Bagian Tiga : Hari Pertama Kembali

50.1K 2.1K 36
                                    

Pagi menjelang sinar matahari mengintip pada sela-sela gorden yang sedikit terbuka, Ristaya terbangun dengan mengerjepkan matanya untuk bertarung dengan sinar matahari yang sudah terang benderang. Kakinya turun dari ranjang dan tubuhnya bangkit, walau nyawanya belum sempurna terkumpul tapi dia yakin harusnya dia menginjak lantai yang dingin tapi ini berbeda dia merasa ada sesuatu yang hangat berada dibawah telapak kakinya.

"Akh..." terdengar suara rintihan kesakitan di bawah telapak kaki Ristaya. Sontak, Ristaya melihat kearah bawah dimana suara itu berasal. Dan ternyata dia melihat punggung Leo yang dia injak! Ha? Bagaimana bisa Leo berada di bawah? "Bisa turun, Bodoh? Badanku kau injak!" pekiknya kesakitan.

Ristaya membungkam mulutnya dengan kedua telapak tangannya, dia tidak percaya bahwa dia masih berada di atas tubuh Leo dan belum turun satu senti pun. Alih-alih turun, Ristaya malah melompat-lompat di atas tubuh Leo dan pria itu merintih kesakitan. Setelah puas, Ristaya turun dengan berlari cepat hingga meninggalkan Leo yang merintih kesakitan karena tubuhnya terasa sangat remuk.

Sambil menutup pintu kamar mandi, Ristaya bergumam, "Salah siapa mengataiku bodoh!"

Bau vanilla segar menyeruak di berbagai penjuru di dalam kamar yang ditempati Ristaya dan Leo tadi malam. Kamar yang menjadi teman setia Ristaya saat gadis itu kecil hingga umurnya 25 tahun. Semalam, mereka berdua sepakat untuk tidur di rumah Ristaya karena permintaan gadis itu, dia berkata bahwa ini adalah terakhir kalinya dia tidur dikamarnya sebelum mereka pindah ke apartermen yang dimiliki Leo. Walau hanya enam bulan, tapi Ristaya pasti akan merindukan kamar yang 25 tahun ini sudah menemani istirahatnya.

"Sudah kau siapkan apa keperluanmu?" Leo keluar dari kamar mandi yang berada di dalam kamar Ristaya, dengan rambut yang masih basah dan butiran-butiran air menetes dari rambutnya membuat Ristaya seakan terbius untuk menatap Leo.

Merasa tidak mendapat jawaban, Leo mengulangi pertanyaannya sekali lagi. "Kau sudah menyiapkan keperluanmu?" kali ini Ristaya mendengar walau hanya sayup-sayup.

"Ya? Oh... Ya. Aku sudah mempersiapkannya." Jawabnya dengan gugup, dia hanya takut jika Leo mengetahui bahwa dirinya tengah menganggumi sosok Leo yang begitu tampan apalagi setelah pria itu mandi, terlihat lebih segar dan hmmm... harum. "Sebenarnya masih banyak barang yang harus kubawa tapi kau melarangku membawa banyak-banyak, jadi aku hanya membawa pakaianku saja."

Leo hanya mengangguk mendapat jawaban dari Ristaya.

**

Menakjubkan. Hanya satu kata itu yang terlintas di fikiran seorang Ristaya Gunawan ketika di melihat apartermen milik Leo, apartermen yang berada di lantai paling atas dengan tata ruang yang sangat apik serta beberapa barang yang terlihat mempunyai nilai seni yang tinggi menghiasi seluruh sudut-sudut ruangan di apartermen milik Leo.

"Kamarmu ada disana." tunjuk Leo pada sebuah pintu bercat putih. Semua diapartermen Leo memang bernuansa putih, menurutnya rumah akan terlihat lebih bersih serta luas.

Segera setelah Leo memberitahu bahwa kamarnya berada di balik pintu putih itu, Ristaya langsung melesat untuk melihat keadaaan didalamnya.

Matanya terbelalak, dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat kali ini. Semua bernuansa putih dan yang paling membuat Ristaya senang adalah kamarnya yang terdapat dinding kaca sehingga keadaan diluar dapat terlihat dari kamarnya. Bintang-bintang pasti akan menerangi tidurnya, pikir Ristaya kecil.

"Tutup mulutmu itu! Air liurmu sebentar lagi akan menetes seperti anjing jika kau tidak segera menutupnya!" sarkas Leo. Mendengar hal itu, Ristaya menutup mulutnya dan menatap tajam kearah Leo selanjutnya dia berbalik dan mencibir Leo dari belakang tubuhnya.

The Crazy WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang