Confession

1.3K 83 6
                                    

"Gue benci banget Keenan, dut" ucapku pada Gio yang kini tengah makan di kantin bersamaku. Bell pulang sudah terdengar dari tadi jadi kini kantin sepi hanya aku dan beberapa orang kelaparan setelah pulang sekolah. Gio masih sibuk dengan gorengan yang ada di meja bukannya mendengar apa yang aku keluhkan. Aku mendesah kemudian mendorong kakinya dari bawah meja. Ia mengaduh kesakitan dan protes karena kelakuan kasarku. Aku meminta maaf padanya dengan alasan aku kesal pada Keenan dan kesal padanya karena ia tak memperhatikanku.

"Lo udah tau dulu Keenan gitu masih aja nyimpen perasaan sama si kunyuk" kali ini berkomentar setelah menghabiskan dua buah gorengan yang ada di meja.

"Ya namanya juga suka masa iya gue harus tahan-tahan. Gue pikir dia bakal tobat dan serius deketin gue. Cewek mana coba yang gak salah paham liat laki-laki ngajak pergi berdua? Terus cewek mana yang gak GR kalo setiap hari di baikin kaya gitu?" ucapku meluapkan kekesalanku pada Gio.

"Udah gak usah mikirin si kunyuk mending mikirin gue" aku menatap Gio tajam sudah tau aku tengah dalam mood yang kacau ia malah bercanda denganku. Ia hanya tertawa dan bilang ia hanya bercanda siapa tau aku terhibur. Tapi aku tak terhibur yang ada aku malah tambah kesal.

"Terus sekarang lo marahan lagi sama si kunyuk?" Gio bertanya dan aku tak tau jawabannya. Aku tak berhak marah tapi aku marah padanya. Aku ingin bersikap biasa saja tapi tak bisa. Aku ingin segalanya seperti semula hanya ada perasaan teman terhadap Keenan tapi aku tak bisa. Aku tak bisa melakukan hal seperti biasa jika berkenaan dengan Keenan.

"Gak tau kacau perasaan gue sama dia" racauku frustasi karena Keenan mempermainkan perasaanku. Entahlah apa kata Keenan mempermainkanku benar atau aku yang hanya terlalu percaya diri hingga salah menanggapi apa yang Keenan berikan padaku hingga menyalahkannya mempermainkanku.

"Cup..cup..cup sini gue peluk biar gak sedih" aku melayangkan tatapan tajam pada Gio dan ia tetap tersenyum dan menarikku kedalam pelukannya. Ia seperti boneka beruang super besar yang ada di kamarku dan aku merasa senang bisa punya sahabat seperti Gio yang mau mendengarkan keluh kesahku sekalipun aku sangat menyebalkan ketika aku kesal terlebih jika menyangkut Keenan.

***

Keenan says "What you expect from me?"

Aku menatap status yang baru saja ditulis Keenan di media sosial miliknya. Aku jadi memikirkan apa yang aku harapkan dari Keenan. Entahlah aku sendiri tak pernah tau apa yang aku harapkan darinya. Apakah aku ingin lebih dari sekedar temannya atau aku ingin jadi perempuan paling spesial di hatinya? Aku tak tau apa yang aku harapkan darinya.

Keenan : Hai :)

Aku : Hai

Keenan : Lagi ngapain?

Aku : Diem di kamar dengerin musik

Keenan : Maafin gue tempo hari

Aku : Ya lupain aja, gue juga minta maaf bersikap berlebihan

Keenan : Sebenernya apa yang lo harapin dari gue?

Aku : Entah, bimbang gue jawabnya

Keenan : Masa? Lo tentu tau apa yang lo mau dari hubungan kita

Aku : Hati gue kelabu gak bisa baca apa yang hati gue mau

Keenan : Mau gue bantu buat bikin tau apa yang hati lo mau?

Aku : Entahlah gue gak ngerti sama apa yang gue mau dan gue juga bingung sama apa yang gue rasain sama lo. Gue bener-bener gak tau apa yang saat ini gue lagi lakuin. Gue linglung, bingung, sesat dan gak tau harus gimana

FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang