Bagian Delapan : AKU MERINDUKANMU, LEO 'SI BUSUK YANG TENGIK'!

Start from the beginning
                                    

Wanita itu berjalan menuju kamar yang menjadi tempat dimana suaminya biasa melepas penat dan beristirahat di malam hari. Membuka pelan pintu kamar Leo, aroma parfum musk milik pria itu tercium jelas di hidung Ristaya. Wanita itu benar-benar merindukan suaminya.

Hari ketujuh.

Hari ini adalah hari terakhir Leo diluar kota, itu yang dijanjikan pada Ristaya sewaktu dia akan berangkat. Perkiraan kembalinya pria itu adalah besok dan Ristaya harus menahan rindunya satu hari lagi.

Tidak ada telfon dari Leo, tidak ada kabar dari Leo selama satu minggu ini dan itu hampir membuat Ristaya menjadi gila.

Hari sabtu yang cerah, Ristaya yang libur bingung harus melakukan apa pada hari liburnya ini. Biasanya, jika hari libur seperti ini, dia dan Leo akan bermain entah bermain di dalam rumah ataupun mengunjungi game zone yang berada di area mall. Mereka mempunyai kegemaran yang sama, yaitu sama-sama menyukai game.

Sabtu yang cerah ini, Ristaya memutuskan untuk ke apartermen Adam. Dia merasa kesepian selama seminggu ini dan dia butuh teman bicara tentang perasaanya saat ini.

Ristaya berkunjung dimana matahari sedang terik-teriknya, dia memang berkunjung ke apartermen Adam ketika siang hari karena dia harus membereskan beberapa pekerjaan rumah dan bersih-bersih sebelum berkunjung ke apartermen Adam.

"Minumlah," Adam menyodorkan sebuah kaleng soda dingin pada Ristaya dan Ristaya menerima dengan senang hati lalu meminumnya, terasa segar ditenggorokan.

Adam mengambil tempat duduk disamping Ristaya, dia membenarkan letak kaca mata berbentuk bulat itu lalu berkata, "Jadi kau sudah menyadarinya?"

Ristaya mengangguk dan membenarkan jika memang dia menyadari perasaanya pada Leo ketika pria itu jauh darinya.

"Apa kau yakin? Maksudku, apa kau yakin dengan perasaanmu sendiri? Bagaimana jika kau hanya merasa terbiasa karena kehadirannya selama beberapa bulan ini?" Ristaya menggeleng lemah menjawabi rentetan pertanyaan Adam.

Dia mendesah dan menjawab, "Aku yakin, Dam. Beberapa kali aku mengatakan pada diriku sendiri mungkin karena terbiasa dengannya tetapi tidak dengan hatiku, hatiku menolak ketika aku meyakini itu. Perasaanku sama seperti ketika dulu aku jatuh cinta pada Ryan, detak jantungku, pikiranku dan semua yang aku lakukan hanya tertuju pada satu sosok, yaitu dia."

Adam meneguk softdrink yang dia pegang, soda yang mengalir kedalam tenggorokkan entah kenapa memberikan rasa yang pahit sama seperti ketika dia meneguk minuman alcohol.

"Hanya ada dua pilihan untukmu, Ristaya." Alis Ristaya terangkat satu, menunggu kelanjutan ucapan Adam. "Pertama, jika kau memilih bertahan, kau bisa merebut Leo dari kekasihnya."

"Itu tidak mungkin, akan terlihat jahat jika aku merebut Leo." seru Ristaya.

"Lalu, kau ingin apa?" Adam bertanya pada Ristaya, tetapi wanita itu tidak menjawab dan hanya berfikir keras tanpa ada hasilnya. "Kedua. Kau harus membunuh perasaanmu. Itu yang kau inginkan?"

Ristaya masih terdiam, dia tidak bisa jika harus merebut Leo dari kekasihnya tetapi dia juga tidak bisa begitu dengan mudahnya membunuh perasaanya. Ini sangat sulit.

"Jika kau mencintainya, pertahankan Ristaya." solusi Adam yang melihat kegundahan hati dari Ristaya yang sedari tadi tidak bisa memutuskan apa yang akan dia ambil.

Ristaya menggeleng pelan, "Aku tidak ingin menjadi seperti Ratna, Dam. Sangat menyakitkan ketika melihat Ryan berpaling, dulu." Air mata Ristaya turun dengan sendirinya, dengan cepat wanita itu menyerkanya.

"Maka kau harus membunuh perasaanmu, Taya." Adam memandang iba Ristaya, sungguh masalah paling rumit yang pernah dia hadapi adalah masalah hati seseorang. "Sungguh, aku tidak ingin melihatmu terpuruk seperti empat tahun yang lalu,"

The Crazy WeddingWhere stories live. Discover now