Bagian 23

14.1K 422 8
                                    


"Lara yang kurasa sepertinya kini tak lagi berasa
Karena ada dirimu sebagai pendamping hidupku
Dirimu laksana obat bius yang melumpuhkan syaraf-syaraf nyeri

Hanya satu harapku
Jangan tinggalkan aku
Apapun adanya diriku
Apapun buruknya keadaan diriku
Karena AKU tidak akan pernah jadi KITA jikalau KAMU tidak ada
Tetaplah mencintaiku karena Alloh

Do'a malamu adalah perisaiku
Andai rasa frustasi menyapaku
Ingatlah agar aku tetap meletakan kepalku di atas lantai
Agar aku tetap sujud menyembah Rabb-Ku..sang penguasa kehidupan (Alloh SWT)

Pasang surut imanku
Anggap sebagai coach/pelatih kesabaranmu
Karena aku ingin kau tetap bersamamu di surga-Nya
Ana Uhibbuki Fillah
(Seni Hayati, Bandung 2015)

"A..katakan padaku apa yang sedang terjadi, siapa yang menelephonmu?" Jodha mencecar Jalal dengan pertanyaan..Jalal terlihat gugup sekaligus khawatir
"Bukan sesuatu yang penting sayang.. aku bisa mengatasinya.. percayalah"
"Aku mendengarnya.. mendengar tentang kau mengatakan tentang perceraian..apa ada yang mengancammu?..katakanlah a..itulah fungsiku sebagai seorang istri..menjadi tempatmu berbagi"
Jalal terlihat frustasi dengan desakan Jodha..Jodha membimbing Jalal untuk duduk di kursi tunggu depan ruang ICU..Jalal menurut dengan pasrah..dia menyandarkan sikunya diatas lutut..bertopang dagu dengan tatapan sedih sambil menatap Jodha
"Kamu sungguh ingin mendengarnya sayang?"
Jodha mengangguk mengiyakan sambil mengerutkan halisnya.. tatapannya memohon
"yang tadi menelophon ayahmu.. tuan Barmal..dia menyuruhku agar aku...menceraikanmu..klo tidak dia akan menghancurkan apapun yang aku miliki" mendengar penuturan Jalal, Jodha nampak sock..Jalal kembali melanjutkan ucapannya
"Dan aku memilih kamu" air mata tak sanggup lagi di bendung dari sudut mata Jalal..dengan terbata-Jalal kembali bicara
"Apapun yang terjadi aku tidak akan menceraikanmu sayang..walau aku kehilangan semua yang aku meiliki..walau aku kehilangan perusahananku..walau dunia meninggalkanku aku akan tetap bertahan dengan rumah tangga kita..dengan cinta kita karena kau hartaku yang paling berharga..karena kau yang telah mengenalkanku pada Robb-Ku" hal yang sama terjadi pada Jodha aliran air mata telah membanjiri pipinya. Perlahan Jodha mulai berkata
"Tapi A..perusahaan itu peninggalan ayahmu..dan menjadi seorang CEO adalah mimpimu..jika kau memilihku berarti aku menghancurkanmu, menghancurkan mimpimu..aku tau ayahku A..dia tidak main-main dengan apa yang diucapkannya..dia akan menghancurkan apapun yang menghalangi keinginannya..sebaiknya aa turuti kata-kata ayah..ceraikan aku..aku tak pantas mendapat perlakuan istimewa dari mu A" Jalal segera menarik Jodha kedalam pelukannya. Mereka berdua kini menangis.
"Sayang..sekuat apapun badai yang menghantam rumah tangga kita..kumohon jangan pernah meminta cerai dariku..aku tidak akan mengucapkan kata itu sampai nyawa meninggalkan jasadku" Jalal mempererat pelukannya, berkali-kali dia mencium kepala Jodha dari balik hijab
"Tapi..a.."
"Tidak ada kata 'tapi'..aku sudah pernah kehilanganmu sekali..dan tidak ingin kau pergi lagi..kau tau kehilanganmu rasanya seperti membunuhku" Jalal melepaskan pelukannya..memegang kedua bahu Jodha..mengarahkan agar Jodha menatapnya
"Sayang berjanjilah..apapun yang terjadi kau selau ada di sisiku..kau adalah separuh jiwaku....ya? (Jalal memohon) berjanjilah kumohon" Jodha masih diam, terlihat klo dia sedang berfikir..suara batin Jodha berkecamuk
'Apa yang akan kau lakukan Jodha..membiarkan suamimu kehilangan semua yang dia miliki..klo kamu berbuat seperti itu kberarti amu egois Jodha..lebih baik kamu pergi..dan Jalal akan aman..dia tidak akan kehilangan perusahaannya..mimpinya'..Jalal seolah punya firasat klo Jodha tidak ingin dirinya menderita karena ulah ayahnya..Jalal kini berlutut di hadapan Jodha yang masih duduk, kepala sejajar dengan dada Jodha, tangannya menggenggam tangan Jodha
"A..apa yang kamu lakukan..ayo bangun..tidak pantas suami berlaku seperti itu!"
"Tidak sayang..aku tidak akan bangun sampai kau mau berjanji akan tetap bersamaku..menjaga pernikahan kita"
"A..kumohon jangan kekanak-kanakan..aku tidak mau jadi orang egois, yang hanya memikirkan diriku, dan membiarkanmu berkorban begitu banyak..tidak A"
"Jo..justru kamu egois klo kamu meninggalkanku..kau sebagai seorang akhwat lebih mahfum akan janji suci pernikahan..susah senang bersama..pahit getir berdua..apalah artinya aku kehilangan harta..harta bisa kita cari lagi..semua itu hanya titipan Alloh..kapanpun sang penitip mengambil aku harus merelakannya..dan klo saat ini Alloh ingin mengambilnya..aku rela..bukannya kau yang bilang kita harus bergantung sepenuhnya pada Robb kita..kenapa kamu jadi pengecut seperti ini hemm?"
Terlihat dari kejauhan dokter berjalan ke arah mereka
"A..ayo bangun..ada dokter datang"
"Tidak..aa akan tetap berlutu..sampai kau mau berjanji" Jodha terlihat kesal..dia memutar bola matanya
"Baiklah..aku berjanji..aku akan selalu bersamamu apapun keadaanmu" Jalal tersenyum bahagia..dia menciumi jemari Jodha
"Syukron sayang"
"Ayo bangun!" perintah Jodha greget dengan Jalal yang masih saja berlutut, akhirnya Jalalpun bangun dan duduk kembali di samping Jodha.
**
Seorang dokter bernama Fikri memasuki ruangan ammijan, diikuti dengan Jalal dan Jodha..dokter Fikri nampak khawatir...beberapa suster menghampirinya, sepertinya kondisi ibu anda melemah..
"Kita harus segera melakukan tindakan" dokter Fikri menyuruh Jalal dan Jodha menunggu di luar...
"Ayo..sayang" Jodha menarik tangan Jalal yang merasa terpukul dengan kondisi ammijannya.
"Ammi..bejuang..hiduplah untuk aku" ratap Jalal sambil mengikuti tarikan tangan Jodha..namun tidak melepaskan tatapannya pada ammijan.
"Apapun yang terjadi..itu yang terbaik menurut Alloh..berdo'alah."

Ana Uhibbuki FillahWhere stories live. Discover now