HA - #2

17K 1.3K 44
                                    

Ali menyiapkan semua masakannya yang sudah selesai di atas meja makan. Menu sederhana yang di buatnya cukup menggugah selera.

Prilly masih diam terpaku di tempatnya. Kali ini Ali tidak melihat dia sedang berbincang demgan siapa pun.

"Prill, makanannya udah siap, mau makan sekarang?" Tanya nya sopan.

"Iya sekarang aja, gue udah laper." Prilly beranjak ke meja makan dekat dapur. Rumahnya yang cukup luas ini terasa semakin luas jika hanya Prilly seorang yang tinggal.

"Lo temenin gue disini ya, gue nggak suka makan sendirian." Ucap Prilly saat melihat Ali ingin pergi dari hadapannya.

Ali memilih duduk diam, bersikap sopan pada majikannya. Ali merasa seperti pembantu bukan pengasuh. Ini memang pengalamannya yang pertama menjadi pengasuh anak, untuk tambahan biaya kuliahnya.

"Ya ampun biasa aja makannya, kaya nggak makan seminggu aja lo Prill." Vigo berdiri tepat di belakang Ali.

"Lo diem, ganggu gue makan aja." Ucap Prilly tanpa menoleh.

"Sorry Prill, gue nggak ngomong apa-apa dari tadi." Ali bingung karena dari tadi tidak bersuara sedikit pun.

"Bukan lo Li, abaikan aja." Prilly melanjutkan makannya.

"Prill, gue mau cerita sama lo nih, lo tahu kan penghuni pohon depan rumah itu, kayanya dia makin cantik deh." Prilly terlihat jengah dengan Vigo.

"Mending sekarang lo pergi dari hadapan gue, lo buat selera makan gue turun drastis tahu nggak." Prilly memelototi Vigo yang ada di belakang Ali, Ali yang merasakan kemarahan Prilly langsung beranjak dari duduknya.

"Lo mau kemana?" Tanya Prilly pada Ali.

"Tadi kamu minta saya pergi, saya akan pergi. Lebih baik saya mengerjakan pekerjaan yang lain." Kali ini Ali benar-benar meninggalkan Prilly.

"Lo lihat kan dia ninggalin gue. Lo sih ganggu aja, males gue makan lagi." Prilly meninggalkan Vigo yang masih diam, tapi Vigo terus mengikuti Prilly.

"Ya ilah Prill, masa gitu aja ngambek sih lo, gue kan cuma mau cerita aja sama lo. Tar kalau gue ngintilin lo mulu, lo nggak seneng."

Prilly tak peduli, Prilly tetap masuk ke dalam kamarnya tapi dia malah menemukan sesuatu disana.

"Hei, anak kecil ngapain lo di sini, percuma di situ nggak ada duitnya. Sana lo cari tempat lain." Prilly memergoki tuyul yang sedang mencari sesuatu di dalam lacinya.

"Tuh kerjaan lo Vigo, lo bilang mau jagain gue, sekarang lo lihat gue hampir kecolongan kan. Sia-sia gue punya satpam hantu ganteng kaya lo." Prilly merebahkan tubuhnya di atas kasur. Sedangkan Vigo masih ada di samping Prilly dengan melipat tangannya di depan dada.

"Yee, gue kan jagain lo, bukan jagain duit lo itu kali."

"Tau ah, sana lo keluar gue mau tidur, awas kalau gue bangun lo masih ada di sini, gue masukin lo dalem botol." Acam Prilly yang sudah memejamkan matanya sambil memeluk guling.

"Lo fikir gue jin botol apa. Yaudah sana tidur gue mau ngapel dulu, kayanya penghuni baru di depan ada yang cantik mirip noni noni belanda gitu."

"Dasar kecentilan." Prilly sudah tidur nyenyak berlabuh ke alam mimpinya yang indah.

Sedangkan Ali masih bingung melihat ke anehan yang ada di rumah ini terutama pada Prilly yang senang bicara sendiri.

"Apa dia punya ke lainan jiwa ya?, masa cantik-cantik gila sih?, nggak mungkin ah. Tapi kalau emang iya gimana ya, masa gue harus jagain orang gila, yang ada nantu gue gila duluan ini." Guman Ali.

'Tukk

"Aduh, siapa sih yang iseng sama gue." Ali menoleh ke kanan dan ke kiri tak ada siapa pun disana. Seketika bulu kuduk nya berdiri. Tapi Ali tetap penasaran siapa yang berani menjailinya, walaupun tingkat keberaniannya di bawah 50% dia tetap tak gentar mencari tahu.

"Woy siapa lo, kalau berani sini nggak usahain belakang gitu." Tantang Ali. Dalam hati Ali siapa yang tahu kalau sebenarnya dia juga takut.

"Ini orang baru nantangin gue ya, tadi bilang princess gue gila, sekarang nantangin gue. Nanti tunggu gue kembali, gue mau pacaran dulu." Hanyu Vigo meninggalkan Ali yang sedang bingung begitu saja di halaman.

"Beneran serem ni rumah, rumah gedenya kaya istana yang nempatin cuma dia sendirian. Apa nggak takut ya. Gue harus bisa jagain dia."

Ali melanjutkan pekerjaannya. Tapi apa pekerjaan nya dia di sini, status sebagai baby sister tapi kok kerjanya nyiram tanaman, tak sesuai dengan pekerjaannya.

***

Prilly terbangun dari tidur panjangnya, langsung melangkah ke dapur karena dehidrasi menyerang. Berjalan dengan nyawa yang belum 100% berkumpul, beberapa meja pun di tabraknya.

"Prill, jalan hati-hati donk." Ali memegangi Prilly yang terhuyung karena menabrak lemari pajangan yang cukup besar di hadapannya.

"Duh.. sakit." Prilly memegani dahinya yang baru saja di cium lemari.

"Ya sakit lah, emang nggak lihat apa ada lemari segede ini di depan mata." Prilly hanya menggeleng dan tangan yang tak berhenti mengusap.

"Kamu mau apa, biar aku ambilin." Tawar Ali setelah membawa Prilly duduk di minibar.

"Gue haus, gue mau ambil minum. Ambilin donk." Titahnya manja.

Ali hanya tersenyum simpul dan tetap mengambil apa yang di minta Prilly. Jika kesadarannya berkurang seperti ini justru membuatnya lucu dan menggemaskan.

"Nih di minum, susu coklat hangat."

"Gue nggak mau susu, gue nggak suka, gue mau orange jus aja." Prilly menolak gelas yang di sodorkan Ali.

"Terus ini siapa yang minum, kan mubajir Prill."

"Lo aja yang minum, gue mau orange jus aja titik."

"Asli nya kembali nih kalau nyawa udah ngumpul begini." Guman Ali, dangan tangan yang sedang menuang sirup orange itu.

"Nih minum." Prilly menerima gelas itu.

"Itu di minum juga, sayang nggak ada yang minum."

"Nah kan berduan aja di sini, nggak bisa gue tinggal sebentar ya."

"Bbrrruuuuu" Prilly menumpahkan semua isi minuman yang ada di mulutnya. Ali yang ada di hadapannya hanya bisa diam.terpaku menerima nasib semburan maut itu.

"Vigo, apa-apaan sih lo, lo mau bikin gue nyusul lo gara-gara keselek." Prilly marah-marah pada hantu yang ada di sampingnya ini.

"Gue kan nggak sengaja Prill, sensi banget sih lo."

"Becanda lo nggak lucu tahu, pergi lo Vigo ganggu kenikmatan gue aja."

"Prill, prilly." Ali memanggil pelan.

"APA??" Jawab Prilly ketus.

"Barusan kamu ngomong sama siapa ya?" Tanya Ali takut-takut.

"Bukan urusan lo, beresin ini semua gue mau mandi." Prilly bangun dari duduknya dan tepat menghadap Vigo.

"Dan lo." Tunjuknya pada udara kosong, "Jangan masuk ke kamar gue."

"Iisshh,, galak banget sih. Hati-hati nggak laku."

Ali yang melihat Prilly bicara sendiri hanya bisa memandangnya bingung. Dan justru malah membuat bulu kuduknya berdiri.

"Jangan bilang gilanya kumat." Guman Ali.

****

Makasih buat yang udah baca cerita ku yang nggak jelas ini. Semoga masih tetap bisa menghibur yaa.

salam damai

Biie

Home AloneWhere stories live. Discover now