Prolog

117K 7.5K 594
                                    

Suasana malam itu sedikit mencekam dengan napas yang tersengal satu-satu pasca teriak yang sempat dipekikkan.

Aish, kalimat awal yang buruk. Reload. Ada-ada saja isi kepala Aurora di saat dia tadi sedang kesal tiba-tiba malah terlintas di kepalanya kalau adegan yang baru saja terjadi, dideskripsikan dalam sebuah novel. Malam mencekam? Napas tersenggal? Kenapa jadi berasa cerita horror?

Aurora terkikik sendiri.

"Kenapa kamu ketawa, Dek?"

"Hehe... udah ah, aku capek debat sama Bunda. Udah tua kok ngotot."

"Kak, anakmu ngatain aku tua," kata Bunda dengan pandangan memelas menghadap ke arah Ayah. Ayah hanya mengulas senyum dan mengangguk ringan. Mencak-mencaklah bundanya Aurora.

"Udah tua, tukang ngadu pu ... la," tukas Aurora lagi dan seketika meringis karena bundanya mendelik.

"Dek, udah. Kan kita tadi lagi bahas Masmu, kenapa malah ribut sama Bunda?"

"Abis Bunda ngotot banget, Yah."

"Dek...."

"Ngga Bunda, pokoknya aku ngga mau kalau Mas pindah. Kalau Mas pindah, aku juga mau pindah!"

"Ke Finlandia? Oh, bagus. Serius kamu mau? Bunda bisa sekalian S3 di sana sambil ngawasin kalian."

"Bunda, nanti Ayah sama siapa?" tanya ayah tampak tak terima.

"Hehehe... ya Ayah ikut sekalian."

Ayah geleng-geleng frustrasi, "Udah ah, makin ngaco ini nanti. Serius sedikitlah, itu kasihan si Mas," ujar Ayah lagi. Lalu Ayah, Bunda dan Aurora menoleh pada Antariksa yang masih bergeming. Pandangannya lurus ke depan saja.

Ini orang lagi dibela malah ngga ada usahanya sama sekali, batin Aurora frustrasi betul sama kakaknya itu.

"Kalau Anta dipaksa pindah, aku juga pindah!"

"Dek...."

"Iya, Mas Anta maksudnya."

"Halah, kamu kok minta pindah. Kena salju bentar aja langsung pilek," cibir Bunda.

"Siapa bilang aku mau ikut Mas ke Finlandia. Ya aku pindah lagi ke Yogya. Ikut Eyang. Kalau ngga aku ke Makassar nyusulin Kak Adel."

"Trus Bunda di rumah sama siapa? Kan kamu dipulangin biar Bunda ada temennya kalau masmu jadi pindah."

Ribet sekali keluarga Aurora ini. Urusan sekolah saja dari setengah tahun yang lalu tak kelar-kelar dibahas.

"Bunda, aku udah ngalah ya kelas 3 aku pindah ke sini. Tapi bukan buat ngizinin mas pindah. Aku mau nanti satu SMA sama si Mas. Bun, kalau ngga diawasin, si Mas ini berbahaya. Bisa digondol orang. Lihat aja mukanya itu craving son in law banget. Masa SMA itu keras, Bunda."

"Sok banget sih kamu Dek, trus kamu gitu yang mau jagain masmu?"

"Oh jelas...."

"Jadi gimana Mas, kamu mau di sini apa ke Finlandia?" tanya Ayah akhirnya. Sepertinya Ayah sudah lelah melihat anak dan istrinya berdebat tak karuan.

"Mas terserah Ayah sama Bunda aja," lirih Antariksa. Akhirnya yang jadi subjek pembicaraan angkat bicara juga.

"An... MAS!" jerit Aurora.

"Apasih kamu Dek kok teriak-teriak gitu?"

"Lo kenapa melempem gini sih Mas? Lo bilang dong kalau lo emang ngga mau ke sana. Lo mau di sini kan? Gue tau. Lo juga berhak nentuin masa depan lo sendiri."

CompliantwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang