part 4

636 44 2
                                    

Ada yang nunggu kelanjutanya??? Nie saya post lagi ceritanya ^^

Happy reading


Ini hari dimana ketakutan naera menjadi nyata. Gadis itu tengah menemani sang putra disebuah ruang kedap suara. Ruangan yang hampir penuh dengan alat musik, papan-papan besar dengan banyak tombol yang tak diketahui apa kegunaannya, yang naera ketahui dirinya sekarang berada disebuah ruangan yang sering disebut studio rekaman. Bukankah dirinya dulu juga seorang penyanyi?.
Jungkook masih setia berlatih lagu yang akan direkamnya. Disebrang ruangan naera berdir, hanya saja naera tak bisa mendengar lagu yang dilantuntan putra, selain ruangan itu kedap suara, ruangan itu juga dibatasi oleh kaca bening yang mau tidak mau menghalangi gadis itu untuk mendengar latihan vokal jungkook dengan mentor vokalnya.
Gadis itu sesekali tersenyum melihat putranya yang begitu tampan, air muka kekanakannya sudah hilang terganti dengan wajah serius khas lelaki berumur. Naera sampai lupa kalau memang putranya kini beranjak remaja dewasa. Putra kecilnya dulu yang selalu membuat pelangi rasa dihidupnya kini sudah beranjak dewasa.
"Sedang apa kau disini"
Kata itu begaikan petir disiang bolong. Naera tau suara itu, suara lelaki yang amat ia kenal. Suara yang membuatnya terperanjat kaget seketetika itu juga. Gadis itu menoleh cepat kesumber suara.
"Tentu aku menemani putraku" jawab naera sinis.
"Putra?" Ucapan kyuhyun terpotong. Tiba-tiba saja dirinya menoleh ke arah bocah laki-laki yang berada dibalik dinding kaca.
"Apa jungkook itu putramu?" Tanya kyuhyun hati-hati
"Ne, oppa" jawab naera mantap. Tak perlu ada rasa takut itu lagi naera.gadis itu mensugesti dirinya. Lelaki ini sudah akan menikah, begitu kata taeyang kemarin. Jadi tak perlu takut kalau suatu saat nanti pria ini mengetahui rahasia itu.
Dahi kyuhyun semakin berkerut semakin dalam, ingin menimpali ucapan naera yang begitu meyakinkan itu. Tapi sepertinya kali ini bukan saat yang tepat, lain kali.
"Baiklah" hanya kata itu saja yang akhirnya dia ucapkan. Meskipun ada dorongan perasaan aneh yang ingin membantah ucapan gadis ini. Entah kenpa dia ingin bertanya lebih jauh lagi tentang jongkook pada naera.


