[1] Raffa Aldric Ardiansyah.

145K 5.8K 289
                                    

"Raffa?"

Raffa menoleh, laki-laki yang kini tengah mencoret-coret papan tulis dengan berbagai tulisan itu tersenyum lebar ke sumber suara yang memanggil namanya beberapa detik yang lalu. Sadar akan tatapan tajam pemilik suara tersebut, Raffa berlari ke arah mejanya dengan tangan yang masih setia mengenggam spidol kelas.

"Eh, Ibu. Apa kabar? Makin cantik aja, Bu," ucap Raffa yang saat ini sudah terduduk manis di bangkunya.

Raffa, laki-laki yang mempunyai nama lengkap Raffa Aldric Ardiansyah itu merupakan anggota basket, sekaligus salah satu dari sekian banyak brandal yang menghuni SMA Bhakti. Laki-laki yang duduk di bangku XI-IPS-2 itu memang terkenal dengan cap brandal namun terkesan religious di penjuru SMA Bhakti.

Melihat tingkah salah satu murid yang bisa terbilang nakal itu membuat, Bu Rahma, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mengajar kelas Raffa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Dengan langkah santai, Bu Rahma berjalan ke arah mejanya, lalu meletakan berbagai barang bawaannya di atas meja tersebut.

"Bagaimana dengan Anda, Bapak Ardiansyah? Apakah kabar Anda baik-baik saja?" tanya Bu Rahma seraya berjalan mendekat ke arah meja Raffa yang memang berada di pojok belakang.

Raffa tersenyum simpul seraya menjawab, "Saya selalu baik, Bu, asalkan bisa ngeliat senyum doi setiap hari. Asikkk."

Bu Rahma hanya menghela nafas pelan, lalu berucap, "Coba kamu berdiri."

Raffa menatap Bu Rahma dengan tatapan bingungnya. "Berdiri? Buat apa coba berdiri kalo duduk aja saya udah bisa ngeliat Ibu?"

"Ber-di-ri. Ngerti Bahasa Indonesia, kan?" tekan Bu Rahma.

Mau tidak mau Raffa berdiri. Laki-laki itu melirik ke arah Ryan yang notabennya teman satu mejanya sekaligus teman terdekatnya di SMA Bhakti. Ryan malah menatap Raffa balik dengan kedua alis tertaut menjadi satu dan diikuti dengan celetukan, "Apaan, sih?"

Raffa menghela nafas, laki-laki itu mengalihkan pandangannya kembali ke arah Bu Rahma. "Kenapa, sih, Bu? Saya tambah tinggi, ya?" tanyanya.

Bu Rahma berdehem sekali, kedua matanya mengarah ke baju seragam yang dipakai oleh Raffa. "Pake baju yang bener."

"Mau bener ataupun salah, cowok kodratnya emang selalu salah, Ibu," sahutnya dengan nada yang terbilang sangat santai dengan kedua jari-jari tangan sibuk merapihkan baju.

"Baper, najis!" Ryan dengan bibir tipisanya mampu mengeluarkan dua kata tersebut tepat di samping Raffa.

Raffa menoleh, menatap sahabat dekatnya itu dengan kedua alis terangkat ke atas. "Lo lagi kenapa, sih, sama gue? Nggak suka? Bilang. Sesimpel itu."

Bu Rahma yang masih setia berdiri di samping meja Raffa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya memperhatikan perdebatan kedua anak muridnya itu. Sudah terbilang sangat sering Raffa dan juga Ryan berdebat seperti itu, pada akhirnya mereka akan mengerjakan tugas bersama walaupun nilainya tidak seberapa.

"Udah, Ibu udah hafal banget kalo kalian itu setiap Ibu dateng pasti rebut. Kenapa, sih? Kamu juga Ryan, apa Ibu perlu pindahin tempat duduk kamu?" ucap Bu Rahma yang sukses membuat kedua mata Ryan membualat sempurna. Lain halnya dengan Raffa yang hanya tertawa kecil melihat reaksi spontan Ryan.

"Jangan Ibu, jahat banget sama anak muridnya sendiri. Saya nggak mau pindah pokoknya, mau tetep sama Raffa, dia baik, saya jomblo dia juga jomblo," balasnya seraya menarik lengan Raffa.

Mendengar kalimat yang terlontar begitu saja dari bibir Ryan membuat kedua mata Raffa membulat sempurna, laki-laki itu menarik lengannya yang sedari tadi diampit oleh Ryan. "Denger, ya, gue itu bukan jomblo, tapi cuma gagal taken."

To Get HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang