Bab 18

8.5K 268 2
                                    

Ini pertama kali aku menginjak kan kaki ku di kantor Davian setelah 6 bulan menikah dengan nya. Entah bagaimana reaksi karyawan nya jika mereka tau kalau aku adalah istri nya.

Aku masih berdiri tegak di loby kantor nya memandang sekerumunan karyawan juga orang berlalu lalang mengerjakan kesibukan nya masing-masing.

"Selamat siang ada yang bisa saya bantu." salah satu wanita menegurku seakan menatap aneh dengan cara berpakaian ku yang kurang rapi, sebelum kesini aku memang lupa menukar baju ku karna mama buru-buru ingin menyelesaikan urusan nya dengan Riza. Bagaimana aku tidak di pandang aneh, aku ke kantor Davian memakai celana jeans dengan motif koyak-koyak di beberapa bagian serta memakai sepatu converse kebangsaan ku yang sudah sedikit lusuh. Kalau di korea style kayak gini lagi hits banget.

"Saya mau ketemu dengan bapak Davian Wijaya dong." Satu alis nya terangkat dan tatapan nya masih memperhatikan ku dari atas sampai bawah.

"Apakah anda sudah membuat janji." giliran aku yang menatap tajam wanita berbibir merah merona di depan ku. Apa harus membuat janji terlebih dahulu untuk menemui suami ku sendiri .

"Belum sih, tapi saya rasa bapak Davian tidak keberatan bila saya yang menemui nya." nada ku masih sedikit lembut.

"Maaf ya mbak, untuk bertemu dengan bapak Davian harus membuat janji terlebih dahulu, saya tidak berani sembarangan menerima tamu yang kepentingan nya belum jelas." Aku mengelus dada ku, jika aku bilang kalau aku adalah istri Davian dia pasti tidak akan percaya jadi lebih baik dia di beri pelajaran sedikit.

"Saya istri nya Davian, dan apa saya harus membuat janji terlebih dahulu untuk menemui suami saya." jawab ku panjang lebar, pasti sebentar lagi dia akan menghina ku.

"Mbak jangan mengada-ada ya, istri bapak Davian ngga mungkin urak-urakan seperti kamu." Dia masuk kedalam permainan ku, aku merogoh tas ku dan mengirim pesan singkat pada Davian.

Dav aku di loby kantor kamu, bisa jemput ak kebawah karna aku tidak di perboleh kan menemui kamu.

Aku tersenyum sinis setelah mengirim pesan singkat itu pada Davian.

"Jika kamu tidak memberitahu dimana ruangan Davian, saya bisa pastikan kalau ini hari terahir kamu kerja." kejam ? Memang karna orang seperti dia harus nya di beri pelajaran agar tidak memandang orang hanya dari tampilan nya saja.

"Mbak, saya tidak takut ancaman mbak, bapak Davian tidak mungkin menikah sama anak kecil kayak mbak, bapak pasti memilih wanita yang berkelas." jadi menurut dia aku ngga berkelas gitu. kayak nya makin lama aku disini makin emosi deh berhadapan sama wanita ini. Aku menarik nafas ku dalam-dalam sembari mengelus perut ku yang sedikit membuncit.

Suasana kantor Davian pun berubah riuh menonton perdebatan aku dengan wanita yang baju nya kekurangan bahan.

"AYUNDA !" terdengar suara tegas milik Davian, akhir nya suami ku datang dan akhir nya wanita sombong ini masuk kedalam perangkap ku. Suasana riuh berubah hening seketika melihat Davian yang tiba-tiba datang dengan raut wajah emosi.

Gotchaaaa dia terjebak batin ku menyeru.

"Apa begitu cara kamu memperlakukan tamu." aku masih diam di tempat, wanita yang di panggil Ayunda langsung membeku di tempat nya.

"Tapi wanita itu mengaku-ngaku sebagai istri bapak." jawab nya sedikit membela diri.

"Dia memang istri saya. dan seharus nya kamu menghubungi saya jika ada tamu yang ingin bertemu dengan saya bukan malah menghina nya." aku mendekat ke Davian. Beberapa mata karyawan seperti terkejut mendengar pengakuan Davian.

"Kemasi barang-barang mu, mulai saat ini kamu saya pecat." perintah nya dengan tegas, aku masih tersenyum kecut pada Ayunda bukan karna aku senang dia di pecat, dengan sikap nya yang seperti itu dia bisa belajar cara nya menghargai dan menilai orang lain.

"Dav, udah jangan emosi gitu dong." aku memujuk Davian, ternyata suami ku sangat tegas saat ia berada di kantor. Sangat berbeda jika dia berada dirumah dia selalu saja bersikap manja.

"Perhatian buat semua staf, wanita di sebelah saya ini adalah istri sah saya. Jika salah satu diantara kalian yang tidak suka silah kan kalian pergi bersama Ayunda." semua pada menggeleng. Aku harap sikap Ayunda menjadi pelajaran terpenting buat kalian semua.

Ada sedikit kelegaan setelah Davian menutup pembicaraan. Meskipun aku masih mendengar beberapa karyawan yang mengumpat saat ak berjalan ke ruangan Davian. Mereka bertanya-tanya kenapa aku baru muncul sekarang, atau kenapa Davian menikah dengan anak kecil, dan ada juga sebagian memuji ku cantik. Aku memaklumi dengan apa yang mereka bicarakan karna itu memang benar fakta nya.

"Manis, lain kali kalau mau kesini kamu bilang dulu sama aku jadi aku bisa jemput kamu."

"Kan aku mau ngasih kejutan, eh malah aku yang dapat kejutan dari karyawan kamu." aku duduk diatas pangkuan Davian dengan kedua tangan ku melingkar di Leher Davian.

"Kamu sudah makan, kesini sama siapa, bawa mobil atau diantar ?" aku memutar bola mata ku, selalu saja bawel seperti mama.

"Udah kok, tadi aku kesini sama mama." Davian mengangkat satu alis nya.

"Terus mama mana ?"

"Ada urusan, kamu ngga merasa berat badan aku naik ya ?" tanya ku penuh selidik.

"Iya kamu gemukan manis. Tapi aku suka kamu seperti ini." senyum lebar menghiasi wajah ku. Tapi ini bagian dari gombalan lelaki aku musti waspada.

"Kalau aku gendud nya pake banget kamu pasti bakalan nyari istri baru."

Davian mencium kening ku lalu melingkar kan ya tangan nya pinggang kecil ku. Tatapan mata nya membuat ku beku seketika.

"Bagaimana keadaan mu. Aku akan tetap disamping kamu sayang." cukup dengan jawaban itu rasa nya banyak kupu-kupu yang menggelituk perut ku. Mata ku menyipit mencari kesungguhan dari sikap nya. Aku memeluk tubuh nya kembali dengan erat aroma parfume nya seakan menjadi candu tersendiri untuk ku.

"Selamat ya sebentar lagi kamu jadi papi." Davian mengendorkan pelukan nya. dia menarik tubuh ku sehingga membentuk posisi berhadapan.

"Maksut kamu apa manis ?"

"Aku hamil sayang, 2 bulan lebih."

"Kamu serius kan ?"

"Apa aku terlihat main main ?" Spontan air mata nya lolos melewati wajah tegas nya. Bukan nya menjawab dia malah menarik tubuh ku lagi kedalam pelukan nya setelah itu menghujani wajah ku dengan ciuman nya.

"Terima kasih sayang." ucap nya. Aku mengangguk pelan, sambil membenarkan posisi duduk ku yang tadi nya kurang nyaman.

Adakala nya semua yang pahit dan menyakitkan harus di kubur dalam-dalam dengan terpaksa maupun disengaja mesti di lupakaan dalam sesaat. Sebab tak semua mimpi dapat terwujud, tak semua impian jadi kenyataan dan tak semua harapan berjalan sesuai kemauan .
Dan percayalah rencana Tuhan itu sangat indah bahkan terkadang melebihi apa yang kita ingin kan meskipun melalui cara yang tak terduga.
Dan percayalah Tuhan tak akan memisah kan sesuatu yang baik keculi digantikan dengan yang paling baik

Tbc

***

Feel nya kurang greget ? Iya
Typo bertebaran ? Iya
Konflik nya ga jelas ? Iya
Dan maaf banget

Sedikit lagi kayak nya bakalan ending nih .
Makasih banyak buat kalian pembaca setia, tanpa kalian cerita ku bukan lah apa-apa .
Goodnight and love you :*

BERTAHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang