26

57.3K 3.4K 121
                                    

               Ini aku update cepat ya. Aku gak pernah janji untuk selalu cepat update dan berhubung aku juga punya kegiatan di real life otomatis aku harap kalian paham. Baru beberapa hari update udah disuruh update lagi, gimana sih? Jadi apa serunya ini cerita kalo jedanya cepat bgt.

Oh ya aku juga bingung mau digimanain ini cerita. Apa dibuat sad ending aja? Lol

Btw enjoy di part ini ya

 
***
 
 
 

Aku masih berbaring malas di tempat tidur meskipun sekarang sudah pukul 9. Terkadang ada enaknya juga jadi pengangguran, bisa tidur sampai jam segini tiap hari tanpa ada gangguan. Tapi kemungkinan bulan depan aku sudah bisa mengajukan lamaran di beberapa tempat sekaligus melanjutkan studi S2 disini. Jadi untuk sekarang, aku harus menikmati sisa-sisa quality time-ku selagi gak ada kerjaan.

Gak terasa sudah 3 bulan aku di rumah orangtuaku. Kondisi hatiku pun lebih membaik daripada saat kedatangan awalku kesini. Aku sengaja menyibukkan diri dengan mengerjakan pekerjaan rumah dan ikut serta dalam acara sosial atau arisan Mama. Berkali-kali aku dikenalkan dengan anak teman-teman Mama yang aku bisa bilang lumayan sih, tapi tetap aja aku gak punya rasa tertarik sama sekali. Tia pun meledekku, katanya aku terlalu pemilih dan aku menanggapinya seperti angin lalu. Yang benar aja aku bisa move on segampang itu terlebih lagi hubunganku sama Devan belum resmi ada kata putus.

Aku juga mengganti nomorku yang baru. Sedangkan nomor yang lama aku musnahkan dengan cara mematahkannya tanpa aku cek terlebih dahulu. Aku juga menghapus semua aplikasi sosial media, semua history dan foto-foto Devan. Setelah sekian lama akhirnya aku menghidupkan kembali handphoneku dan menghubungi beberapa teman. Reaksi mereka pun bermacam-macam, ada yang marah ada yang sedih dan ada yang cuma sekedar bersimpati.

Sejenak sempat terlintas untuk menghubungi Nanda. Tapi aku takut, aku belum siap untuk dengar semua perkembangan kantor selama aku gak ada disana. Terlebih lagi pasti dia bakal membahas tentang Devan. Aduh, belum sanggup aku.

"Jadi kapan balik kesini?" Tanya Firny diujung sana.

"Sekitar minggu depan. Tapi please, jangan bilang siapa-siapa ya."

Sejenak kami sama-sama diam.

"Terlalu banyak yang mau gue bicarain, Mit. Gue harap lo paham." Ujarnya kemudian.

Aku menutup mataku. Aku harap semoga dia gak halangin aku untuk pergi. Karena gak mungkin aku hidup tenang disana lagi. Cuma disinilah aku tenang.

"Ya, semoga kita saling paham."

Kami sama-sama menutup sambungan teleponnya. Hubunganku dan Firny gak akan berakhir, kan. Cukup rasanya aku kehilangan Dion dan Katya. Jangan ada yang lain lagi.

Aku merasa hatiku balik galau. Aku pun beranjak keluar rumah dan menyiram tanaman-tanaman peliharaan Mama. Beginilah kegiatanku setiap aku sedih, merawat bunga-bunga berharap mereka bisa mengerti perasaanku. Arrgghh, kayak di dongeng-dongeng aja.

"Mita.."

Aku mendengar suara pria yang sedikit familiar di telingaku. Aku membalikkan badanku dan berteriak riang. Aku pun berlari dan loncat memeluknya.

"Udah berapa lama di Semarang? Kok gak ada kasih kabar."

Aku tertawa begitu dia berekspresi pura-pura marah di depanku. Dia Gery, temanku waktu SMP. Aku memang selalu ngasih kabar ke dia setiap pulang kesini. Tapi ya gimana mau ngabarin, kan handphone aku matiin.

"Maaf, aku memang mendadak kesini. Udah 3 bulan juga sih." Ujarku.

"3 bulan itu lumayan lama, Mita. Teganya kamu. Aku bahkan tau kabar kamu disini dari Tia."

Hold Me CloserWhere stories live. Discover now