"Maafin ardi bu.... Ampuni ardi.. Ardi sayang ibu.. Ibu jangan benci ardi lagi.. Ardi minta maaf bu.."

"Enggak nak.. Ibu gak marah sama kamu di.. maafin ibu di.. Seharusnya ibu suport kamu untuk berubah ke arah yang lebih baik lagi.. Bukan malah membiarkanmu begitu saja.. Maafin ibu nak.. Kamu anaku.."

Kali ini aku benar benar menangis sejadi jadinya di pelukan ibuku. Ibu yang kini usianya tak lagi muda.

Ibu yang selama ini banting tulang untuk makan aku sehari hari..

Ibu yang selama ini ikhlas berkorban agar aku lulus sekolah..

Tapi apa.?? Apa yang aku perbuat padanya.??

Hanya kekecewaan..

Kekecewaan yang aku berikan padanya..???

Durhakanya aku.. anak macam apa aku..??

* *

Kulihat ada beberapa orang diruangan ini menitikan air matanya melihat aku dan ibu yang kini tengah berpelukan sambil menitikan air mata.. Aku dan ibu mendekati fajar yang sedang tertidur.. Matanya tertutup rapat. Ibu bilang fajar belum sadarkan diri dari kemarin. Aku bisa merasakan kondisi fajar saat ini benar benar parah. Tapi kenapa.?? Kenapa fajar dirawat diruangan seperti ini... Fajar tidak sedang sakit biasa.. Adik kecilku harus segera di tangani secara khusus..

"Bu.. pindahin fajar sekarang juga yah..?? Ibu tau.. seharusnya fajar tidak di biarkan seperti ini bu..."

"Biaya dari mana nak..?? Biaya dari mana..??"

" Ibu jangan fikirin biaya.. yang pentng fajar bisa sehat bu.. Itu yang penting..."

"Di... Sebetulnya tadi pagi dokter baru saja bilang.. Kalo kaki kiri fajar sudah tidak bisa di selamatkan akibat luka bakar yang serius.. Kaki kirinya harus segera di amputansi, sebelum luka di kakinya menjalar kebagian tubuh yang lainya..??"

Apa amputansi? Ya'Allah. Rasanya hati ini bagai tertusuk duri ketika aku mendengar kata kata dari ibu... Fajar masih kecil. masa depanya masih panjang. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi. Aku tak bisa membayangkan jika adik kecilku itu nantinya harus duduk di kursi roda..??

Sepeda..??

Ya sepeda. Sampai detik ini aku belum bisa membelikanya sepeda. Sepeda yanga selama ini sangat di impikanya. Aku memang bukan kaka yang baik. Ya'Allah aku mohon sembuhkan dia. Jangan biarkan itu terjadi. Aku berjanji jika adik kecilku itu sembuh. Secepatnya akan kuberikan hadiah untuk adik kecilku itu.. Aku janji ya'Allah.

* *

Suara adzan berkumandang disalah satu masjid dirumah sakit yang cukup besar ini, aku pun keluar dari ruangan dimana adiku dirawat. Waktu ini takan aku sia siakan begitu saja.. Aku ingin bersujud pada Allah. Aku ingin meminta kesembuhan untuk fajar. Aku pun melangkahkahkan kakiku selangkah demi selangkah. Menuju masjid itu. Tapi tiba tiba ponsel yang kutaruh di saku celanaku bergetar.. Kulihat ada satu panggilan masuk dari mas al..

Mas Al.. Aku hampir melupakanya. Segera kuambil ponselku dan menjawab panggilanya..

"Hallo di..."

"Ia mas..??"

"Kamu diamana di..?? Jangan bikin mas khawatir.. Kok sampe magrib gini kamu belum pulang...??"

"Ia mas maaf.. Aku sekrang dirumah sakit mas.??"

"Apa rumah sakit.?? Kamu kenapa.?? Kamu gak papa kan di.??"

"Aku gak papa mas.. Cuma adiku fajar. Dia di rawat disini mas.. Rumah aku kebakaran 2 hari yang lalu mas.. Fajar mengalami luka bakar serius di kakinya sehingga dia harus dirawat disini..."

"Ya tuhan.. Dirumah sakit mana adikmu dirawat di.?? Biar mas langsung kesana.??"

Setelah aku memberitahu nama dan alamat rumah sakit ini. Aku pun memutuskan panggilanya dan kembali melanjutkan langkahku menuju masjid..

Air mataku kembali mentes di atas sajadah masjid ini. Ketika aku bersujud pada sang maha kuasa.. Aku benar benar takut. Rasa cemas dan bersalah sepertinya telah melekat dihatiku. Ya'Allah sembuhkan adiku.. izinkan aku memberi hadiah untuk adiku. Aku mohon Ya'Allah..

Setelah sholat magrib aku kembali lagi keruangan dimana fajar dirawat. Tapi baru beberapa langkah aku berjalan. Tiba tiba aku mendengar seorang pria yang langsung ku kenali itu adalah mas Al. Dia bersama bi sri, asisten rumah tangganya.

"Den ardi yang sabar yah.???" bi sri sudah menyapaku terlebih dahulu.. Aku berusaha tersenyum dan tegar untuk bi sri..

"Kamu baik baik aja.."

"ia mas.. Aku baik baik aja.. saat ini yang seharusnya mas khawatirin itu fajar.. Bukan aku mas.."

* *

Aku. Mas Al. Dan Bi sri langsung masuk ke ruangan dimana fajar ditangani. Bi sri langsung memeluk ibuku.. Mereka sangat terlihat akrab walaupun baru pertama kali bertemu. Dan mas al. Ia pun langsung mencium tangan ibuku. Ibu tersenyum pada mas al. Tadinya aku kira ibu akan mengusir ata mencaci maki mas al. Syukurlah....

"Ya Tuhan.. Bu. Fajar keadaanya sangat lemah.. Apa sebaiknya tidak di pindahkan keruangan khusus.." Mas Al mengeluarkan suaranya pada ibuku..

"Uang dari mana nak.. Itu tahu itu memakan biaya yang besar.."

"Bu.. Ibu jangan fikirkan biaya.. Saya yang tanggung biaya fajar.. Yang penting sekarang fajar cepat ditangani.."

Ibuku terdiam mendengar kata kata mas al barusan..

"Tidak nak makasih.."

"Bu.. Maaf kalo saya lancang.. Tolong ibu terima permintaan saya kali ini. Anggap saja ini pemberian saya untuk fajar.. Kalo ibu masih menolaknya.. Dan tidak mau menerima.. saya akan merasa bersalah bu.."

"Tidak nak makasih... Walaupun ibu orang tidak punya.. Ibu masih berusaha.."

"Bu.. Saya mohon. Yaudah sekarang gini.. Anggap saya meminjami semua ini.. Ibu boleh bayar kapan pun ibu mau.. Saya mohon bu.. Untuk kesembuhan fajar.."

Akhirnya ibu mau menerima permintaan mas al. Ibu memeluk mas al dengan erat.. lagi lagi air mataku menetes...

Dan malam itu sekitar jam setengah delapan malam. Fajar di pindahkan keruangan khusus untuk di rawat dan mendapatakan penanganan terbaik dari dokter. Aku bersyukur mengenal mas al. Aku yakin Allah punya alasan kenapa ia menciptakan rasa ini dan menemukan aku dan mas al.. Allah telah membukakan beberapa rahasianya..

Aku.. Bi sri.. Ibu. Mas Al.. Dan Pak Tarjo kami semua tengah duduk di depan ruangan khusus yang baru saja menjadi ruangan dimana fajar ditangani. Kami duduk dengan penuh rasa cemas. Dan takut. Sampai akhirnya dokter keluar dan mengatakan bahwa malam ini juga kaki adik kecilku itu harus segera di amputansi.


HADIAH UNTUK ADIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang