Chapter Two

333K 5.6K 181
                                    

Cameron Blake (young, sexy, powerful, and dangerous.)

All rights reserved to SweetImagination

Chapter Two

"Son, son. Wakey wakey."

Aku membuka mataku dan mengedipkannya berkali kali karena cahaya yang masuk secara tiba tiba sungguh membuatku pusing. Aku mengusap wajahku dan melihay daddy ku yang duduk di samping ku.

"Dad?" Panggilku.

"Ya, ini aku." Ucapnya. "Apa kabar, nak?"

Aku bangun dari tidur dan langsung memeluk ayahku. "I miss you, dad."

"I miss you, too, son."

"Kalau orang yang tidak tahu melihatnya, mungkin kalian akan dibilang gay."

Aku dan daddy menoleh, kita melihat pamanku, Akbar. Dia sedang memakan cokelat.

"Uncle, aku mau cokelat nya sedikit." Ucapku, merengek sambil menjulurkan tangan ku kepadanya.

Dia memberikan seluruhnya dan aku mengambilnya dan mengambil cokelatnya lalu melahapnya.

"Ahmad nunggu kamu diluar." Ucap Uncle Akbar.

Aku pun mengangguk dan langsung bangun dari kasur. Aku berjalan keluar kamar dan melihat sepupuku, Ahmad. Aku berlari dan langsung membanting badanku ke atas badan nya.

"Sial lu, Cam." Teriaknya, kesakitan.

"Aku cubit, ya, itu kamu." Ucapku sambil menyentil kemaluan nya.

"Homo, dasar! Pergi!" Teriaknya.

"Kalian sudah besar, masih saja teriak teriak an kayak gitu." Ucap Uncle Akbar.

"Tau tuh, Cameron nya. Homo, ih." Ucapnya.

"Ah cokelatnya jatuh, jadi berantakan." Ucapku saat aku sadar cokelatku sudah berantakan di celanaku.

"Kesel gue denger logat bule lu." Ucap Ahmad.

Aku menendang kepala Ahmad dan berlari. Ahmad pun mengejarku dan aku terus berlari sampai aku terjatuh dan dia menibanku.

"Okay, okay. Bendera putih. Damai." Ucapku.

"Ah! Kau sangat menyebalkan!" Teriak Ahmad.

"Ayolah, jangan baper." Ucapku, sambil mengedipkan mata.

Dia pun seketika terbahak bahak. "Tau juga ya lu, baper. Di New York ada Baper?"

"Tidak ada." Ucapku sambil berjalan menuju ruang TV. Ahmad mengikutiku. "Ada apa mencari saya?"

"Gak kok. I have a news for you." Ucap Ahmad, dengan nada yang tiba tiba berbisik.

"Sepertinya ini hal buruk." Ucapku.

"Jangan berprasangka buruk dulu." Ucapnya sambil memukul belakang kepalaku. Aku pun teriak kesakitan. "Ada pool party, bro." Dia menatapku sambil menggigit bibirnya seakan akan dia sangat ingin menghadirinya. "Kau harud ikut."

"Apa? Kau gila?" Tanyaku, dia seharusnya tahu, bahwa aku adalah anak dari Ryan Blake dan aku juga pemilik dua perusahaan besar Blake Enterprise di New York dan Los Angeles. "Bagaimana dengan paparazzi?"

"Cameron Blake! Kau seharusnya menyenangkan seperti daddymu dulu." Ucapnya sambil mendorong keningku. "Love, pool party ini berada di hotel. Dan semua nya pasti aman. Aku bisa janjikan itu."

Cameron BlakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang