Bagian Delapan : AKU MERINDUKANMU, LEO 'SI BUSUK YANG TENGIK'!

Mulai dari awal
                                    

Ristaya mengerti, dia berkata dengan bibir yang gemetar. "Aku akan membunuh perasaanku. Tapi, nanti, setelah semuanya selesai. Sekarang, aku ingin bahagia, Dam. Aku ingin merasakan perasaanku pada Leo."

Adam tertegun, pria itu bahkan tidak bisa berkata apa-apa lagi jika memang keputusan Ristaya seperti itu. Difikirannya hanya berkata bahwa Ristaya adalah wanita bodoh dan tolol yang pernah dia kenal.

"Dasar keras kepala," Adam memukul pelan kepala Ristaya dengan kaleng soft drink hingga membuat Ristaya meringis kesal. "Jika kau menangis tengah malam dan mencariku, aku akan benar-benar kabur hingga kau tidak akan menemukanku."

Ristaya menggigit bibirnya, menahan tangis yang akan keluar lalu berhambur memeluk Adam dengan erat.

"Tidak akan, aku janji." Ujarnya tertahan di dalam dekapan Adam.

**

Kaki kecil Ristaya melangkah pelan di halaman pelataran yang menuju aparterment Leo setelah hampir setengah hari berada di apartermen Adam. Langit terlihat sangat gelap dan terdengar suara gemburuh yang semakin bersahutan, apakah akan hujan? Dan benar saja, tak lama kemudian air yang berasal dari awan itu turun membahasi jalanan yang kering karena siang hari yang sangat terik.

Pantas saja tadi siang sangat panas sekali, ternyata hujan akan turun. Memang kebanyakan orang tidak bisa memprediksi kapan hujan akan turun apalagi ini memasuki musim panas yang tentu saja menurut kebayakan orang hujan tidak akan turun.

Ristaya berlari kencang, tubuhnya sangat tidak menerima air hujan karena dia bisa sakit jika basah kuyup oleh air hujan. Untung saja dia bisa lolos dari hujan lebat yang berada diluar sana, dan sekarang dia dihadapkan oleh sebuah pintu yang menjadi tempat tinggalnya selama beberapa bulan terakhir ini.

Dia menekan-nekan password yang sudah dia ingat diluar kepalanya, lalu terbukalah pintu kayu itu. Segera Ristaya masuk dan menyalakan lampu. Tubuhnya terasa tegang, bahkan jika ini mimpi dia tidak ingin bangun sekarang ini.

Pria itu, pria yang telah ia rindukan selama hampir satu minggu ini tengah berdiri di depan dinding jendela dengan tangan yang berada di depan dadanya.

Pria itu tersenyum dan itu membuat Ristaya menteskan air mata, "Merindukanku, Sugar,"

Dengan bodohnya, Ristaya hanya terdiam di tempatnya, dia seolah tak mengerti kenapa pria itu berada di depannya sekarang. Harusnya pria itu kembali besok bukan sekarang. Dia takut jika ini adalah halusinasinya.

Leo bejalan mendekat kearahnya dan menyerkan air mata yang keluar dari mata bulat Ristaya. "Kenapa menangis, hm? Apa karena aku pulang cepat, jadi kau tidak bisa berduaan dengan pria-mu?"

Ristaya terisak, dia memukul-mukul dada Leo dengan kedua tangan kecilnya yang bahkan bagi Leo itu tidak terasa sama sekali.

Dengan tangis yang mengalir, Ristaya berkata, "Kau yang bodoh! Hampir satu minggu meninggalkanku, tidak memberi kabar. Dasar brengsek!"

Leo tertawa kencang, dia mendekap erat tubuh Ristaya dalam pelukkannya. "Maaf, Sugar. Kau tau aku sangat sibuk," Ucapnya sambil mencium puncuk kepala Ristaya.

Damn! Ristaya belum keramas sejak dua hari yang lalu. Tuhan!

"Sudah berapa lama kau tidak mencuci rambutmu, Sugar?" tanyanya hingga membuat air mata Ristaya berhenti mengalir dan pipinya memerah menahan malu.

Ristaya menggigit bibirnya pelan dan menjawab, "Baru dua hari..." cicitnya pelan.

Leo tersenyum di depan wajah Ristaya hingga bisa dirasakan bahwa jantung Ristaya sedang menari-nari indah di dalam. Tiba-tiba jarak mereka menipis hingga Leo dengan sekejap mencium bibir Ristaya.

