Bagian Enam : Si Brengsek dan ... Leo?

Start from the beginning
                                    

"Tidak ada alasan untuk seorang mantan kekasih mengundang ke pernikahannya." Balas Leo dan Ryan hanya mengulas senyum diwajahnya.

"Kau salah, aku dulu mengundang Ristaya kepernikahanku, tapi wanita itu tidak datang."

Leo mengerutkan dahinya tidak suka.

"Aku punya kesibukan waktu itu." bela Ristaya pada dirinya sendiri.

Ryan yang masih tetap menggendong sang anak yang sekarang malah semakin erat memegang leher ayahnya, "Jadi apa kesibukanmu tidak datang dipernikahanku? Bukankah Ratna teman dekatmu?"

Jika Leo tidak salah mengartikan, Ryan adalah mantan pacar dari Ristaya dan pria itu menikahi teman Ristaya?

Leo menatap tak percaya pada Ryan dan Ristaya secara bergantian, kemudian mendesis, "Ternyata kau brengsek, juga."

Ryan bisa mendengar itu, dia hanya terkekeh tanpa penjelasan dan tanpa dosa.

"Kurasa kau bukan seseorang yang pantas untuk Ristaya." ucapnya tiba-tiba dan membuat amarah dalam diri Leo semakin berkobar. Ryan menarik lengan jaket yang dipakai Ristaya hingga siku, "Sudah kuduga bahwa kau alergi. Jadi apa suamimu ini tidak tau kau alergi dengan seafood terutama udang?" ejek Ryan terang-terangan.

Ristaya mengehempaskan tangan Ryan dan menurunkan kembali lengan jaket itu ke posisi semula, "Jangan ikut campur." Kesal Ristaya.

"Aku tidak ikut campur, aku hanya bertanya." Ryan seolah tak perduli dan ingin membuat Leo semakin terbakar. " Jadi apa kau tidak kau ketahui tentang Ristaya, hm? Kau tau dia takut dengan serangga? Ah-apa kau tau dia benci dengan kegelapan? Tunggu-kau juga tau kan dia takut ditinggal sendirian tapi dia suka menyendiri?"

Rentetan ucapan yang keluar dari mulut Ryan seperti racun yang mematikan bagi Leo. Sangat berbisa. Tenggorokannya terasa tercekat, menelan ludahpun terasa sangat sulit.

"Aku suaminya. Dan aku tau semua tentangnya, jadi tidak perlu kau memberitahuku." Balas Leo dengan nada dingin.

Ristaya yang berada di sampingnya merasa bahwa ini tidak akan berjalan dengan baik.

"Baguslah. Terima kasih sudah memperhatikan Taya-ku." Kata Ryan. Bahkan pria itu tidak segan-segan untuk mengatakan seolah-olah Ristaya adalah miliknya. "Kalau begitu, saya pamit dulu. Sampai jumpa, Ristaya dan selamat untuk kalian berdua." Senyum tulus terukir di wajah Ryan.

Bersama sang anak, Ryan berjalan menjauh dari kedua pasangan itu. Hatinya terasa teriris. Jika boleh memutar waktu, dia tidak ingin ada Denis di hidupnya, karena kesalahannya.

**

Suasana sekarang terasa sangat tegang, bahkan air conditioner dalam mobilpun menambah dingin. Kondisi di dalam sangatlah berbeda dengan keadaan diluar yang terlihat sangat panas. Beberapa kali Leo hampir menabrak kendaraan di depannya, berkilah karena mereka jalan sangat lambat.

Suara klakson dari dalam mobilnya terdengar sangat nyaring sekali ketika sebuah sepeda motor yang menyalip mobilnya dengan tiba-tiba dan berada tepat di depan mobil Leo yang hampir menyalip mobil depannya.

"Brengsek! Apa dia mau mati?!" Leo menekan-nekan klaksonnya berkali-kali hingga sang pembonceng sepeda motor itu menoleh kebelakang.

Ristaya sedari tadi hanya mampu berdoa, terlalu banyak kejadian sejak mobil keluar dari parkiran rumah sakit hingga sekarang jalan menuju ke rumah mereka.

"Apa tidak sebaiknya kita berjalan agak pelan?" pinta Ristaya tetapi Leo tetap tidak bergeming dan melajukan mobilnya dengan menambah kecepatan.

Inikah Leo yang sedang kesal?

The Crazy WeddingWhere stories live. Discover now