HA - #3

15.7K 1.1K 54
                                    

Prilly sudah lengkap dengan seragam sekolahnya. Tas rangsel bertengger di pundaknya, seragam putih abu-abu nya sudah rapi di pakai, tali sepatu tak lupanya di ikat.

"Waktunya sekolah." Ucapnya riang.

"Prill gue ikut ya, gue bete kalau di rumah aja."

"Nggak-nggak lo di rumah aja, kalau lo ikut lo bawel, yang ada gue nggak konsen belajar deh."

"Yah Prill, kok lo tega banget sih sama gue."

"Bodo amat, awas aja kalau lo berani ngikutin gue."

Prilly meninggalkan Vigo di kamar dan turun untuk sarapan. Di lihat Ali sudah menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.

"Prill sarapan dulu." Ali menuangkan orange jus ke dalam gelas. Karena dia ingat Prilly yang tak suka susu.

"Lo mau kemana Li rapi amat?" Prilly memperhatikan Ali yang tidak seperti biasa, sesaat Prilly sempat terkesima pada Ali. Celana jeans kaos lengan panjang yang di di tarik sampai ke siku dan juga kupluk kesayangannya.

"Oh ya aku lupa ngasih tahu kamu, aku ada jadwal kuliah dan ini jadwal ku, jadi setelah aku kuliah aku baru menyelesaikan tugas aku di rumah." Ali menyerahkan selembar kertas yang berisi jadwal kuliahnya.

"Hebat juga dia bisa kuliah, biaya sendiri lagi." Prilly hanya melirik pada Vigo yang ada di sebelahnya.

"Jadi aku minta dispensasi waktu ya. Aku janji kalau kuliah selesai langsung pulang deh. Boleh ya?"

Ali menunggu jawaban dari Prilly yang dari tadi hanya diam menyantap sarapan yang di buatnya. Tapat pada suapab terakhir Prilly bersuara.

"Oke, gue berangkat sekolah dulu, udah siang." Prilly meraih tas rangselnya.

"Aku antar kamu sekolah ya." Prilly hanya memgangguk dan mendahului Ali ke depan.

"Kacang kacang..." Vigo mulai merasa di abaikan oleh Prilly.

"Gue pergi aja deh dari sini toh di sini juga gue udah nggak di harapkan lagi." Vigo sudah melangkah lebih dulu menembus pintu utama. Dan Prilly justru mengejarnya.

"Vigo lo mau kemana?, kenapa lo malah pergi sih."

"Lo kan udah punya temen baru yang nyata, nggak kaya gue pintu aja bisa gue tembus. Apa lagi nyentuh lo yang nggak mungkin bisa gue lakuin."

"Katanya kita sahabatan, masa begitu aja lo mau ninggalin gue sih."

"Udah lah lo sekolah aja dulu, nikmati aja masa itu sebelum nanti nya lo ngerasain apa yang gue rasain sekarang. Belajar yang bener ya Prill. Gue nggak akan pergi dari lo" Vigo tiba-tiba menghilang dari hadapan Prilly.

"Vigoooo...."

Ali yang dari tadi melihatnya seperti orang bodoh, tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Prilly. Banyak pertanyaan berkumpul di kepalanya. Banyak yang dia tak tahu dari seorang Prilly Hermawan.

"Prill, apa kita bisa berangkat sekarang?" Tanya Ali hati-hati, walaupun sebenarnya dia ingin sekali bertanya.

"Ah ya, ayo." Prilly sudah lebih dulu menaiki motor bebek milik Ali. Ali tak berani bertanya lebih lanjut selain menanyakan dimana alamat sekolah Prilly.

"Nanti kalau emang mau di jemput kabarin aku aja ya." Prilly mengangguk dan langsung masuk ke dalam sekolah sedangkan Ali kembali melajukan si hitam sampai ke kampus.

Ali mencari kawannya, Jo. Jo selalu setia dan mengerti sekali tentang Ali. Bahkan jelek-jeleknya Ali pun dia tahu. Ali mencari Jo di kantin. Biasanya pagi-pagi Jo sudah ada di kantin untuk sarapan.

"Bro, cerita donk gimana hari pertama lo kerja kemarin. Gimana rasanya jadi baby brother?, biasanya kalau jagain baby itu ribet banget bro" Jo menyesap lemon tea pesanannya.

"Iya, yang gue jagain itu big baby. Sampai-sampai gue bingung mau ngapain."

"Maksud lo, bayi nya gemuk gitu, makanya lo kewalahan jagainnya." Ali hanya menggelengkan kepala menandakan pernyataan Jo yang salah.

"Lah terus apa?"

"Gue jagain big baby, anak SMA kelas 3, lo bayangin kan kaya apa. Ini di luar ekspetasi gue Jo. Tapi enak juga sih nggak ribet juga kaya ngurus bayi. Paling gue nyiapin makanan aja lah buat dia, sama beres-beres rumah. Gue nggak mesti nungguin atau nemenin dia main gitu." Ali menjelaskan semua pekerjaannya pada Jo.

"Cantik nggak bro?, kenalin ke gue donk kalau cantik."

"Lah, efek jonezz gini ya, kaya nggak bisa cari cewek cakep aja lo. Eh tapi tunggu deh, masa dia itu sering banget ngomong sendiri, mara-marah sendiri sama nama Vigo gitu. Gue jadi serem sendiri bro." Ali mengingat beberapa kali memergoki Prilly yang sedang marah-marah tak jelas.

"Apa dia ada gangguan jiwa ya?" Tambah Ali.

"Masa sih, mana ada orang gila bisa sekolah kaya biasa, ngarang aja lo Li."

"Gue juga nggak tahu Jo, gue aja suka ngeri sendiri." Ali mengangkat ke dua bahunya bergidik ngeri. "Udah ah kita ke kelas aja sekarang."

***

Prilly termenung sendiri, biasanya ada Vigo yang menemaninya di tempat ini. Di ajaknya bicara, tapi kali ini Vigo tak ada. Prilly merasa perlakuannya akhir-akhir ini menyakiti Vigo.

Sampai jam sekolah usai Prilly merasa tak bersemangat. Dia memutuskan pulang berjalan kaki, entah sampai mana dia harus berjalan kaki, jarak sekolah sampai rumahnya cukup jauh.

Sebuah motor berhenti tepat di sisi kanan Prilly. Si pengendara membuka helm yang menutupi wajahnya.

"Prill, kok jalan sendiri sih, aku tadi ke sekolah kamu, tapi kamunya nggak ada." Ali datang berniat menjemput Prilly.

"Pulang aja deh yuk, nggak usah banyak nanya."

"Kamu kenapa lesu banget kaya gitu."

"Di bilang nggak usah banyak nanya. Udah gue bisa pulang sendiri." Prilly mematap Ali kesal.

"Iya iya maaf, ya udah ayo naik kita pulang sekarang."

Prilly naik ke atas motor, menyandarkan kepalanya di punggung Ali, dan itu membuat Ali menegang seketika, jantung nya seakana sedang olah raga berdetang lebih kencang. Tapi Ali berusaha menormalkan detak jantungnya. Tanpa bertanya lagi Ali melajukan motor bebek kesayangannya itu.

"Alii stopppp..."

"Ccciiitttttt" suara ban motor yang beradu dengan jalanan mengeluarkan suara yang berdecit nyaring.

"Ada apa sih Prill, kalau kita nabrak gimana, jangan suka begitu donk." Ali mengomel.

"Vigooo." Teriak Prilly tak peduli dengan omelan Ali.

"Vigo?" Guman Ali.

Ali merasa benar-benar gila kalau harus berhadapan dengan anak kecil ini. Apa harus segitunya punya teman khayalan.

"Setahu gue ya, cuma anak kecil yang punya teman khayalan. Kenapa ini udah bangkotan juga masih punya?"

"Ayo kita cepet pulang Li, gue rasa Vigo ada di rumah." Prilly menarik baju Ali. Ali masih seperti orang linglung di buatnya.

***

Yang penasaran sama Vigo tuh ada di mulmed yaa. Di kirimin gambar sama adik ku tercinta lansung jatuh hati sama tuh cowok. Keren kan? Hehehe.
Kalau hantunya kaya gini mah di jamin nggak bakalan takut kan. :D

Makasih ya yang udah setia baca cerita nggak jelas ku ini, semoga masih terhibur sama ceritanya.

Salam damai

Biie

Home AloneWhere stories live. Discover now