Jumpa penggemar diadakan dihall yang berbeda tapi masih dalam lingkup wilayah SM Ent. Dihadiri seratus fans beruntung dengan sistem acak ketika membeli kaset cd dioutlet seluruh Korea.
Acaranya sendiri cukup simple hanya dibagi beberapa sesi yang intinya mempromosikan album, sedikit bernyanyi, dan ditutup dengan acara foto bersama penyanyi yang di idolakan, siapa lagi kalau bukan Jungkook.
Tapi bayangan Kyuhyun sang penyelenggara acara agaknya tak sesuai dengan apa yang dia impikan. Acara sukses? Itu benar. Tapi pria itu tak melihat sosok Jungkook yang seperti biasanya. Bocah itu masih kedapatan melamun disela-sela acara tanda tangan. Dan Kyuhyun tak suka itu. Mungkin kali ini pria itu dapat memakluminya mengingat Jongkook yang sepertinya menyembunyikan sesuatu hingga membuat moodnya hancur.

####
"Kau ada dimana?. Kenapa sulit sekali menghubungimu?" Tanya Kyuhyun tanpa jeda. Bahkan dia berbicara cukup keras untuk merealisasikan kekesalannya pada wanita yang saat ini disebrang telepon.
Wanita itu sendiri hanya menanggapi tanpa minat nada suara Kyuhyun yang menurutnya terlalu menuntut. Bukan karena apa, tapi Naera terlalu lelah untuk sekedar menanggapi ocehan Kyuhyun. Plis, yang Naera butuhkan sekarang istirahat, akibat jadwalnya yang sangat padat. Bahakan yang dibutuhkan Naera sekarang hanya menemui putranya, dia sudah kangen Jungkook.
"Kau masih disitukan?" tanya pria itu lagi. Kyuhyun menggeram kesal karena sedari tadi Naera hanya berdehem saja untuk menanggapi pertanyaannya.
"Ah sudalah. Kau sudah bertemu dengan Jungkook. Sudah dua hari ini anak itu tidak datang untuk latihan".
Naera sempat terperanjat akan ucapan Kyuhyun tersebut. Ya, dia baru ingat sudah beberapa hari ini dia lalai menanyakan kabar putranya itu. Bahkan hanya bertelpon barang semenit saja tidak bisa iya lakukan. Wanita itu pikir putranya sudah berada ditangan yang tepat, yaitu Kyuhyun. Naera percaya penuh pada pria itu. Tapi ini apa, kenapa Kyuhyun malah bertanya seperti itu kepadanya. Kenapa sekarang hatinya menjadi tidak tenang. Kau kemana Nak?, maafkan ibu yang kali ini lalai.
"Ak....Aku harus segera kembali. Akan kubari nanti" kata wanita itu menutup sambungan teleponnya dengan Kyuhyun.
Naera menekan pedal gas mobilnya. Berpacu cepat menuju rumahnya. Entah kenapa perasaan tidak enak mulai merayapi hatinya. Bodoh. Bodoh. Wanita itu terus mengunpat dalam benaknya. Semoga saja tidak terjadi hal yang tidak diinginkannya. Lindungi putraku tuhan.

Kyuhyun's
Ini sudah kali ketiga aku menghubunginya dalam sehari ini. Langit sudah menampakkan jingganya ketika sambungan teleponku yang kesekian kali akhirnya dia jawab.
"Hallo" semburku cepat ketika sudah terhubung dengan sambungan teleponnya. Dia hanya menjawab dengan gumamannya.
Aku menggeram kesal dengan tingkahnya kali ini. Tak tahukah aku khawatir dengan keadaan putranya yang sudah beberapa hari ini tidak bisa dihubungi. Bahkan tak menampakkan batang hidungnya setelah kejadian waktu itu.
"Kau ada dimana?. Kenapa sulit sekali menghubungimu?" Tanyaku menekan sedikit emosi yang sudah menggebu.
Sekali lagi dia hanya bergumam tak jelas menanggapi pertanyaanku. Ugh-
"Kau masih disitukan?" Tanyaku lagi ketika hening menyelimuti percakapan kami. Aku tak mau ambil pusing dengan sikap wanita ini. Aku hanya ingin menanyakan keadaan putranya sekarang, yang selalu membuatku sulit tidur karena rasa aneh yang aku rasakan. Entalah apa itu.
"Ah sudalah. Kau sudah bertemu dengan Jungkook. Sudah dua hari ini anak itu tidak datang untuk latihan" ucapku tak sabar. Lagi-lagi hanya hening yang ku dapat. Sial-
Haruskah aku mengumpat kali ini karena tak ada tanggapan darinya. Ugh- sial, dan kenapa juga ada perasaan aneh ini. Kenapa juga aku harus menghawatirkan keadaan bocah itu. Tapi, tapi mungkinkah wanita ini juga tidak mengetahui keadaan putranya. Kalau memang iya, sepertinya aku harus mengumpat kali ini.
"Hallo...." lagi-lagi harus aku yang memecah keheningan percakapan ini.
"Ak....Aku harus segera kembali. Akan kubari nanti" ucapnya tanpa merasa bersalah. Dan aku semakin mengumpat kesal karena setelah itu Naera menutup sambungan secara sepihak.
Sial!.

