Larasati #6

58.9K 2.8K 322
                                    

*2 kemungkinan yang terjadi jika menulis ulang sebuah cerita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*2 kemungkinan yang terjadi jika menulis ulang sebuah cerita. Pertama, cerita kedua bisa labih bagus dari cerita sebelumnya, atau kedua cerita kedua lebih buruk dari cerita sebelumnya. Dan aku merasa, jika cerita keduaku tidak sebagus cerita pertama, right? Membaca komentar kalian memberikan masukkan padaku tentang penilaian cerita ini. Tapi ketahuilah, aku sudah berusaha untuk membuatnya lebih menarik, sungguh. Dan semoga kalian tidak kecewa. Untuk part-part selanjutnya mungkin 50% akan ditambahi, 50% tetap sama dengan yang sebelumnya.

*Maaf jika updatenya lama, karena sekarang aku nulisnya tidak sendiri. Tapi dikasih masukan banyak oleh Kang Mas saya. Wekekekek, jadi nunggu aku dapet mood dan dia dapet mood buat nyiptain sosok Adriannya. Terimakasih.

--------------------------------------------------------------------------------------


"Juragan!"

Kulihat Pak Lek Marji melangkah dengan tergesa-gesa mengikuti langkah Juragan Adrian yang lebar-lebar, Juragan Adrian menarik gulungan sarungnya dengan tangan kiri, sambil memegang parang dengan tangan kanan, wajahnya memerah, matanya juga terlihat merah. Aku yakin, Juragan Adrian benar-benar marah sekarang.

"Jangan melakukan ini Juragan." Lanjut Marji setelah melampaui langkah Juragan Adrian,

Sedikit berlari aku juga melakukan hal yang sama, berlarian sambil menyincing kembenku bagian bawah, beberapa abdi dalem serta istri-istri Juragan Adrian juga ikut mengikuti, duh Gusti, bagaimana jika semua orang tahu tentang setatusku, aku takut jika aku merasakan hal yang sama seperti Biung dulu, aku belum siap.

"Tapi Marji, mereka sudah sangat kurang ajar, berani-beraninya mereka__" Marji mengedipkan matanya, kemudian dia menunduk, seolah memberi isyarat kepada Juragan Adrian, untuk ndhak lepas kendali, di sini, saat ini, ada kedua istri Juragan Adrian, dan Juragan Adrian ndhak boleh membuat semuanya terungkap.

"Ada apa ini Kang Mas? Kenapa Kang Mas membawa parang?" Dini, istri kedua dari Juragan Adrian bertanya dengan gugup.

"Aku hanya ingin menegakkan keadilan di Kampung ini, memberi perhitungan pada semua kacung yang sok berkuasa dengan uang orang tua mereka. " (bocah/anak kecil)

"Tapi Kang Mas ndhak perlu membawa parang, ora ilok Kang, apa lagi hanya untuk melindungi budak, cukup abdi dalem atau Marji saja cukup bukan?" (tidak baik) Kali ini Ayu yang berbicara, aku bisa melihat mata Juragan Adrian semakin memerah, matanya memancarkan emosi menatap ke arah Ayu.

"Ojo lames Dhek Ajeng! Lambemu jogo!" (jangan cerwet, mulutmu jaga) Bentak Juragan Adrian, "Marji, ayo kita ke Balai Desa, kumpulkan warga kampung dan para pemuda di sini!"

*****

Ndhak memakan waktu lama sebelum kami mengakhiri perjalanan untuk sampai ke balai desa kampung kami, aku melihat Baharudin, selaku Kepala Desa yang baru sedang duduk sambil menyesap rokok yang ujungnya di beri bolot (ampas kopi), sambil sedikit tertawa dengan beberapa pamong Desa lainnya. Mereka langsung berdiri secara serempak setelah melihat kami datang, aku tahu jika Baharudin sungkan dengan Juragan Adrian, Juragan terpandang di kampung ini.

LARASATI ( Simpanan Terindah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang