"Eh eh sini aja deh gue juga udah capek kok kerjanya," Cegat Sherryl dengan cepat sambil menggenggam tangan tantenya yang sekarang dia anggap menjadi adiknya itu.

"Lagian lo mau kemana sih, mending temenin gue disini." Lanjutnya.

"Mau bantuin ka Sherryl di café hehe," Alasannya.

"Hah? Café? Kan tutup sayang.... Duh yahhh temen gue punya ade gini banget deh hahaha," Balas Sherryl dengan suara tertawa yang cukup keras dan diikuti wajah malu Lyra yang ketauan bohong.

"Eh, iyayah aduh lupa gue. By the way tangan lo dingin banget, kenapa? Sakit?" Tanya Lyra penasaran.

Memang, beberapa minggu setelah kelahirannya Leinna sudah menyadarinya terlebih dahulu kalau Sherryl ini seperti tidak mempunyai darah yang mengalir di setiap organ tubuhnya. Walau Nadya sempat mengusulkan untuk konsultasi ke dukun, ia tidak mau dengan alas an ia tak percaya dengan dukun atau paranormal dan sejenisnya.

"Hah? Sakit? Engga kok, perasaan lo aja kali. Tangan gue emang gini , Tanya aja Leinna."

'kalau dia memang manusia biasa, ga mungkin tahan dengan suhu tubuh sedingin es.' Batin Lyra.

***

"Ma, aku mau nanya deh," Tanya Lyra kepada mamanya dengan wajah yang sangat serius.

"Ada apa? Tumben muka kamu seserius ini?"

"Mama pernah nyentuh tubuhnya Sherryl ga?" Tanya Lyra to the point tanpa menggunakan pembukaan sedikit pun baik sepatan maupun dua patah.

Seketika wajah mamanya membingung dengan garis kerutan di keningnya, sempat diam beberapa saat dan memngingat sesuatu akhirnya mamanya buka suara.

"Hm.. pernah waktu dia salim sama mama, kenapa?" Wajah bingungnya pun bertambah dan memikirkan hal hal yang akan ditanyakan dari mulut buah hatinya ini.

"Mama ngerasa ada sesuatu yang aneh gak sama diri dia?," Tanyanya sekali lagi untuk memancing kepekaan mamanya.

"Iya, mama mau nanya ke kamu tapi takut kamu belum ngerasain hal itu. Tangannya dingin banget ya Ra, kayak mayat." Balas mamanya dengan penuh kepekaan dan to the point .

"Kamu udah coba tanya ke Leinna belum?" lanjutnya.

"Belum ma, aku ga berani takut gak sopan." Balas Lyra dengan wajah yang sedikit menunduk.

"Yaudah kalo gitu, nanti malam kita kumpul lalu tanyakan langsung ke kakakmu dimana dia bisa dapet temen kayak gitu."

***

"Ma, pa, aku permisi ke kamar dulu ya mau hitung hitungan pemasukan dan pengeluaran café ." izin Sherryl kepada kedua orangtuanya.

"Ciee anak ekonomi hahahaha," Sambar Leinna dengan tertawa khasnya.

Tanpa memikirkan kata kata Leinna, Sherryl langsung masuk ke kamar setelah dizinkan mamanya Leinna dengan anggukan kepala dan mungkin inilah saat yang tepat untuk membahas semua pertanyaan Lyra tadi sore.

"Ra, ayo tanya." Bisik mama kepada Lyra.

"Mama aja ah, aku takut nyinggung kak Leinna."

Setelah lumayan lama berdebat akhirnnya Leinna memecah keributan diantara mereka.

"Ada apa sih? Kok aku ga dikasih tau? Wahh rahasia rahasiaan ya sama aku?" Tanya Leinna dengan wajah sedikit lucu hingga membuat papanya yang tidak tahu apa apa menjadi sedikit tersenyum.

"Kamu pernah kontak tubuh kan sama Sherryl? Ngerasain sesuatu yang aneh ga?" Tanya mamanya dengan hati hati.

Leinna tersentak kaget kaget dan terdiam sebentar.

'aduh jangan bilang mau nanya masalah suhu tubuhnya yang sangat dingin itu.' Batin Leinna

"Ma-maksudnya ma?" Balas Leinna dengan sedikit gugup.

"Pernah ngerasain gak kalo tangan temen lo itu dingin banget? Bukan tangan doang sih badannya juga." Lanjut Lyra yang akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.

"H-Ha-Hah? Uhuk uhuk." Kali ini Leinna benar benar tersentak dan tersedak dalam satu waktu sekaligus.

"Mama kaya ngeliat sesuatu yang kamu sembunyiin. Sebohong bohongnya kamu ke mama kelihatan kok sayang. Mending kamu ceritain aja semua disini mumpung lagi kumpul." Lanjut mamanya yang membuat pikiran bahkan hati Leinna semakin hancur dan kusut tak karuan.

Dia diam, tanpa sadar ada sesuatu yang menetes mebasahi pipinya dan dia menutup matanya sejenak. Tanpa sadar, mamanya memeluk dirinya dan sedikit berbisik,

"Cerita Len, biar tenang."

Sambil mengontrol emosi sedikit demi sedikit air yang membahsahi pipinya akhirnya berhenti juga.

Jujur, dia sangat bingung mau mulai darimana.

Aku harus apa Tuhan?

Aku sendiri saja belum tau ini anak bisa datang darimana.

Tapi, mau tak mau aku harus berbagi kesulitanku ini kepada keluarga kecilku ini.

Dengan keberanian yang sudah ku kumpulkan daritadi, akhirnya aku buka suara.

"Dia anakku."

DEG.

***

Bastard!Where stories live. Discover now