Keenam

209K 6.6K 128
                                    

-Dominick POV-

Aku langsung melepaskan ciumanku saat gadis kecil itu melemparkan makanan yang dia bawa ke lantai. Lalu dia pergi dan membanting kuat pintu ruanganku.

"Sudah kuduga!" ucap wanita yang tadi kucium.
"Sepertinya rencanamu berhasil, Nick." lanjutnya. Aku tersenyum kecut padanya.

"Ya, aku menyesal. Harusnya aku tahu kalau dia akan marah," ucapku lemah.

"Ya, dia pasti marah. Dia membawakan makan siang untukmu jauh-jauh ke kantor, tapi kamu malah mencium wanita lain. Seharusnya kamu hargai kerja kerasnya. Egois!" ucapnya ketus.

"Ayolah, Nat, kamu menyetujui rencanaku tadi,"

"Iya! Aku setuju membantumu membuat dia cemburu, tapi aku tak setuju kamu menciumku!"

Aku terkekeh mendengar ucapannya.

"Kamu memang tak setuju, tapi kamu menikmatinya, Nat!" Natania sahabatku, mendengus kesal.

"Siap-siap saja kamu di hajar suamiku. Kuadukan nanti!"

"Siapa takut? Ah, sudahlah, aku ingin pulang sekarang."

"Tunggu!"

"Apa lagi, Nat?" Dia menatapku curiga.

"Kamu jatuh cinta padanya, ya?" Tanya Natania penuh selidik. Aku menggeleng kuat.

"Yang benar saja! Aku hanya khawatir padanya karena dia tanggung jawabku sekarang." Kata-kata itu menohok hatiku sendiri.

"Jangan membohongiku, Nick. Aku tahu dirimu!"

"Terserah! Tapi aku tak, kan pernah jatuh cinta padanya!"

Selesai mengucapkan itu, aku langsung pergi meninggalkan kantor. Apa aku mencintainya? Ah, itu mustahil. Bagaimana mungkin aku jatuh cinta pada gadis seperti dia?

Demi Tuhan, dia jauh di bawah umurku. Dan dia gadis menyebalkan dan keras kepala yang pernah aku kenal.

Ya, aku tidak munafik mengakuinya, kalau jantungku bekerja tidak normal kalau berdekatan dengannya.
Apa defenisi cinta itu sebenarnya? Aku tidak tahu, karena selama ini aku tidak berniat untuk mencintai.

Yang kutahu hanya pemuasan nafsu, gairah dan sex.

Aku memang berengsek. Tapi itu dulu sebelum gadis kecil itu mengobrak abrik hidupku.

Aku mencemaskannya. Teringat dulu ceritanya yang hampir di perkosa. Ya, ampun ... jangan sampai hal itu terjadi lagi.

Aku memukul setir saat jalanan macet, sial!

Hampir sejam menunggu kemacetan, dan akhirnya aku sampai di apartemen. Sungguh, memakan waktu banyak.

Kubukan pintu apartemen. Tidak di kunci. Dia pasti sudah sampai. Akhirnya aku bisa bernapas lega sekarang.

Kumasuki apartemenku yang seperti tak berpenghuni. Kulihat sekitar dan mataku tertuju pada meja di ruang tengah. Ponsel Devany.

Aku mendekat dan meraihnya. Aku tahu sandinya dan biarlah aku melanggar privasinya karena rasa penasaranku sangat besar.
Lalu tanpa dosa aku mengotak atik ponselnya. Mulai dari pesan yang kontak masuk semua dari Hans? Dan juga galeri.

Aku tersenyum melihat Devany yang berfose di depan kamera dengan lucunya. Dia memang cantik.

Aku mengeluarkan ponselku dari saku celana lalu mengirim lumayan banyak fotonya padaku. Lalu aku juga mengirim fotoku padanya.

Ya ampun, aku tidak mengerti dengan diriku.

Hmm, aku penasaran dengan kontaknya.
Kira-kira dia membuat namaku apa, ya?

My Little GirlWhere stories live. Discover now