Bab 1

11.5K 817 62
                                    

Suasana restoran malam itu cukup ramai pengunjung. Beberapa pengunjung yang membawa keluarga tampak asik bercengkrama satu sama lain. Suasana yang nyaman dan arsitektur bangunan didominasi oleh ornamen kayu. Warna coklat dipilih sebagai warna dominan pada restaurant bergaya mediteranian ini. yang menambah nilai tersendiri bagi pengunjung yang datang, adalah suasana asri berpadu dengan alunan musik klasik. Belum lagi setiap sudut pengunjung dimanjakan dengan beranekaragam puding yang disajikan khusus bagi semua tanpa terkecuali.

Reksa terlebih dahulu datang dengan wajah datarnya. Mendapati restauran yang dipilih oleh calon istrinya ternyata baginya sangat tidak berkelas menjadi satu dari sekian banyak alasan untuk menambah daftar keburukan wanita itu dimatanya. Terlalu sederhana, tak ada yang istimewa baginya sehingga beberapa kali ia kesal menunggu pelayan yang tak kunjung mendatangi mejanya agar menyodorkan menu untuk sajian malam itu.

Terlalu biasa sama seperti pemilihnya. Huh..sungguh selera tak pernah berbohong. Apa lagi yang mama harapakan.

Lama saat matanya terus memandang kedepan mengingat tekanan demi tekanan yang didapat dari kedua orangtuanya. Anggota keluarganya seperti bersatu untuk menyudutkan nya. Sehingga tak ada pilihan yang tersisa selain menyetujui dan mengikuti kemauan mereka.

"Gadis yang mana Restha? Gadis yang berpakaian minim itu? Atau gadis manja yang selalu kau belikan barang-barang mahal?. Kapan kamu akan sadar bahwa memilih calon pendamping tidak semudah itu. Wanita yang kau pilih harus wanita yang layak mengasuh anak-anak mu dan selalu ada melayani dan semua kebutuhanmu. Pengasuhan anak tak semudah yang dipikirkan sayang, dan memilih calon istri adalah salah satu bagian dalam menentukan kualitas keturunan yang dihasilkan. Jangan sangkal itu".

"Mama aku bukan mencari pengasuh bayi atau pembantu. Semua hal yang mama katakan bisa dilakukan oleh pembantu. Aku mencari istri yang layak untuk kuperkenalkan sebagai pendampingku".

"Usia mama sudah tua sayang. Tua dengan segala seluk beluk kehidupan. Berumah tangga tidak semudah saat memilih pasangan kencan. lihat bagaimana kesalahan fatal yang mama perbuat? Kesalahan fatal dengan membiarkan kalian diasuh oleh pembantu, kamu tahu pasti perbedaan nya bukan? Jangan mengulang kesalahan yang pernah mama perbuat. Dan wanita yang mama sarankan untukmu bukan wanita biasa. Kenali lagi dengan baik. Sekarang dia jauh lebih cantik."

kembali reksa mendengus tak sabar. Jika diibaratkan maka posisinya bagai memakan buah simalakama. Wanita yang sedang ditungguinya ini adalah wanita yang sama yang pernah dipermalukannya lima tahun silam. Ya anggaplah ia pria brengsek kala itu, karna dengan sinisnya mengatakan keberatan memiliki istri dengan bobot badan berlebih. Dan ia mengatakannya dengan jelas, hingga tak sedikit pengunjung yang berbisik-bisik akibat mendengar cemoohannya kala itu.

Yang dia tak sangka dan duga adalah reaksi dari wanita itu, datar dan tak mengeluarkan reaksi sedikitpun selain mendengus dan pergi meninggalkan tempat itu tanpa banyak bicara. Yang di sukuri kala itu, ia beranggapan perjodohan akan berakhir karena mereka sama-sama tak mengingnkan. Ternyata perkiraannya meleset, wanita itu juga sampai hari ini belum menikah hingga mereka diharuskan lagi bertemu untuk menemukan kecocokan.

Tak lama mata Reksa menangkap sosok wanita yang berjalan mendekatinya tanpa mengatakan sepatah katapun, firasatnya tak enak manakala kali ini ia salah tingkah bertatap mata dengan wanita yang langsung duduk dihadapannya dan menumpu kedua tangan diatas meja.

"Sudah lama?"

"Lumayan, bahkan cukup lama hingga beberapa menit yang lalu hampir saja aku memutuskan pulang".

"Hampir. Aku beruntung kalau begitu. Oh ya... Disini pengunjung yang memilih menu, ingin pesan apa?"

Pantas saja

TemporizeWhere stories live. Discover now