"Eh dari tadi si Vira kok ga nongol-nongol sih?" tanya Tasya. Dia masih memainkan ponselnya.
"Gatau. Tadi kan lo yang sama dia. Gue pingsan" jawab Veriska acuh. Dia memang tidak tahu sahabatnya yang satu itu. "Oo iya ya"
"Finally. Gue udah siap. Jalan yuk. Masih belum masuk kan?" Veriska menutup buku kimianya. Tasya menggeleng. "Maksud lo?" tanya Veriska.
"Maksud gue, belum masuk kelas kok. Ayo lah. Gue bosan bet disini" Mereka segera keluar dari kelas.
"Hai kak Veriska, Kak Tasya" sapa salah satu adik kelasnya. "Hai juga Nada" Veriska dan Tasya balik menyapa sambil memberikan senyumam manis mereka. Veriska telah melupakan kejadian kemarin.
Veriska dan Tasya mengelilingi sekolah seperti biasanya, minus Vira. Mereka masih tidak tahu dimana Vira. Banyak yang menyapa Veriska. Veriska termasuk primadona di SMA Garuda. Wajahnya yang cantik seperti bule dan matanya yang berwarna hazel terang, membuat semua orang menyukainya, bahkan banyak adik kelas yang menjadi penggemarnya. Muka yang ke bule-bulean itu diambil dari ibunya yang berketurunan Brazil. Sedangkan ayahnya adalah orang indonesia asli.
Tak sengaja Veriska mendengarkan seseorang berbicara di toilet. "Sayang, kamu udah putuskan dengan Veriska?" tanya seseorang itu dengan manja. Suaranya terdengar seperti suara Vira.
"Tenang aja sayang. Aku udah mutusin dia. Ngapain aku pacaran lama-lama dengan orang yang ga aku sayang. Aku kan sayangnya cuma sama kamu" jawab seseorang. Veriska dan Tasya tau itu pasti suara Vira dan Rafa.
Veriska terdiam. Tak menyangka kalau sahabatnyalah yang merusak hubungannya dan Rafa. Seharusnya dari kemarin dia sadar, selama beberapa bulan terakhir Vira jarang bersama mereka.
Tasya langsung emosi. Dia tak terima dengan semua ini. Sahabatnya telah mengkhianatinya dan Veriska. Saat Tasya ingin masuk ke dalam toilet, tangannya ditahan oleh Veriska. "Udah.. biarin aja mereka" isak Veriska. Tasya langsung merengkuh tubuh Veriska. Dia tau apa yang Veriska rasakan.
"Vira bener-bener kelewatan! Gue ga habis pikir dengan jalan pikir Vira! jadi selama ini dia bilang kalau dia mau jalan sama nyokap itu palsu! Gue ga pengen lagi temenan sama dia, cih ga sudi gue" Tasya berdecih. Veriska hanya terdiam. Tatapannya kosong. Mukanya lengket. Dia tidak merespon apa yang Tasya bicarakan.
Veriska tidak menyangka harus jadi seperti ini. Kenapa harus jadi seperti ini hidupnya? Dia jarang mendapat kasih sayang seorang ayah dan ibu, saudara kembarnya telah meninggal saat mereka berusia 13 tahun. Dan sekarang, sahabatnya mengkhianatinya. Kenapa harus orang yang dia sayang? Veriska tidak tahu lagi harus bagaimana. Mungkin ini takdir atau mungkin tuhan bisa mengubah jalan hidupnya.
Veriska kembali menangis. Tasya hanya bisa menenangkan dan memeluknya. "Yang sabar ya Ve. Gue yakin Allah bakal membalas semuanya"
💔
Veriska menatap sebuah gundukan tanah. Disitu tertulis nama Syanindya Verisya Saputri di nisannya. Veriska meletakkan bunga lily favorit saudari kembarnya dan mulai membaca doa-doa. Setelah itu dia mulai berceita. Dia masih menggunakan seragam sekolahnya. Inilah hal rutin yang dia lakukan setiap sebulan sekali. Tapi sudah dua bulan dia tidak mengunjungi makam kembarannya.
"Hai Syanin. Udah dua bulan gue ga ke kuburan lo. Maaf ya. Waktu itu gue sibuk" Tidak ada yang menjawab. Disitu hanyalah terdapat Veriska dan makam Syanin.
"Gue gatau harus ngomong apa. Gue kesepian di rumah kita yang super besar itu. Semenjak lo pergi gue ga ada temen. Kenapa lo waktu itu harus ngorbanin ginjal lo buat gue?"
"Gue gaapa kok kalo mati asal lo ga mati. Syanin, gue kangen sama lo. Gue kangen buat curhatan lagi dengan lo. Gue itu kesepian. Semenjak lo pergi, mama sama papa sibuk. Gue serasa bukan siapa-siapanya lagi mereka" Air mata Veriska jatuh tepat di atas makam Syanin. Veriska mengambil nafas panjang. "Mereka memang nafkahin gue. Beliin gue ini itu, ngasih gue kartu kredit unlimited. Tapi itu bukan yang gue inginkan, gue hanya mau kasih sayang seorang ibu. Gue ini serasa anak Bi Sumi sama Pak Amir. Gue hanya di temenin sama mereka. Gue ini ada salah apa sama mereka?" Air matanya semakin tak tebendung lagi.
"Semenjak lo pergi, semuanya hilang. Mereka ga pernah peduliin gue. Bahkan pulang ke rumah sama nelpon gue aja cuma sebulan sekali. Mungkin gue tau mereka udah kehilangan anak yang paling mereka banggakan. Mungkin gue dulu emang paling bandel dan gabisa dikasih tau. Tapi sekarang gue udah berubah. I change myself for them. Aku ngubah diri aku buat mereka. Aku berubah jadi kaya lo. Gue coba dapet nilai bagus, gue ikut les piano hingga gue dapat beasiswa, tapi apa... sia sia. Gue ga bisa jadi lo syanin." Veriska tersenyum pedih.
"Sahabat gue dari kelas 1 sma juga ngekhianatin gue. Pacar gue mutusin gue setelah kami jalanin hubungan kami 2 tahun. Dua tahun itu ga lama. Gue ga nyangka ternyata 'mantan' pacar aku selingkuh dengan sahabat aku sendiri"
Air hujan mulai turun dengan sangat lebat. Veriska membirkan tubuhnya diguyur air hujan. "Syanin,Kenapa hidup gue harus kaya gini? Gue capek dengan semua ini. Gue pengen lo bawa gue. Gue pengen bareng sama lo kaya dulu kita dilahirkan. Kenapa kemarin ga gue aja yang mati. Jadi ayah dan ibu tidak kecewa. Gue capek Nin. Pliss Bawa gue ke alam lo. Gue udah gatahan di dunia ini" Hujan semakin deras begitupun air matanya. Namun dia sadar Syanin tak akan menjawabnya. Mungkin Syanin hanya bisa mendengarnya.
Veriska mulai menggigil kedinginan. Dia harus pulang sebelum Bi Sumi mengkhawatirkannya. "Sampai jumpa lagi Syanin" ucapnya sebelum pergi.
Hai lagi. Kali ini ceritanya agak panjang dan sedikit absurd. Jadi maaf karena sedikit absurd dan maaf kalau ada typo nya soalnya nulisny pake hape.
Jangan lupa ya abis baca kasih Vote+Comment
Salwa Wiweka Homel💋
YOU ARE READING
I Have To Be Strong (SLOW UPDATE)
Teen FictionAnindya Veriska S. Tubuh indah bak model, berparas cantik dengan sentuhan gen Indonesia dan Brazil, kekayaan keluarga yang mungkin tidak akan habis tujuh turunan, serta terkenal lantas tak membuatnya bahagia. Bahkan jauh dari kata bahagia. Dib...
Part 3
Start from the beginning
