8

75.8K 4.3K 27
                                    

Aku mengemudikan mobil secara gak karuan menuju rumah Katya. Hari ini aku kebelet pengen curhat ke dia. Katya adalah orang ketiga yang akan ku beri tau tentang masalah ini. Masalah yang terjadi secara mendadak.

Sekitar 4 hari yang lalu, seperti biasa Dion mengajakku keluar. Kami makan malam dan Dion mengantarku pulang. Sebelum keluar dari mobil, Dion menahanku dan menciumku. Memang sih cuma sekedar bibir nempel doang. Tapi tetep aja kesel.

Pertama aku ceritakan masalah ini ke Dea, tetanggaku yang apartemennya sebelahan denganku. Kami cukup dekat. Kemudian aku menceritakannya ke Sofia, salah satu rekan kerjaku yang sudah akrab sejak sebulan yang lalu. Dan jawaban mereka berdua sama saja. Mereka bilang, Dion masih cinta sama aku.

Aku memarkirkan mobilku seperti biasa di sebelah taman. Sebelum masuk aku menyapa beberapa tukang kebun yang lagi bekerja disana.

"Ooh, Katya nya pergi ya Bun?" Tanyaku yang kecewa, ternyata Katya lagi gak ada di rumah.

"Iya. Bunda juga gak tau dia pulangnya jam berapa."

"Oh, ya udah deh Bun, Mita balik dulu."

"Eh kok balik? Kamu lupa ya? Kamu harus makan dulu kalau udah sampe sini."

Ya begitulah. Aku gak akan diizinkan pulang sebelum makan siang dulu disini. Sekuat apapun alasanku, Bunda akan tetap memaksaku untuk makan. Tapi sialnya, aku pikir Bunda akan menemaniku makan. Bunda malah pergi karena ada janji dengan teman-temannya. Alhasil, aku makan sendirian disini.

"Kalau tau gini mending gue cabut pulang." omelku sambil menyuapkan nasi ke mulutku.

Lagi enak makan, tiba-tiba aku merasakan ada aura aneh disekitarku. Eh, apaan ini? Kok kayak ada yang meluk kaki gue. Aku melihat ke arah kaki ku yang ada di bawah meja. Ya Tuhan, ada anak kecil lagi kegirangan meluk kaki ku. Eh? Itukan anak Devan. Berarti Devan lagi disini juga dong. Damn!

Anak itu tersenyum menampakkan giginya saat melihatku. Reflek itu membuatku ikut tersenyum. Manis banget anak ini. Pengen aku bawa pulang rasanya. Terus kena gorok deh sama bapaknya.

"Gavin!" Seseorang berteriak memanggil nama anak ini dan aku tau siapa itu.

Bapaknya muncul. Cukup lama dia terdiam melihat keadaan anaknya yang lagi di kolong meja sambil meluk kaki ku. Awkward  banget. Entah apa yang dipikirannya melihat keadaan kayak gini.

"Gavin, what are you doing ? Jangan disitu dong. Kasian tante ini lagi makan kamu gangguin." Devan ngulurin tangan ke anaknya.

Wah, gak nyangka dia perhatian sama aku yang lagi makan. Aku terharu.

"Gak apa apa kok." Sahutku sambil memegang tangan anaknya agar keluar dari kolong meja. Ternyata anaknya nurut sama aku.

Devan memeluk anaknya. Entah kenapa saat ini aku merasa dia beda banget. Jiwa seorang ayah-nya keluar. Raut wajahnya juga lembut banget. Gak kayak biasanya yang suka masang tampang penjaga pintu neraka.

Anak itu melepas pelukannya dari Devan dan kembali ke arahku. Aku terkejut saat dia memegang tanganku. Dalam hati aku kegirangan. Jangan-jangan nih anak suka sama aku, hehehe.

"Kamu ngapain? Tante ini masih makan." Ujar Devan berusaha menarik anaknya.

"Eh enggak. Ini udah siap makan kok." Jawabku meyakinkan.

"Terus kalau udah siap lo mau ngapain?" Katanya dengan nada ketus lagi. Rupanya sifat lembutnya hanya bertahan sebentar. Setan tetaplah setan.

"Kayaknya dia mau ngajak main tuh." Ucapku dengan penuh percaya diri. Tapi Devan malah membalasku dengan tatapan 'mati aja lo' yang membuatku merinding.

Hold Me CloserWhere stories live. Discover now