuah 'pukulan' yang dia layangkan pada Leo akan membuat pasangan itu menemukan kebahagiannya. Entah, sad ending ataupun happy ending.

**

"Jadi malam itu kau datang ke tempat Adam?" Ristaya yang sedang memakan ayam goreng hampir tersedak karena pertanyaan Leo yang tiba-tiba.

"Apa maksudmu?" tanya Ristaya tak mengerti.

Leo berdeham, "Aku cuma ingin kau berkata jujur padaku, kau berada di apartermen Adam semalam?"

Ristaya meletakkan ayam gorengnya dan menjawab, "Ya, aku memang kesana."

Leo tersenyum miris, "Kenapa? Kenapa kau harus ketempat Adam? Kenapa tidak menungguku?" Leo sedikit berteriak pada Ristaya karena dia kesal, Ristaya selalu memilih berada di samping Adam.

"Aku sudah menunggumu. Menunggu selama tiga jam dan itu menurutmu kurang?" Ristaya mendengus kesal, "Apa aku harus menunggumu ketika kau sedang bersama dengan Helena? Aku tidak bisa, Leo."

Leo tersentak kaget, bagaimana Ristaya tau jika dia bersama Helena malam itu?

"Bagaimana kau—"

"Ya, aku tau. Sebenarnya itu karena tidak sengaja kau melihat kalian."

Leo terdiam. "Kenapa kau tidak menghampiriku?"

Ristaya melotot tak percaya, "Menghampirimu? Untuk mempermalukan diriku sendiri? Aku bukan orang bodoh jika kau ingin tahu."

"Yah—benar kau tidak bodoh." lirih Leo. "Jadi karena itu kau ingin mengakhiri semua ini?"

Ristaya menatap Leo dan dia menjawab, "Ya. Akhiri sekarang dan kau bisa bersama Helena. Tentu saja tidak akan ada yang terluka lagi."

"Apa kau bahagia jika kau berpisah denganku?" tanya Leo.

Dengan mantap Ristaya menjawab, "Tentu saja. Selama aku hidup, aku selalu bahagia jadi berpisah denganmu tidak akan merubah segalanya."

Tentu saja itu adalah kebohongan yang keluar dari mulut Ristaya karena bagi Ristaya sekarang hidupnya tanpa Leo akan terasa tidak berarti.

Leo mendesah pelan, "Baiklah, aku akan mengurusnya. Kau hanya tinggal menunggu persidangan."

**

Tidak segampang mengetok palu untuk memasang paku pada tembok, perceraian Leo dan Ristaya berjalan dengan sangat lambat. Beberapa kali mereka ditemukan untuk proses mediasi ataupun perdaiaman untuk menyelamatkan pernikahan mereka tetapi nyatanya mereka berdua tetap pada pendiriannya masing-masing.

Terlebih Ristaya.

Hampir satu bulan mereka menjalani sidang perceraian dan tentu saja tidak ada pihak keluarga yang tahu karena mereka memang tidak ingin memberi tahu keluarga masing-masing.

Selama proses perceraian masih berlangsung, Leo dan Ristaya masih tinggal dalam satu atap tetapi sejak hari dimana Ristaya meminta Leo menceraikannya, mereka jarang berbicara lagi dan hanya berbicara jika memang itu penting.

Keadaan begitu terasa canggung bagi mereka berdua tetapi mereka mempu melewatinya hingga sekarang.

Dan sekarang adalah final dari persidangan mereka. Palu hakim sudah menjatuhkan bahwa pernikahan mereka telah berakhir.

Ada sesuatu yang sakit di hati Ristaya setelah mendengar ketukan palu yang berada ditangan hakim.

Persidangan terakhir kali ini juga begitu dramatis karena hujan diluar yang begitu lebat dengan suara petir yang menggelegar.

Leo dan Ristaya keluar dari ruang persidangan dengan status baru mereka, kedua orang yang telah berpisah secara hukum.

"Terima kasih." Ujar Ristaya dengan menahan tangis yang akan mengalir. Dia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan terakhir dengan Leo.

Leo memandang tangan Ristaya dengan getir, tetapi pria itu tetap membalas jabatan tangan Ristaya. ini adalah kesempatan terakhir kalinya untuk Leo menggenggam tangan Ristaya.

Perlahan tapi pasti, Ristaya melepas jabatan tangannya dengan tersenyum. "Semoga kau bahagia." Jika boleh jujur, Ristaya merasa lidahnya kelu karena mengatakan itu.

"Kau juga." Begitupun dengan Leo.

Ristaya hanya tersenyum dan dia berjalan keluar menuju taksi yang sudah menunggunya sejak tadi. Dia akan pergi, pergi dari tempat ini dan pergi dari dunia Leonardo Chandrajaya.

Dibalik lebatnya hujan yang turun, Leo memandang taksi yang mengantar Ristaya pergi darinya. Pandangannya mengabur karena air mata sudah menggenang di kedua bola matanya.

Kata terakhir Leo yang mungkin jika dia ucapkan beberapa bulan yang lalu mempu menyelamatkan pernikahan mereka.

Di tengah hujan yang semakin deras di siang hari, dengan lirih Leo berkata, "Aku mencintaimu, Ristaya Gunawan."

END?

The Crazy Wedding berakhir disini mungkin cerita ini udah menjamur~ bahkan banyak~ walau begitu saya mengucapkan terima kasih untuk reader yang setia membaca cerita saya yg jauh dari kata sempurna :)

Sekali lagi saya mengucapkan banyak-banyak terima kasih ^^

love from,

unni-ga

The Crazy WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang