HA - #7

10.5K 932 11
                                    

Prilly langsung berlari ke luar dari kamarnya, menghampiri Ali yang sedang menyiapkan makanannya di dapur.

"Ali..!!" Nafas Prilly terengah-engah.

"Prill, lo kenapa lari-lari gitu sih?, nggak akan ke habisan makanan kok." Ucap Ali bingung.

"Gue keluar dulu sebentar, lo disini aja dan inget jangan kemana-mana." Titah Prilly.

"Lo mau kemana?" Ali berhasil menahan Prilly pergi.

"Prill, waktu kita nggak banyak." Vigo sudah menunggu di ambang pintu.

"Nanti gue jelasan, tapi please sekarang lepasin gue dulu Li."

"Nggak akan, gue ikut lo pergi."

Akhirnya Prilly menyerah, Prilly membiarkan Ali ikut dengannya. Prilly menemui perempuan yang dari tadi siang mengikutinya. Tak ada yang aneh dari perempuan itu, biasanya setiap kamis malam Prilly akan bertemu teman-teman Vigo dengan bentuk yang bermacam-macam, tapi kali ini sepertinya aman.

Perempuan itu tersenyum pada Prilly. Meminta Prilly mengikutinya tanpa suara. Dan Ali juga mengikuti Prilly tanpa banyak bertanya. Mereka di tuntun kesuatu tempat entah ada di mana.

"Mau kemana dia?" Ucap Prilly lirih.

"Gue juga nggak tahu Prill, tapi ini jalan menuju jembatan sana." Vigo menunjuk jembatan yang ada di hadapan mereka.

"Prill, kita mau ngapain sih malem-malem kesini?" Ali sudah tak bisa membendung rasa penasarannya pada Prilly.

"Diamlah!" Prilly kembali mengikutinya berjalan ke depan. Hari makin malam dan mereka belum juga sampai ke tujuan dimana perempuan itu mau.

Benar saja dia berhenti di jembatan dan mamandang jauh kebawah, sungai itu cukup dalam, tepian sungai yang banyak rumput liar menjulang tinggi. Dia meminta Prilly untuk lebih mendekat padanya. Prilly mengikuti arah pandang perempuan itu, tapi Prilly tak melihat apa pun di sana, semua terlihat gelap tanpa penerangan sedikit pun.

Ali mengikuti juga arah pandang Prilly. Tapi justru samar-samar Ali melihat sesuatu di bawah sana. Ali memperjelas pengelihatannya, dan ada seseorang tergeletak disana.

"Itu ada orang di bawah Prill." Ali menunjuk ke bawah. Prilly ikut melihat ke bawah dan setelah itu kembali melihat perempuan yang tersenyum di sampingnya.

"Gue lihat dulu Prill." Vigo tiba-tiba menghilang dari pandangan Prilly. 5 menit berlalu dan Vigo kembali.

"Dia mati Prill, perempuan ini udah mati." Vigo menunjuk perempuan itu.

"Ali cepat panggil polisi, ambulan, apa pun itu." Titah Prilly.

Ali melakukan apa yang di perintahkan Prilly menghubungi polisi dan juga ambulan. lima belas menit berlalu mereka semua baru tiba. Prilly menceritakan apa yang terjadi, saat jasad itu di angkat Prilly sempat meliht wajah nya dan benar saja itu perempuan yang dari tadi siang mengikutinya.

"Farah" Ali melihat kain putih yang menutupi jasad itu.

"Farahhh...!!!!" Ali kembali histeris, Prilly tak tahu apa yang terjadi padanya. Ali menangis dan memeluk jasad bernama Farah itu.

Prilly kembali memandangi perempuan itu menanyakan ada apa di antara dia dan Ali, tapi perempuan itu hanya tersenyum dan hilang begitu saja dari hadapan mereka semua.

Perlahan Prilly menghampiri Ali yang masih saja memeluk jasad yang sudah mulai membiru itu.

"Ali" air mata Ali luluh.

"Maaf pak, kami harus segera membawa korban untuk di otopsi." Polisi segera membawa jasad itu masuk ke dalam ambulance.

"Lo bisa kan Prill pulang sendiri, gue harus lihat Farah." Prilly mengangguk. Ambulance dan mobil polisi pergi dari hadapan Prilly.