Selanjutnya tak ada yang berbicara lagi antara naera dan kyuhyun. Sunyi. Keduanya sibuk memperhatikan bocah remaja dibalik dinding kaca, yang saat ini begitu serius melantunkan setiap lirik lagu yang dia suarakan.
Mom, let's be happy
Let's not be hurt, not be hurt
Let's be happy, let's be happy
Let's not be hurt yeah, yeah
(♪Working_Jungkook)
"Ini lagu karyanya sendiri" suara kyuhyun memecah keheningan mereka berdua. Pria itu tersenyum simpul melihat naera yang kini menatapnya tak percaya. Mulut gadis itu terbuka terkejut.
"Dia begitu pintar dalam segala hal" itu pujian dari kyuhyun, matanya tak pernah absen melihat bocah lelaki itu. Begitu ia mirip dengan dirinya dulu.
"Tentu, aku eommanya. Aku lebih tau darimu"
"Benarkah?, bukannya kau hanya membimbingnya les piano?" Kyuhyun mengejek. Tentu dia tahu, setiap orang yang ia tangani, kyuhyun harus mempunyai asal usul orang yang ia tangani dengan JELAS. Jungkook salah satunya, dia sangat tahu ibu bocah lelaki ini hanya menyekolahkan jungkook disekolah formal, mengikutkan jungkook les piano setiap hari rabu saja. Itu sangat aneh sekali, mengingat ibu jongkook adalah seorang pengusaha kelas menengah.
Hati naera menciut, tak pernah terpikir olehnya kyuhyun akan mengetahui fakta ini. Naera tak tahu harus berkata apa. " aku tak mau putraku mengikuti jejak eommanya. Masa-masa itu begitu sulit untukku" tentu naera akan berkata seperti itu, itu kenyataanya. Bahkan semakin sulit kala ia mengandung jongkook.
"Oo, aku tahu. Tapi bukan suatu alasan kau menghalangi putramu untuk menggpai impiannya?"
"Sudah sejauh mana putraku membicarakan dirinya kepadamu?" Tiba-tiba saja rasa cemburu itu ada. Rasa memiliki jongkook sepenuhnya. Tentu, jungkook putranya.
"Dia hanya mengatakan, dia sangat menyayangi eommanya dan mimpinya" jawab kyuhyun tenang.
"Bocah itu menulisnya ditengah bulan yang lalu. Waktu itu kami tengah berlatih vokal tinggi diruang latihan. Bocah itu tak meninggalkan gedung ini selama satu minggu, entalah apa alasanya. Yang baru aku sadari beberapa hari belakangan ini. Dia merindukan keluarganya" kyuhyun tersenyum simpul mengenang masa itu. "Dan lagu ini tercipta akan hal itu. Dia masih sangat polos naera"
Naera mengusap air matanya yang terjatuh dengan kasar. Bukan, bukan itu yang dipikirkan putranya itu. Dia sangat mengenal putranya, bukan yang seperti kyuhyun pikirkan. Bukan karena jungkook rindu dirinya. Tapi melainkan dia rindu ayahnya. Ya tuhan, apa kah dia berdosa sampai sekarang belum mempertemukan seorang anak dengan anaknya?. Apa selama ini putranya memendam rasa itu kepada dirinya, hanya untuk tak menyakitinya.
"Kau kenapa naera? Kenapa kau menangis?"
Gadis itu menggeleng lemah, tidak untuk saat ini. Tidak, bukan saat ini, kyuhyun belum boleh tau tentang masalah ini. Belum.

***
Pria itu masih sulit untuk percaya, bekali dia meyakinkan dirinya. Jeon Jungkook sangat mirip dengam dirinya saat muda, suara, tekat maupun semangatnya, sangat mirip dengan kyuhyun kecil. Tak ada cela perbedaan antara dirinya dengan bocah belasan tahun itu, hanya saja wajah mereka berbeda. Tak ada kemiripan kyuhyun dengan bocah itu. Mata jungkook bulat sempurna, tak seperti kyuhyun yang memerlukan oprasi mata. Rambut hitam legam dengan aksen rahang yang mulai kokoh dengan bertambah usianya, kulit halus dan berwarna, kyuhyun yakin itu diturunkan oleh naera. Sosok pria cantik khas korea terbungkus dalam wajah bocah lelaki itu.
"Bagus nak" sapa kyuhyun tanpa basa-basi ketika jungkook baru keluar dari pintu ruang rekaman.
Jungkook melihat kyuhyun sekilas, lalu beralih memandang eommanya, tersenyum sekilas. "Lagu yang bagus, eomma tak percaya kalau kau yang menulis lagunya"
Jungkook kembali tersenyum, mendekat dan memeluk tubuh naera. "Tentu, untukmu"
"Untuk appa, kau merindukannya, hmmm?" Akhirnya. Naera mengusap punggung putranya, menarik sedikit tubuhnya, melihat wajah putranya, khawatir. Tapi seakan tahu kegundahan hati putranya, jungkook mengangguk mengiyakan.
***

Tbc


Ada yang nungguin kelanjutan cerita ini. Seneng lah mskipun viewers nya masih sedikit. Trima ksh yg udh mau lihat dan baca cerita saya

Just One DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang