Bagian 13

13.8K 471 6
                                    

"Perhiasan terindah yang dikenakan seorang wanita bukanlah emas, permata, atau pakaiannya yang mahal..tapi keluhuran budi dan pandainya ia menjaga kehormatan dan harga dirinya, dimana ia hanya akan menampkan keindahan tubuhnya di depan suami tercinta" (Seni Hayati, Bandung Mei 2015)

****

Sesampainya dirumah sakit, jalal segera memangku Jodha yang kini sudah tidak sadarkan diri, Jalal berlari menuju ruang UGD.

Kini entah sudah berapa kali ia mondar-mandir di depan ruangan tersebut, dia baru sadar klo ammijannya belum dikabari, Jalal segera memijit tombol call pada HP nya, Jalal hanya berbicara sebentar karena dokter Ahliya keluar dari ruangan.

"Bagaimana keadaan istriku dok?" tanya Jalal terlihat kehawatiran di wajahnya.

"Alhamdulillah semuanya tertangani dengan baik, sebentar lagi perawat akan membawanya keruang rawat inap" dr.Ahliya memberi penjelasan.

****

Kini Jalal tengah duduk disamping ranjang, tangannya tak henti-henti menggenggam jemari Jodha

"Sayang..ma'afkan aa..andai saja aa tidak pergi meninggalkanmu ini semua tidak akan terjadi" ucapan Jalal penuh penyesalan..sedang Jodha masih terlelap dalam tidurnya.

Tak berapa lama terdengar suara pintu dibuka dari luar..nampak Hameda masuk dengan panik menghampiri Jodha sambil terisak, "Kenapa sayang? Apa yang terjadi denganmu?" ujar Hameda sambil mengelus kepala Jodha yang masih terbalut kerudung, terlihat ada beberapa memar di diwajahnya..

"Ammi.. ini semua salahku" ucap Jalal lirih..

Mendengar ucapan Jalal, Hameeda membalikan badannya, "Apa yang terjadi Jalal? Apa yang kamu lakukan sampai menantu ammi terluka?" tanya Hameda nada suaranya masih datar.

"Ammi.. sehabis shalat magrib aku meninggalkannya"

"Jalal!! (bentak Hameeda) bukannya ammi suruh kamu menjaganya..kemana kamu pergi hemm??"

Mendengar keributan, membuat kesadaran Jodha pulih, namun ia pura-pura tidur.

Karena tidak kunjung mendapat jawaban Hameda memperjelas pertanyaannya, "Dimana kamu saat Jodha terluka?!!" penyesalan sangat nampak di wajah Jalal..wajah yang biasanya tanpa beban kini berubah layaknya seorang pesakitan, perlahan Jalal membuka mulutnya, menyiapkan segenap kekuatan untuk berkata jujur pada ammijan

"Adam menelephonku mi, untuk menghadiri ulang tahun Ruk"

"Ruq pacarmu yang dulu.. kalian belum putus hemm??" tanya Hameeda geram.

Jalal semakin menunduk..

Hameda berkata lagi, "Jadi disaat jiwa istrimu sedang terancam, kau menghabiskan malamu dengan wanita murahan itu" Jodha yang sedari tadi mendengarkan merasakan hatinya serasa diremas-remas..sekuat tenaga dia menahan agar air matanya tidak keluar, agar Jalal dan ammijan mengagapnya masih tertidur.

"Ammi..dengarkan dulu penjelasanku mi" Jalal merajuk, "Ammi kecewa nak..ammi fikir kamu telah berubah (suara ammijan melemah) Jalal..Jodha itu sosok wanita yang sempurna..dia shalehah, cantik, pintar..tapi kamu mencampaknnya..istri seperti apa yang sebenarnya kamu cari nak??"

Hameda merasa kepercayaannya telah dikhianati oleh anaknya sendiri.. "Jalal.. dengarkan ibu nak.. kalau kamu tidak lagi bisa memposisikan dirimu sebagai seorang suami..kalau kamu tidak bisa melindungi istrimu..ceraikanlah dia, biar nanti ammi carikan laki-laki yang tepat untuk Jodha"

Kata-kata CERAI begitu menohok hati Jalal.. tidak.. sama sekali dia tidak ingin mendengar kata itu.. berpisah dari Jodha akan membuat separuh jiwanya hilang.. Jalal kini menyadari betapa ia sangat memcintai Jodha, betapa ia ikut merasakan sakit yang Jodha rasakan, entah kapan rasa itu mulai datang yang pasti kesederhanaan seorang Jodha, keluhuran budinya, kemuliaan akhlaqnya, keceriaannya, ketegarannya dan semua yang ada pada diri Jodha begitu menarik hatinya.. begitu memperdayanya, meski sekuat tenaga otaknya melarang, tetap saja cinta membuatnya tidak mampu berkutik.

Ana Uhibbuki FillahWhere stories live. Discover now