Prilly pulang ke rumah dengan banyak tanda tanya, ada hubungan apa antara Ali dengan perempuan itu. Tak ada yang bisa menjawab kecuali dia tanyakan langsung pada yang bersangkutan.

"Ada hubungan apa ya Ali sama dia?" Guman Prilly setiba nya mereka di rumah, tapi Vigo bisa mendengar jelas ucapan Prilly.

"Mana gue tahu Prill, kenapa tadi lo nggak tanya langsung aja sama dia."

"Ya kali gue tanya, dia lagi setres gitu yang ada di maki-maki gue. Tapi gue kepo banget nih Go."

"Lo apa sih Prill yang nggak kepo. Gue yang hantu aja lo kepoin. Tunggu aja si Ali pulang."

Prilly tak menanggapi ucapan Vigo, Prilly masih memikirkan ada apa antara Ali dan perempuan itu.

"Gue cape Vigo, gue cape punya ini semua, gue pengen kaya orang-orang biasa lainnya. Nggak perlu takut ngelihat yang aneh-aneh di luaran sana. Kenapa sih gue mesti punya ini semua?, apa nggak bisa kampuan gue ini hilang." Prilly mengeluarkan keluh kesahnya.

"Itu udah takdir Prill, dan itu anugrah buat lo, lo harusnya bersyukur lo di kasih kelebihan dan orang lain nggak."

"Apa yang harus gue syukuri Vigo?"

Prilly mulai merasa lelah, kemampuannya itu semakin hari semakin jadi. Terkadang Prilly tak sanggup lagi menahan nya.

***

Pagi menjelang, Prilly sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Prilly mencari Ali di dapur tapi dia tak menemukannya. Prilly mencoba menghubungi nya lewat ponsel tapi tak juga ada jawaban.

"Lo kenapa sih Prill, pagi-pagi bingung banget kaya gitu?"

"Ali belom pulang ya Go?"

"Lo kenapa nyariin Ali, dia udah gede kali."

"Ah nanya sama lo bukan nya dapet jawaban malah dapet ocehan doank. Gue berangkat dulu."

"Cari Ali ya nyampe ketemu." Pesan Prilly sebelum berangkat.

"Gue mesti nyari dimanaaa????,, nyusahin aja sih tuh orang."

"Eh hantu bawel, gue pulangin ke asal lo ya kalau masih ngoceh."

Sepeninggalan Prilly, Vigo duduk termangu di teras, mau kemana dia mencari Ali, itu bukan tugas nya mencari orang hilang. Vigo lebih memilih jalan pagi di sekitar komplek.

"Nggak ada salahnya kan hantu olahraga pagi. Siapa tahu ada hantu cantik yang juga lagi olahraga. Lagian ya orang dah tahu jalan pulang masih aja di cariin, nggak sekalian aja di jagain baby sister." Vigo ngoceh tak jelas.

Saat Vigo jalan-jalan dia bertemu dengan Maura, noni Belanda yang jadi incarannya itu. Meraka malah asik berbincang dan lupa pesan Prillh untuk segera mencari Ali.

****

Ali berjalam gontai menuju rumah Prilly. Wajahnya yang lusuh, matanya yang bengkak dan rambutnya yang berantakan, membuat dia seperti orang yang tak terurus.

Walaupun Ali sedang berduka dia tetap tak lupa tugasnya di rumah ini. Ali menyiapkan makan siang untuk Prilly majikannya.

"Ali lo udah pulang." Prilly langsung menghampiri Ali.

"Iya Prill, nih makan siangnya udah gue siapin, gue ke kamar dulu ya."

"Li, kan lo tahu gue nggak suka makan sendiri."

Ali kembali duduk di hadapan Prilly dengan tatapan kosong dan menerawang jauh entah kemana. Prilly juga tak berani banyak bertanya pada Ali, lebah baik dia menikmati hidangan yang memang sudah di sediakan, walaupun rasanya hambar tak terasa. Ada rasa iba di hati Prilly saat melihat Ali seperti ini, Ali yang biasa ceria mendadak sendu seperti awan mendung.

"Haii Prilly." Tiba-tiba Prilly membuka matanya lebar, melihat kelakuan Ali yang mendadak aneh.

****

semoga aja ini cerita masih bisa menghibur.

Makasih

E_F

Home AloneWhere stories live. Discover now