Part 1

77.7K 1.6K 22
                                    

Di sudut ruangan cafe terdapat dua anak manusia berbeda jenis sedang termenung memikirkan nasib mereka. Mereka telah bersahabat sejak SMP. Icha mengenal Dafa lebih dari siapapun dan begitu juga sebaliknya. Tapi mereka kini dihadapkan pada suatu masalah yang berimbas pada masa depan persahabatan dan hidup mereka masing masing kelak. Icha adalah wanita yang bisa dikatakan cantik meskipun sudah berumur 28 tahun namun Icha sangatlah pemilih, itu sebabnya ia masih menjomblo hingga sekarang. Icha bekerja sebagai manajer pemasaran perusahaan yang dipimpin oleh Dafa. Sementara Dafa adalah pria tinggi yang kulitnya sawo matang dan tentu saja tampan sehingga tak heran ia dikagumi para wanita, sayangnya ia tidak pernah mau menjalin hubungan serius dengan satu wanita. Itulah sebabnya sekarang mereka terjebak dalam masalah yang sama yaitu mencari pasangan hidup sebelum mereka dijodohkan oleh kedua orangtua mereka. Keluarga mereka memang telah saling mengenal bahkan hubungan kedua keluarga bisa dikatakan sangatlah erat.

"Kau punya jalan keluar untuk masalah ini gak fa ?" Ucap Icha sembari menatapnya yang tengah menengadahkan kepala menatap langit langit cafe.

"Enggak cha dari tadi otakku kosong gak ada apapun." Balas Dafa tanpa merubah posisi duduknya.

"Halaaah emang otakmu pernah ada isinya? Paling isinya cuma cewek mulu !! "

"Iyaa dong, aku kan normal jadi mikirinnya ya cewek masak aku mikirin kamu yang gak jelas cewek apa cowok."

"Tuhkan, hiih belum pernah di lempar asbak ya itu mulut !!"

"Hehehehe ampuuun deh neng" sambil mengelus puncak kepala Icha

"Jangan pegang !! Hiiii jijay tralala di pegang playboy weeek."

"Hati hati kaloo ngomong ntar kangen bingung sendiri lho." Ucap Dafa dengan seringai menghias wajahnya

"Nunggu bulan nangkring dipohon dulu baru aku bisa kangen sama kamu monyet !! "

Sore itupun berlalu tanpa terasa dan tanpa hasil karena mereka lebih sibuk dengan kegiatan rutin mereka tiap bertemu yaitu saling menghina dibanding bicara mencari solusi.

Icha POV

Hari ini amat sangat melelahkan. Di mulai dari tadi pagi aku terlambat bangun sehingga mau tidak mau aku harus mengejar bis lalu kena semprot dari atasannya yang galaknya gak ketulungan dan sekarang saat pulang aku disambut oleh setumpuk undangan pernikahan berwarna biru muda dengan model yang manis namun elegan dan tertulis dengan jelas nama Delisa Restuningtyas dan Ferdafa Putra Wicaksono sebagai mempelainya. Mama harus ngejelasin semua ini.

"Mamaaaa....." Teriaku sambil berlari masuk ke rumah.

"Apa sih cha ? Mama gak budeg sayang."

"Ini apaan ma? Kok ada nama aku sama Dafa?" Tanyaku semabri menatap tajam wanita paruh baya di depanku ini.

"Oh, kirain apa. Anak mama bisa baca dong,,, udah tau itu undangan pernikahan kamu sama Dafa kenapa masih tanya sih ?" Jawabnya santai tanpa mempedulikanku yang butuh jawaban lebih.

"Mama tahu apa maksud pertanyaanku." Jawabku sarkastik.

"Mama sama tante Reni mamanya Dafa udah sepakat kalau semua masalah pernikahan kalian kami yang atur jadi 3 minggu lagi kamu bisa menikah."

"Haaaaa 3 minggu ma !? Gilak knapa gk tanya pendapat Icha dulu sih ma ? " Teriaku syok mendengar 3 minggu lagi aku akan menjadi istri seorang Dafa yang notabanenya adalah sahabat baikku.

"Nunggu kamu sama Dafa bertindak bakal butuhin waktu 3 tahun. Haduh mama gak mau kamu jadi perawan tua yang nikah di umur 31 tahun cha."

"Kenapa harus Dafa ma. Kenapa harus dia." Kataku memelas akhirnya duduk disamping mama. Mama memandangku dan mengelus kepalaku lembut seperti saat aku kecil sembari berkata "Mama sayang sama Icha, mama tau Dafa orang yang tepat buat anak perempuan mama satu satunya. Mama lihat dia anak yang baik dan dia sayang banget sama kamu. Paling gak meskipun dia suka gonta ganti cewek tapi dia gak pernah gantiin posisi kamu di sampingnya dengan orang lain."