"Mau aku keramaskan? Lalu mandi bersama?" Seringai licik nampak jelas pada raut wajah Leo dan itu membuat Ristaya geli dengan wajah mesum suaminya.

"Dasar gila!"

**

Akhir pekan yang menyenangkan bagi seorang Ristaya Gunawan, di hari minggu yang cerah dengan bergandengan tangan bersama sang suami yang sekarang dia cintai menuju ke area bermain yang berada di salah satu wahana taman hiburan terbesar di kota.

Leo berkata pada Ristaya jika dia ingin mengajak Ristaya jalan-jalan, di juga berkata jika wajah Ristaya sangat terlihat seperti seorang anak kecil yang merajuk karena tidak mendapatkan hadiah jalan-jalan dari sang ayah.

Mereka berdua memasuki taman hiburan disambut dengan teriakan-teriakan menggenggema yang seakan menggajak untuk ikut berteriak dengan memainkan wahana roller coaster.

"Kau yakin tidak mau pemanasan dulu?" tanya Leo dengan membawa dua buah ice cream yang berada ditangannya. Sejak kapan pria itu membawa ice cream?

Ristaya menjawab dengan mengambil satu ice cream yang berada tangan Leo, "Yap. Kenapa? Kau tidak takut bukan?"ejek Ristaya.

Leo mendengus kasar, "Siapa bilang aku takut? Ayo kita naik itu!" ujarnya sambil menunjuk wahana roller coaster yang berada di hadapan mereka.

Jantung mereka seakan copot setelah menaiki roller coaster, tetapi itu sangat menyenangkan bagi Ristaya ditambah melihat wajah Leo yang seakan ketakutan. Pria itu memuntahkan segala yang berada di perutnya setelah menaiki roller coaster. Sungguh menyedihkan.

"Mengaku saja kalau kau memang takut naik roller coaser, Leonardo." Ledek Ristaya dan membuat Leo menghadiahi sebuah tatapan tajam yang mengerikan.

"Tadi pagi aku terlalu banyak sarapan," kilahnya dan membuat Ristaya semakin yakin bahwa Leo benar-benar takut menaiki wahana yang ekstrim.

Alih-alih membalas alibi Leo, senyum licik Ristayalah yang terukir di wajahnya. Sebuah ide yang sangat licik bersarang di kepala cantiknya.

"Bagaimana jika kita bermain itu?" tunjuknya pada sebuah permainan yang bernamakan 'tornado'.

Leo yang menatap permaian itu dengan ngeri hanya bisa menelan ludahnya. Otaknya berputar untuk bagaimana jika tidak dengan yang satu itu.

"Bianglala saja, kurasa itu cocok untuk pasangan kekasih."

Berhasil. Pengalihan permaian Leo berhasil karena sekarang dengan gampangnya wajah Ristaya memanas karena Leo mengatakan jika permainan itu sangat cocok untuk pasangan kekasih.

"Eumm-apa kau yakin?" tanya Ristaya ragu-ragu dan dijawab dengan anggukan kepala penuh keyakian oleh Leo. "Eumm-baiklah,"

Akhirnya Ristaya mengalah, mereka berjalan berdua dengan bergandengan tangan menuju loket dimana antian permaian bianglala.

Sebuah getar ponsel terasa di saku jaket yang sedang dipakai Leo, pria itu mengeluarkan ponsel pipih miliknya dan tersenyum senang karena sebuah nama tertulis jelas di sana.

"Kau sudah sampai?" tanya Leo dengan seseorang di seberang sana. Ristaya mendongak melihat kearah Leo yang sedang bertanya pada seseorang.

"Baiklah-tunggu aku." Sambil menutup telpon dan memasukan kedalam saku, Leo berkata, "Ayo kita kebandara, Sugar."

"Bandara? Kenapa?"

Leo tersenyum dan mengelus puncuk kepala Ristaya dengan lembut hingga sebuah senyuman hangat terlihat di raut wajah Ristaya, "Dia kembali, gadisku sudah kembali."

Seketika itu dunia Ristaya seakan berhenti. Senyumnya menghilang dan digantikan oleh wajah batu yang terlihat bodoh.

TBC...


Typo???
Vote and comment guys ^_^

love from,

unni-ga

The Crazy WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang