Chapter 04 - One Night with Cute Serial Killer? Why Not?

15.3K 900 38
                                    

"Aku pulang.."

Aku menutup pintu rumahku. Orang tua dan kakak ku masih belum pulang.

"Mereka ini...hanya peduli pada pekerjaan dan kegiatan mereka saja..." gumamku sambil berjalan ke arah kamarku.

Aku melepas seragamku dan langsung membaringkan tubuhku dikasur. Aku melihat langit-langit kamarku yang dilukis menjadi seperti langit malam berbintang yang di cat dengan cat yang bisa menyala di kegelapan, dan jika lampu kamarku dimatikan, langit-langit kamarku akan berubah menjadi seperti angkasa.

"Terlalu banyak yang terjadi hari ini..." gumamku pelan sambil menutup mataku.

Kruuu~

Tiba-tiba aku merasa lapar ._.

Dengan cepat aku melesat ke dapur. Dan apa yang kutemukan di meja makan? Hanya piring kosong -_-

Kruuu~

"Arg!! Sabarlah perut!!" Kataku sambil menepuk pelan perutku. Aku membuka kulkas dan mengambil beberapa sayur. Aku akan memasak sup.

Namun belum apa-apa, suara telepon rumahku berbunyi. Aku segera menuju ruang keluarga dan mengangkat telepon.

"Halo?"

"Kina, maafkan mama sebelumnya, mama ada keperluan dengan teman lama mama, jadi mungkin mama akan pulang larut atau enggak pulang besok pagi. Kamu jaga diri ya?"

"Oh? .... i-iya ma..." jawabku datar.

"Baiklah, dadah..*tut*"

Aku berjalan meninggalkan telepon. Namun baru dua langkah, telepon berbunyi lagi.

Dengan malas, aku mengangkat telepon.

"Halo?"

"Nak, ini papa, papa ada meeting dengan client hari ini, dan kemungkinan tak bisa pulang hingga besok, tolong katakan pada ibumu ya? Baiklah, sampai nanti..*tut*"

"Waw..." kataku sambil meletakkan gagang telepon di tempatnya. Jadi, hari ini aku sendirian nih? Mama ada keperluan dengan temannya, ayah ada meeting, sedangkan kakak, ah, aku malas memikirkan manusia satu itu.

Yang seperti ini sudah biasa bagiku. Sangat biasa.

Aku berjalan ke dapur. Tentu saja untuk melanjutkan memasak.

Ze P.O.V

Aku berada dirumah. Aku benar-benar lelah hari ini. Kurasa aku akan libur dari kerja malam.

Aku duduk di sofa empuk kesayanganku dan mengambil remot lalu menyalakan TV ku. Dengan iseng, aku mengganti-ganti channel. Dari channel kartun, berita, sinetron, film horor, film lawak, dll. Tapi aku merasa ada yang aneh.

Ah, ya benar! Kenapa tak ada berita pembunuhan hari ini? Bukankah tadi siang aku membunuh Marsha dkk? Dan bukankah tadi aku mendengar ada seseorang mengatakan 'polisi' ? Aneh.

Drrrt...Drrrt!

Aku merasakan getaran di dalam celah sofaku. Ah? Apa handphoneku jatuh? Aku merogoh kantung celanaku dan mendapati hp-ku berada di kantong. Kalau bukan hp-ku lalu hp siapa?

Aku meraba celah sofaku dan aku merasakan ada sesuatu yang tipis, keras dan berbentuk kotak. Aku menariknya dan mendapatkan handphone. Handphone siapa?

Aku menyalakan hp itu dan sekarang aku tahu ini milik siapa.

Dari foto walpapernya yang berupa 'selfie' ini,...

"Kina..." gumamku sambil tersenyum. Bagaimana bisa handphonenya tertinggal dan dia tidak menyadarinya? Dasar.

Iseng-iseng, aku membuka kunci layarnya.

My Boy Was a KillerWhere stories live. Discover now