"Dafa emang orang yang baik ma. Dia satu satunya laki laki yang lebih tau aku bahkan daripada diriku sendiri. Mama tahu aku sempet punya perasaan lebih kedia tapi pada saat itu juga aku akan selalu mengubur rasa ini dalam dalam juga karna inilah kami yang selamanya akan tetap begini. Aku Icha yang akan selalu berada pada status sahabat dimata Dafa dan Dafa yang akan menjadi sahabat serta kebahagian tersendiri buat Icha. Icha sayang Dafa ma, Icha gak mau Dafa menderita dengan hidup bersama orang yang tidak ia cintai. Icha akan bahagia saat melihat Dafa bahagia juga." Kataku sambil bersandar di pundaknya.

"Mama ngerti maksud Icha tapi yakinlah sama mama ini yang terbaik buat Icha dan Dafa. Mama mengambil keputusan ini bukan tanpa pertimbangan yang matang sayang. Nanti malem sholat istikharah ya sayang. Pasti nanti kamu tau apa yang mama maksud." Ucap beliau sembari meninggalkanku sendiri dengan tersenyum lembut. "Huuft,,, knapa harus Dafa. " Helaku sambi menerawang menatap matahari terbenam dari atas balkon.

Dafa POV

"Kenapa gak ada acara yang bagus sih !?" Umpatku sambil menggonta ganti chanel hingga akhirnya aku menyerah dan memilih untuk mematikannya.

Aku duduk merenung di sofa kesayanganku. Hufft kenapa harus Icha sih ?! Aku jadi teringat kata kata mama tadi di telepon "Kamu sama Icha akan menikah 3 minggu lagi"

Kaloo inget rasanya pengen teriak keras banget kenapa harus Icha sahabat yang amat sangat aku sayangi !! Seandainya aku menikah dengan orang lain setidaknya aku tidak akan ragu untuk bersikap cuek jadi dia gak bakal betah sama aku. Tapi ini sama Icha, Delisa Restuningtyas alias Icha si unyu munyukku yang tak lain tak bukan adalah sahabat baikku. Dia tahu semua tentang aku. Dia sahabat yang amat sangat aku sayang dan gak mungkin aku menyakitinya. Tapi aku juga gak yakin bisa setia dengan satu wanita.

Icha POV

"Ya Allah apa ini memang jalanmu ?" Lirihku saat terbangun dari tidurku padahal jam kamarku masih menunjukan pukul 4 pagi. Setelah tadi menyempatkan diri sholat tahajud dan sholat istikharah jam 2 pagi aku malah tertidur lagi dan memimpikan ia sebagai jawaban untuk sholatku.

"Apa yang harus aku lakukan ya Allah ? Apa aku hanya diam dan biarkan ini mengalir apa adanya ataukah aku harus bertindak ?" Rancauku

◦°☺☺⌣ ⌣☺☺°◦

Di sinilah aku berdiri berdampingan dengan Dafa sahabat dan sekaligus suamiku sejak. ia mengucapkan "Saya terima nikah dan kawinnya Delisa Restuningtyas binti Irawan dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." beberapa menit yang lalu di hadapan penghulu dan tamu tamu yang memenuhi masjid Hidayah. Dia terlihat tampan dengan pakaian adat jawa lengkap dengan blangkon menghias kepalanya. Kini ia menyematkan cincin pada jariku dan tak tahu kenapa pada saat itulah airmataku terjatuh. Aku sempat mendengar ia berbisik saat melihat airmataku "Tenang cha, kita bisa melewati ini semua."

Ingin rasanya aku menjawab aku gpp fa aku hanya terharu saat mendengar kau melafalkan ijab qobul dengan lancar tadi dan jujur aku bahagia setidaknya bisa melewati hari hari di hidupku kelak bersamamu meskipun aku yakin pernikahan ini tak akan abadi.

Dafa POV

Airmata Icha membuat hatiku teriris, aku paling benci melihat Icha menangis. Aku gak pernah pengen menjadi penyebab Icha menangis. Tapi justru sekarang secara tidak langsung aku membuatnya menangis di hari bahagianya. Aku tahu dia pasti takut menjalani kehidupan rumah tangga kami kelak. Tapi sekarang aku hanya dapat menenangkannya dengan berbisik "Tenang cha, kita bisa melewati ini semua." Huuft Tuhan berikan kami petunjuk akan masalah ini. Aku ingin unyu munyukku bahagia Tuhan.

TBC,,,,

My Friend Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang