Second Choice???

1.2K 78 1
                                    

Aku melihat Keenan yang sibuk dengan ponselnya. Kami tengah mengerjakan tugas kelompok dan dari tadi ia sibuk sendiri dengan dunianya. Aku bukan cemburu karena ia terus bersama ponselnya, aku hanya kesal karena ia tak menghargai aku dan Gio yang sibuk mengerjakan tugas kelompok kami.

Ini seperti de javu saja, aku jadi ingat kenapa aku bisa curiga ia punya teman perempuan lain karena ia suka bermain ponsel setiap saat dan ia menujukan gejala itu lagi. Jika ditanya apakah aku cemburu, entahlah aku tak bisa memikirkan jawaban yang jujur dalam hatiku apakah aku cemburu atau tidak. Aku hanya ingin menikmati pertemananku dengan Keenan dan Gio. Tak mau terlalu memikirkan perasaan cemburu atau apapun itu.

"Jadi Nan, lo tinggal kasih point-point pentingnya aja buat presentasi" ujar Gio yang hanya di balas tatapan bloon dari Keenan. Ia masih saja berkutat dengan ponselnya mebuatku dan Gio saling berpandangan.

"KEENAN!!!!" teriak aku dan Gio berdua membuat Keenan akhirnya menatap kami berdua bukan lagi pada ponselnya.

"Sorry guys" ia menggaruk-garuk belakang rambutnya merasa bersalah karena telah mengacuhkan kerja kelompok ini.

"Kalo mau pacaran nanti habis kerja kelompok beres" cibirku tak tahan karena matanya kini kembali pada ponselnya.

"Ada yang cemburu gitu nih" itu Gio dan aku melayangkan tatapan maut agar mulutnya berhenti menggodaku.

Aku menutup buku yang ada dipangkuanku. Akhirnya semuanya selesai sudah tugas-tugas yang menumpuk. Meski ini kerja kelompok tetap saja pasti ada seorang yang harus bekerja ekstra lebih keras untuk menyelesaikan tugas dan sialnya saat ini aku orangnya. Gio memang membantuku dengan baik tapi berulang kali ia membuat kesalahan hingga aku yang harus memperbaikinya sementara Keenan, ia mengerjakan tugasnya meski terus saja melihat kearah ponselnya.

"Nan lo punya gebetan baru ya?" celetuk Gio ketika aku pergi kedapur untuk mengambil camilan baru yang sudah habis. Aku memasang kuping lebih tajam ingin mendengar apa yang Keenan katakan.

"Apaan sih lo dut nanti kalo Natasya denger dan ngamuk gimana" hatiku menciut mendengar ia bicara seperti itu. Kenapa ia tak jujur saja dan bilang kalo ia punya gebetan baru? Toh aku hanya temannya saat ini meski masih menyimpan perasaan-perasaan cinta tapi aku lebih senang jika ia jujur bahwa ia punya perempuan yang ia sukai.

Setelah selesai mengambil camilan aku menaruhnya diantara Gio dan Keenan. Aku menekuk wajahku tak bisa menyembunyikan perasaan kesalku pada Keenan. Aku tau dan sadar diri bahwa aku bukan siapa-siapa Keenan yang membuatnya tak perlu memberitahu apapun padaku.

"Kenapa wajah lo tiba-tiba di tekuk gitu?" tanya Gio yang sangat perhatian padaku, ia benar-benar tau jika moodku berubah. Ia memang teman yang baik tak seperti Keenan yang malah sibuk makan.

"Cape" hanya itu alasan yang terdengar masuk akal yang bisa membuat wajahku kesal tiba-tiba. Itu juga satu-satunya alasan yang membuat dua orang ini tak akan bertanya-tanya.

Ponsel Keenan berbunyi nyaring membuat sang empunya tersenyum kegirangan. Aku melirik Gio dan ia melayangkan tatapan bahwa ia tak tau apa yang terjadi. Aku bisa melihat semangat yang membara di mata Keenan saat ia membalas pesan yang baru saja masuk.

"Dut karena si Natasya lagi cape kita cabut aja yuk, buruan dut" Keenan merapihkan buku-buku miliknya secepat yang ia bisa. Aku makin mengerutkan dahi, apakah ia baru saja menerima pesan dari gebetannya? Apa ia baru saja diajak bertemu oleh gebetannya? Ah sial aku begitu penasaran tapi gengsi untuk bertanya padanya.

"Sya gue balik ya sama si gendut, sampe ketemu besok. Bye Sya" ujar Keenan yang kini tengah menarik Gio yang masih malas-malasan duduk di sofa. Aku masih mengerutkan kening melihat Keenan yang begitu sabaran. Sebegitu menarikkah perempuan barunya hingga begitu bersemangat saat ini?

FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang