Part 5

2.7K 96 2
                                    

Anak kecil itu masih berdiri di pojok tembok sana. Matanya seperti heran melihatku yang sedang melakukan hal bodoh itu. Serontak aku langsung melepaskan ciumanku dengan mas Al.

Aku memang tak pantas di sebut seorang kakak. Bisa bisanya aku melakukan hal seperti ini di depan adiku. Aku memang ingin memberi hadiah untuk adiku. Tapi bukan hadiah seperti ini.. Ya'Allah fajar masih terlalu kecil untuk melihat seperti ini...

"Kaka..??"

Fajar memanggil namaku... Kulihat wajah mas Al memerah..

Aku langsung berdiri dari kursi tanpa memperdulikan mas al lagi.. Dan langsung menghampiri adiku..

"Adek..?? Udah bangun.??"

Fajar hanya mengangguk...

"Kaka ge pain.?? Itu kaka tinggi.??"

Kali ini fajar menunjuk Mas Al. Wajah mas al semakin memerah ketika fajar menunjuk dirinya..

"Ehh si cakep udah bangun yah..?? Tadi kaka ardi bibirnya kesakitan terus kaka tiup tiup deh biar sakitnya ilang.." Mas Al mulai membantuku. Ia bangkit dari kursi dan ikut menghampiri fajar.. Jujur yang aku takutkan jika fajar cerita pada ibu. Bukan hanya itu, aku takut fajar meniru apa yang baru saja aku lakukan dengan Mas Al pada temanya. Tidak.. Adiku tidak boleh sama sepertiku...

* *

Senin sore aku nikmati bersama kekasihku itu. Di pantai yang kini menjadi tempat yang sering kami kunjungi. Mas Al sangat merasa bersalah atas kejadian kemarin..

"Sekali lagi mas minta maaf ya di.. Mungkin kalo mas gak dateng kerumahmu semuanya takan seperti ini.."

"Gak papa mas.. Mas al gak salah, aku memang gak pantas menjadi seorang kaka.. Aku memang kaka yang bodoh.. Jelas jelas aku ini cowok tapi aku malah mencintai cowok"

"Maksud kamu.?? Kamu menyesal menjalin hubungan ini di.??"

"Bukan itu mas.. Mas Al tau kan ardi sayang sama mas Al.. Cuma kenapa rasa cinta ini di anggap salah oleh orang orang.. Itu yang ardi gak ngerti mas..."

"Di.. kamu tau.. Aku pun tersiksa seperti ini.. Tapi aku gak mau bersandiwara lagi.. Aku memang seperti ini.. Di hatiku tumbuh cinta seperti ini.. Dan cinta itu hanya untuk kamu..."

Mas Al memeluku seakan tak peduli dengan orang orang yang melihat kami berdua..

* *

Kata orang jauh sebelum kita terlahir kedunia ini. Tuhan telah mentukan takdir hidup kita.. Soal jodoh.. Usia.. Bahkan perjalanan hidup.. Apakah ini takdir.?? Apakah semua ini takdir dari tuhan..?? Jika ini takdir dari Tuhan.. Kenapa umatnya tak menerima dengan takdir yang di tentukan oleh tuhan padaku....??

Tapi jika ini bukan takdir..??

Apa.??

Apa namanya..???

* *

Aku baru saja turun dari mobil Mas Al. seperti biasa Ma al mengatarkanku hanya sampai jalan besar tak sampai masuk ke komplex rumahku. Karena aku takut orang orang curiga pada mas al.

Aku pun melangkahkan kaki menuju jalan kerumahku. Sementara mas al masih berdiri di depan mobilnya memperhatikan langkahku. Aku beruntung mendapatkan cintanya..

Tapi entah kenapa hatiku tak enak. Nafasku seperti sesak tak seperti biasanya. Ku ketuk pintu rumah.. Ibu sudah duduk dan fajar berada di pangkuanya.

"Assalamualaikum..." ibu tak menjawab salamku..

"Assalamualaikum...." aku mengulangi salamku.. Tapi ibu masih tak menjawab...

"Kenapa pulang sore terus..??"

HADIAH UNTUK ADIKUOnde as histórias ganham vida. Descobre agora