Jungkook's
Dan hari ini terjadilah.
Ketakutan yang tak pernah terpikirkan oleh ku. Ketakutan yang sewaktu-waktu akan merenggut kebahagianku, impianku. Terenggut dengan sekejab oleh kenyataan yang bahkan tak ku ketahui ujung permasalahannya.
Aku harus bertanya kepada siapa disaat seperti ini?. Orang yang aku percaya saja tidak dapat memberi solusinya. Solusi? Eomma?, bahkan eomma tak pernah memberi jawaban itu padaku. Eomma?, jangan kau salahkan dia. Dia wanita yang melahirkanku, mendidikku, merawatku, bahkan mau memberikan separuh hidupnya padaku. Dia wanita yang sudah banyak berkorban banyak untukku. Jangan kau salahkan dia, salahkan aku yang tak memiliki nyali untuk menanyakan permasalahan itu. Salahkan aku, yang sangat menyayanginya hingga tak sanggup menyakitinya.
Sungguh, didalam lubuk hatiku aku sangat ingin mengetahuinya. Aku bukan seorang lelaki yang terlalu tak memperdulikan hal yang sepele seperti itu. Tapi begitu sangat inginnya aku memiliki impian seperti teman-temanku. Keluarga lengkap dengan ayah ibunya. Sungguh, aku bukan anak lelaki yang tangguh seperti yang kalian lihat. Aku hanya bocah lelaki yang sendirian diantara orang-orang disekelilingku.
Eomma...
Eomma...
"Dia tak pernah menyayangimu" .
Itu dia, sosok lelaki berambut hitam, bermata bulat, dengan mata hitamnya. Memandangku mengejek pada posisinya yang saat ini berada pada sudut ruangan kamarku.
Aku mendongak memandangnya tanpa minat. "Dia ibuku" ucapku lirih.
"Tidak, kalau dia ibu mu. Dia sudah memberimu penjelasan tentang masalah ini". Dia menyunggingkan senyum asimetrisnya.
Kepalaku tertunduk, benar. Dia begitu tahu tentang diriku. Bahkan sosoknya serupa denganku. Lelaki dipojok kamar itu terlalu mengerti diriku. Kesakitanku selama ini.
"Kau masih ingat, ketika kita di ejek oleh teman sekelas kita dulu?. Kau sangat tahu alasannya". Aku mengangguk membenarkan ucapannya. Aku masih ingat sekali masa-masa kelam itu.
"Itu karena kita tak memiliki Ayah" ucapnya lagi.
Aku menatap lelaki itu lagi. Melihatnya mengannguk membenarkan argumentnya sendiri, dan tersenyum asimetris.
"Minta jawabanmu sekarang, kita akan terselamatkan dari gosip buruk yang akan mengancam karir mu". Aku mengangguk lagi menanggapi ucapannya.
"Harus sekarang" paksanya.
"Kau harus mendapat jawabnya hari ini"

Tok.... tok....tok....

Aku mendongakkan kepalaku lagi yang tadi sempat tertunduk, diantara kakiku yang aku tekuk. Tak begitu lama terdengar suara Eomma.
"Sayang....kau didalam. Buka pintunya" pintanya. Terdengar nada hawatir pada suaranya.
"Itu dia. Minta jawabnya sekarang. Maka kita akan terselamatkan" itu suaranya, tapi ketika aku membalikkan kepala untuk melihatnya lagi, sosoknya sudah menghilang.
"Jungkook buka pintunya sayang" ucap eomma dengan nada putus asanya.
Aku bangkit dari posisi meringkukku. Berjalan pelan menuju pintu dan membuka pintu kamarku yang sempat terkunci.
Kuhalangi cahaya lampu yang tiba-tiba saja begitu mengganggu penglihatannku. Mungkin karena sudah terlalu lama aku mendekam dalam kamar tanpa pencahayaan.
Kugeser pelan lengan yang sempat menghalangi mataku. Baru aku bisa melihat wajah wanita dengan kerutan kekhawatiran yang sangat tampak pada raut wajahnya.
"Eomma" ucapku lemah.
####
"Kookie" pekik Naera. Wanita itu langsung memeluk putranya. Perasaan legah kini merambat cepat ditubuhnya.
Naera menarik tubuhnya. Melihat putranya, meneliti tampang putranya yang saat ini lebih mirip zombie.
"Kau kenapa?. Jangan buat eomma khawatir" Naera mengusap wajah putranya yang tampak kusut. Tentu dia masih mengkhawatirkan Jungkook. Tapi rasa itu tidak sekuat tadi ketika belum bertemu dengan Jungkook yang nyatanya baik-baik saja.
Jonkook kembali memeluk ibunya. Memeluk erat menekan emosi yang saat ini sudah ingin ia muntahkan. Tapi dia juga tidak ingin menyakiti ibunya.
Berbeda dengan Naera. Wanita menanggapi pelukkan kuat putranya. Mungkin Jungkook sedang memiliki masalah pikirnya. Dia hanya mengusap pelan punggung putranya, menenangkan. Hingga pelukkan putranya mengendur lemah.
"Mom" ucap Jungkook menumpukkan dagunya dibahu ibunya.
"Hhmm" jawab wanita itu. Tangannya masih setia mengelus punggung putranya.
"Aku boleh bertanya sesuatu?" Tanya Jungkook lagi. Naera mengangguk.
"Apakah aku boleh tahu tentang ayahku?" seketika itu juga usapan tangan Naera berhenti di punggung putranya.

Vote commentnya!!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Just One DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang