LARASATI #2

72K 2.9K 264
                                    

*Maaf kalau update-an kali ini garing dan nggak ngena di hati ya, sorry

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Maaf kalau update-an kali ini garing dan nggak ngena di hati ya, sorry. Kepalanya masih pusing dibuat mikir tapi ide sudah memenuhi, jadi aku tulis saja. semoga suka, dan semoga part selanjutnya lebih bagus.

*Juragan Adrian itu sama dari dulu sampai sekarang (sebelum revisi) cuma diedit dan kalian enggak ngenalin? ya ampun, gitu ngakunya lope2 Juragan. gak setia ih, jadinya sekarang kagak aku edit lagi, jadi bayangin aja tuh mukanya pakek surgan n blangkon muahahahaha...

*Jika ada kata/kalimat double, bukan salah saya. Tolong refresh atau logout dan login lagi akunnya ya? karena terjadi dibeberapa readers gitu dan gak di readers lainnya, itu karena aku publish di tempat lama kali, aku juga gak faham. sangkyu.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

                Pagi ini, mungkin ndhak seperti biasanya. Kedatangan Juragan baru sepertinya sudah sedikit banyak merubah warga kampungku. Lihat saja, beberapa pekerja kebun yang mayoritas perempuan sudah datang memenuhi kebun teh yang hijau ini. Aku, Arum, Amah dan kawan-kawanku yang lain kebetulan baru datang ikut keheranan, biasanya, Saraswati adalah pemetik teh pertama yang selalu datang di sini, nampaknya sekarang hal itu sudah ndhak berlaku lagi.

"Iki piye toh (bagaimana ini), pagi-pagi sudah pada kumpul semua, ada apa?" Saraswati kaget, dia langsung bersuara, bertanya pada Bulek Ireng, salah satu pekerja di sini juga.

"Nanti, Juragan baru akan mengawasi kita. Ndhak baik toh, kalau pekerjanya ndhak berangkat pagi-pagi. Jadi, kalian segera bekerja, agar Juragan baru ndhak marah."

"Memangnya Juragan Adrian itu galak toh Bulek?" Kini Arum bertanya, aku hanya diam saja, mengamati di balik capingku ini.

"Ndhak tahu, tapi takut saja kalau nanti seperti Juragan Naufal. Kan bahaya, upah kita bisa dipotong, ndak bisa makan nanti kita." Takut Bulek Ireng. Beliau langsung buru-buru mengambil capingnya kemudian kembali lagi ke tempatnya.

Apa iya toh kalau Juragan Adrian itu galak? Kok aku ndhak yakin, ndhak tahu kenapa aku berfikir jika beliau itu adalah sosok yang bijaksana, yang bisa mengerti kesusahan warganya. Ini bukan karena aku sudah disekolahkan sama beliau, endhak. Tapi ini jujur, dari pengamatanku yang belum cukup matang ini.

Aku berjalan bersama yang lainnya untuk segera memetik pucuk teh yang sehat dan terbaik, karena dari tangan kamilah nantinya daun-daun teh ini diolah menjadi bentuk yang berguna lagi, dan dinikmati banyak orang, meski mereka-penikmat kadang buta dengan bagaimana kerja keras kami untuk memetiknya, di tengah hujan, dingin yang bahkan membuat kami hampir masuk angin karenanya, tapi biarlah, apa toh urusanku, kok fikiranku sampai sejauh itu. Memangnya kamu ini siapa toh Laras? Mau menjadi pahlawan emansipasi wanita? Ndhak cocok.

LARASATI ( Simpanan Terindah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang