Hubungan Tanpa Status

1.3K 81 0
                                    

Dengan seenaknya Keenan merebahkan kepalanya di pangkuaanku. Aku sendiri tak tau kenapa ia dengan semaunya menjadikan pahaku sebagai bantalannya. Aku sudah protes ketika detik pertama ia melakukan itu tapi ia tak pernah mau mendengar protesku.

"Sebentar aja Sya" ujarnya yang kini matanya terpejam membuat bulu matanya yang panjang terlihat cantik dari atas sini. Oh Tuhan sejak kapan aku jadi memujinya seperti ini, aku benar-benar kehilangan pikiranku sendiri.

"Jangan pandang gue seperti itu atau gue jadi akan lebih lama tidur disini" ujarnya masih dengan mata terpejam membuatku gelagapan. Bagaimana ia tau bahwa aku mengamatinya.

Degup jantungku sudah berdetak tak normal ketika kepala Keenan menyentuh pahaku. Sungguh aku belum pernah sedekat ini dengan seorang pria bahkan dengan mantan-mantan pacarku aku belum pernah sedekat ini. Ia laki-laki pertama yang pernah seintim ini denganku, hanya ia dan ini memberi sensasi yang aneh pada diriku.

"Oh terimakasih atas bantuannya" ia beranjak dari tidurnya sambil merentangkan kedua tangannya. Ia menatapku kemudian mengacak rambutku hingga berantakan sambil sekali lagi mengucapkan terimakasih. Aku hanya bisa diam dan memandang senyumnya.

"Lo kenapa bengong mulu" ia menyikut lenganku membuatku berpura-pura kesakitan namun dihiraukan olehnya.

"Nan gue gak suka lo seenaknya kaya gitu" ucapku mengutarakan perasaanku bahwa aku tak suka melihatnya dengan seenaknya berbuat apa yang ia suka padaku.

"Kenapa sih lo? Sensi amat, datang bulan? Perasaan datang bulan lo masih lama" ya Tuhan kenapa sih ia jadi mengusik mengenai datang bulan, padahal aku tadi bicara biasa saja tanpa ada emosi yang terselip di nada bicaraku. Aku hanya bicara mengenai ketidaksukaanku mengenai dirinya kenapa jadi ia menuduhku aku PMS. Sungguh aku jadi kesal di buatnya.

"Ya gue gak suka aja lo gitu dan emang gue gak PMS, lo tau kelakuan lo bikin orang-orang ghibah tau" ujarku memaparkan alasan mendasar aku tak suka dengan perlakuannya yang seperti itu.

"Yey biarin aja orang ngomong apa" ujarnya yang masih saja keras kepala padahal aku sudah bilang aku tak suka dan ini memang baik untuk kita berdua.

"Ya lo yang biarin aja tapi getahnya kena gue" cibirku mengingat beberapa hari lalu ada beberapa teman perempuanku dan teman perempuannya yang heboh bertanya perihal hubungan kami sedangkan aku bingung akan menjawab apa. Di bilang teman memang ada beberapa hal yang Keenan lakukan lebih dari teman tapi dibilang punya hubungan lebih dari teman aku tak yakin kami tengah melakoni hubungan yang lebih dari teman. Ini sungguh membingungkanku.

"Ingat beberapa orang sibuk nanya gue pacaran atau gak sama lo, risih tau ditanya kaya gitu, mana gue gak tau jawabannya lagi" aku mencoba memberinya kode agar tau apa yang kuraskan, bahwa aku benci di ambang ketidakpastian seperti ini. Berada diantara memiliki hubungan lebih dari teman atau tidak, aku benci itu.

"Lo sayang sama gue gak?" tanyanya serius membuatku berpikir sejenak kemudian bilang jika aku memang menyanginya tapi aku tak tau maksud dari sayang disini sayang seperti apa tapi yang jelas aku memang menyayanginya.

"Gue juga sayang sama lo, jadi selama gue sayang sama lo dan lo sayang sama gue semua aman dan inget gak usah dengerin kata orang" ia kembali mengacak rambutku sambil tersenyum manis sekali. Aku terbuai dalam senyuman yang ia berikan hanya untukku.

***

Aku sudah memegang sebotol air mineral dan handuk kecil khusus untuk Keenan. Ya, tadi ia bilang sebentar lagi sesi latihan basketnya akan selesai jadi aku dengan khusus membawa dua benda penting yang selalu dicarinya ketika selesai latihan. Aku senang bisa menyediakan apa yang Keenan butuhkan.

FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang