Bab 11

8.5K 269 0
                                    

AUTHOR ON

Lelah, mungkin itu yang di rasakan Davian saat ini, setelah semalaman menghabis kan banyak alcohol, hari ini iya harus melanjut kan pekerjaan nya yang ia tunda, wajah kusut nya sangat ketara, di tambah penampilan nya yang sangat kacau.

"Bapak Davian kenapa sangat tidak bersemangat hari ini." Sapa Arin, sepupu sekaligus sekretaris nya. Sudah kurang lebih 10 menit Arin berada di ruang kerja nya tapi Davian sama sekali tak menyadari kehadiran sepupu nya .

"Hallowwww." Arin melambai kan tangan nya tepat di depan wajah davian .

"Eh rin, udah lama ? Kenapa ? Apa ada yang penting ?" Arin menautkan alis nya, kenapa sih dengan mas vian dari tadi melamun saja batin nya .

"Ngga apa-apa kok mas, ini udah jam makan siang, sebaik nya kita isi perut dulu, aku tak ingin melihat mas ku ini mati karna tidak di beri makan." Ucap nya setengah bercanda.

"Mas tidak lapar rin, kamu makan aja sendiri." tolak nya, Arin menarik kursi di depan Davian mata nya menatap serius Ke arah Davian.

"Cerita sama aku, kenapa mas kacau kayak gini ? Apa karna dia lagi ?" tanya Arin.

"Mas capek rin, jangan bahas masalah itu lagi."

"Aku ngga akan bahas masalah ini kalau mas tuh ngga kacau seperti ini, Apa perlu aku bicara sama mbak Nako." ada sedikit getaran saat Arin menyebut nama istri nya, apa itu perlu ?

"Rin, ini masalah rumah tangga mas, biar mas yang selesaikan." memang seharus nya begitu, bahkan dari jauh-jauh hari Davian harus melurus kan masalah rumah tangga nya yang tidak jelas ini.

"Nunggu mas nyelesai kan itu kapan Mas,? Arin sangat tidak mengerti apa yang ada di fikiran sepupu nya ini, kenapa dia begitu lemah di hadapan istri nya, bukan kah dulu ia pernah merasakan masalah yang jauh lebih berat dari ini.

"Apa mas masih mau bertahan dengan mbak Nako, ini udah Hampir satu bulan mas menikah dengan nya tapi dia sama sekali tidak menjalan kan peran nya sebagai istri." Ini lah yang ingin Arin katakan dari kemarin, ia sudah muak mendengar cerita Davian. Arin tau ini kasar tapi apa pantas sepupu nya bertahan di rumah tangga yang tidak jelas.

"Arin, perlu kamu tau ini tidak gampang, ini beda dengan kamu dan yang lain nya, mas tidak menyalah kan Nako kalau dia bertindak seperti itu, Karna kita menikah itu tanpa ada dasar dan landasan apa pun." ya bahkan tanpa meminta persetujuan Nako Davian mempercepat pernikahan nya. Masalah bertahan atau tidak Davian harus bertahan perjalanan nya masih panjang, ia akan membuat Nako jatuh cinta pada nya.

"Terserah mas lah." Arin menutup pembicaraan nya, tak ada yang perlu di lanjut kan lagi Davian memilih bertahan berarti ia harus menerima semua resiko nya.

***

Hari ini cuaca begitu tidak bersahabat, hujan dari tadi sangat betah mengguyur bumi.
Di sebuah cafe di sudut ruangan dan di pinggir jendela Davian menikmati kopi nya sejak beberapa menit yang lalu.
Mata nya masih menatap lurus seseorang yang ada di depan nya beberapa menit yang lalu, berjalan menghampiri dirinya sambil menebar senyum yang bahagia.
Entah dia harus bersikap bagai mana pada wanita yang sedang tersenyum manis di depan nya ini.
Wanita yang sangat dia tunggu-tunggu kehadiran nya dulu, Wanita yang dulu sangat ia rindukan, wanita yang dulu hampir saja menjadi istri nya, wanita yang mengisi hati nya sekaligus mengobrak-abrik hati nya.
Memporak-porandakan hati nya yang sudah tertata rapi.
Untuk apa dia kembali? Untuk menghancur kan hati nya lagi?
Sejak tadi itu lah pertanyaan yang berkecamuk di fikiran nya.

"Apa kabar? Davian membuka pertanyaan. Tatapan nya sangat jelas bahwa ia rindu pada wanita ini.

"Tidak begitu baik, kamu apa kabar?" davian menghela nafas nya, lalu menyeruput kopi yang hampir dingin.

BERTAHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang