CHAPTER VII : Suara Hati Yuki

3.6K 332 7
                                    

Grep

Sebuah tangan melingkari tubuh ramping Yuki yang tengah berbaring di kasur kesayanganya.

Hangat menjalar di seluruh tubuh Yuki. Kehangatan yang tak biasa.

Yuki mengamati tangan itu. Rasanya itu bukan tangan mamahnya apalagi Reina. Tanganya terlalu kekar untuk ukuran wanita. Tidak mungkin ini tangan pria. Dalam pikiran Yuki, kandidat yang paling memungkinkah jika itu tangan Pria adalah tangan papah tercintanya.

Tapi tunggu. Mengapa tangan ini begitu atletis, tidak seperti tangan Papahnya (ups, sorry papah).

Yuki penasaran ingin segera membalikan badanya dan melihat sosok seseorang yang telah berani-beraninya masuk dan memeluknya tanpa izin.

Yuki memutar tubuhnya 180 derajat. Sehingga ia dengan sang pemeluk saling berhadapan.

"Harum sekali tubuhnya" batin Yuki. Dalam ingatan Yuki,parfum ini tidak asing. Ia mencoba mereka-reka tapi tak menemukan jawaban.

Yuki masih takut-takut untuk membuka mata. Nafasnya menjadi tak karuan, kala hidung bangir Yuki beradu dengan hidung si pemeluk yang ternyata bisa Yuki rasakan sama bangirnya dengan dia.

Dalam hati Yuki menghitung, di hitungan ketiga Yuki membuka mata. Dan betapa terkejutnya Yuki ketika mengetahui siapa orang yang ada hadapanya, yang tengah beradu nafas dengannya.
Semakin dekat..sehingga memungkinkan bibir mereka bersatu.

" Al Ghazali Kohler" teriak Yuki.

Tiba-tiba cahaya terang menyilaukan pandangan Yuki.

"Teteh..teteh Yuki,angun" kecup Sakura di bibir Yuki.

Yuki gelagapan. Perlahan mengerjap-ngerjapkan matanya. Berperang menyingkirkan pasukan belek yang berbaris di pelupuk matanya.

Saat matanya mulai tekondisikan. Lamat-lamat sosok Sakura dan Reina sudah berdiri di hadapannya. Sementara mamah berdiri depan jendela kamar Yuki, baru saja membuka gorden kamarnya dan membiarkan cahaya pagi menelusup ke dalam celah-celah labirin kamar Yuki.

Yuki tersadar ia barusan bermimpi dan cahaya dari kamarnya lah yang membangunkannya.

"Bhakakawakakka" tawa Reina pecah.

"Ciee...cieee teteh, teriak-teriak nama Ka Al, cieee..ahahhaha" goda Reina usil.

"Kenapa teh? Naksir ya ahaha" Reina semakin menjadi-jadi dalam menggoda kakaknya itu.

BUGH

Sebuah bantal mendarat di wajah Reina. Reina gelagapan namun masih dengan tawanya yang membahana.

" enak aja siapa juga yang naksir" ujar Yuki setelah mengirim bom bantal pada adiknya itu.

"Tadi itu yah teteh..hmm teteh cuma.." Yuki bingung sendiri mencari kata yang akan dia ucapkan, karena ia pun sebenarnya bingung mengapa Al bisa masuk ke dalam mimpinya.

"Alah ngaku aja teh" seloroh Reina. "Reina bilangin Ka Verrel ah teteh mimpiin Ka Al" ujar Reina sambil terkekeh ala-ala evil on.

" Mamah Reina nya" ujar Yuki merenggek sambil bersiap melemparkan bom bantal berikutnya.

Namun Reina berhasil menghindar "wlee ga kena"ujar Reina riang.

Dan nasib bom bantal tersebut salah sasaran. Mendarat sukses di kepala mamah Wina, mamahnya Yuki.

Mamah Wina geleng-geleng kepala melihat kelakuan kedua putrinya.Sementara si bungsu Sakura kebingungan melihat polah kedua kakaknya yang saling melempar bantal

"Cakura mau ikut, mau ikutan teh" ucap Sakura merajuk.

"Cakura mau ikut, cini-cini teteh cium duyuu" ujar Yuki mencium Sakura, mencoba mengalihkan perhatian.

Kamulah Takdirku (Benarkah)Kde žijí příběhy. Začni objevovat