Bagian Delapan : AKU MERINDUKANMU, LEO 'SI BUSUK YANG TENGIK'!

38.5K 1.8K 23
                                    

Ristaya harus menutupi wajahnya yang merah padam karena Adam mengetahui perbuatan yang dilakukan Leo padanya. Beberapa kali Ristaya bisa melihat jika Adam di balik ruangannya sedang tertawa senang karena kebodohan yang dia buat. Andai saja Leo tidak menariknya kembali dan menciumnya... Ahk-rasanya Ristaya ingin kabur dan menenggelamkan tubuhnya di balik selimut.

"Lihat! Lihat! Sepertinya sekarang kau kencanduan bibir suamimu, my girl." Adam kecicikan di balik meja kerjanya.

Ristaya sedang memberikan naskah yang selesai diedit dan ia telitinya kemudian dia serahkan pada Adam untuk diperiksa oleh pria itu kembali.

"Emm-seingatku dulu, tanganmu yang memberikan ciuman ganas pada bibir suamimu dan sekarang?" Tawa kencang Adam menggelora di ruangan kerjanya, lagi-lagi Ristaya hanya bisa menahan malunya. Dia tidak ingin junior-juniornya mendengar tertawa Adam yang sangat kencang ini.

"Bisakah kau diam, Pak Adam? Naskah ini sudah aku selesaikan tinggal Bapak memeriksanya." Desisnya tajam dengan sorot mata yang begitu mengintimidasi Adam yang duduk dikursi kebesarannya.

Adam menganggat bahunya acuh tak acuh dan masih dengan senyum geli di wajahnya, "Baiklah, Editor Ristaya Gunawan," godanya, "Lebih baik Leo atau Ryan?" celetuk Adam tiba-tiba.

"Leo." Jawab Ristaya dengan spontan dan wanita itu yang langsung tersadar menutup mulut dengan kedua tangannya. Dasar bodoh!

Adam kembali tertawa, "Good! Berarti pilihanmu melepas Ryan memang tepat, my girl."

Ristaya mulai kesal dengan tingkah Adam yang sedari tadi mengejeknya dan menertawakannya, apalagi sekarang dia dengan mudahnya menjawab pertanyaan tidak penting yang Adam lontarkan padanya. Dia mulai beranjak, meninggalkan Adam yang masih tertawa karena polah tingkah Ristaya.

Dengan keras, Ristaya membanting pintu ruang Kepala Editor dan membuat beberapa pasang mata para juniornya mengarah padanya dengan rasa takut dan was-was.

Ristaya yang kesal membalas tatapan mereka dan berseru keras, "Apa yang kalian lihat?!"

**

Sudah tiga hari Leo pergi, entah kenapa Ristaya merasa bahwa disini terasa kosong. Biasanya ketika malam-malam dia terbangun untuk mengambil air karena kahusan, dia akan melihat Leo yang tertidur di sofa depan televisi karena pria itu semalaman menonton acara bola yang disiarkan di luar negeri.

Ristaya memandang kosong sofa itu dan membayangkan jika Leo sedang tidur disana, tetapi tidak bisa. Bahkan bayangan Leo tidak mampu mengisi sofa kosong itu, ini terasa sangat hampa. Segera, Ristaya meneguk air minumnya dan berjalan menju kamar.

Hari keempat.

Ristaya memandang kosong kursi makan yang biasa di tempati Leo, di depan tempatnya. Biasanya mereka pasti akan sarapan bersama, roti gandum dengan segelas susu tapi sekarang Ristaya sendiri, dia menguyah roti gandum kesukaan suaminya itu sendirian tanpa Leo didepannya. Tiba-tiba saja, air mata wanita itu mengalir tanpa bisa dikendali. Bodoh! Dengan cepat, Ristaya menyerka air matanya dan segera mengambil tas serta jaketnya. Lebih baik dia berangkat kerja sekarang.

Hari kelima.

Oh ya, harusnya Ristaya senang dengan ketidakadaan kehadiran Leo sekarang ini, jadi jantungnya bisa bekerja secara normal tanpa berdetak dengan keras dan tak terkendali seperti biasa ketika pria itu berada di dekatnya. Bukankah ini waktu yang tepat untuk mengabaikan perasaan-perasaan gila yang muncul tiba-tiba di hati Ristaya? Tapi nyatanya, tidak. Wanita itu semakin hari semakin merasa kosong dan kehilangan. Ya Tuhan!

Hari keenam.

Ristaya mengakuinya, dia benar-benar merindukan suaminya. Dia merindukan Leonardo Chandrajaya, merindukan sosok yang selalu menjahilinya, merindukan sosok yang membuat jantungnya berdetak lebih cepat dan dia sadar akan satu hal yang sangat ingin dia hindari, dia jatuh hati pada Leonardo.

The Crazy WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang