Bagian XXXVI: Sampai Jumpa

14.6K 2.1K 976
                                    

"Ya lagian siapa suruh saya ditinggalin??," gerutu ku via telefon rumah, "pokonya saya gamau tau ya mas nanti malem tuh ransel-ransel saya tunggu di bandara!".

Aku sedang protes via telefon kepada perusahaan bus yang kemarin membawa sekaligus meninggalkan kami di antah berantah sejak aku tidak bisa membuat diri ku tertidur. Aku menuntut perusahaan itu setidaknya untuk mengembalikan tas-tas kami malam ini sebelum keberangkatan Calum, Ashton, Luke dan Michael.

Setelah memberikan informasi dimana tepatnya pintu keberangkatan mereka kepada si penerima telefon, aku lalu menutupnya keras-keras seakan si penerima bisa merasakan betapa jengkelnya aku saat ini.

Ashton tadi sempat mengatakan bahwa ia tidak keberatan jika mereka harus meninggalkan beberapa pakaian. Namun charger ponsel mereka ada di situ dan itulah masalahnya.

Aku dengan muka kusut berjalan ke arah kamar mereka untuk menanyakan tentang kemungkinan mereka yang tidak akan mendapatkan charger mereka kembali kecuali suatu saat aku nyusul ke Sydney untuk menikah dengan Luke.

Muka ku bertambah kusut setelah aku tidak menemukan siapa pun di dua kamar mereka.

Ha.

Bagus ya, empat jam lagi udah mau take off tapi malah keluyuran.

Aku pun berlari kecil ke arah dapur dengan sedikit kepanikan untuk mencari bi Min dan menanyakan keberadaan mereka.

"Bibiiii!," aku ngerem tepat di depan meja pantry, "itu pada kemana sih?? Ko pada gaada??".

Bi min yang lagi ngiris bawang sambil nangis pun menjawab, "ke kampung belakang teh, di rental PS". "Bibi lelah teh sama drama directioners, sebenernya si Zayn tuh maunya apa sih??". Bi min malah marah-marah kepada ku.

Namun tanpa menghiraukan curhatannya yang bagaikan remaja labil itu, aku langsung berlari ke kampung belakang.

Gila kali ya bukannya pada rapi-rapi malah rental PS.

Berasa kampung sendiri amat.

Setelah nekat mencari rental PS yang sebenarnya tak ku tahu letaknya itu, aku akhirnya menemukan tempat tersebut di bagian kampung paling pelosok.

Mereka berempat sedang asik duduk lesehan sambil terus terfokus pada dua tv dengan teriakan-teriakan ala mereka.

"Ah, Janice, hey! Come in, babe, we're playing fifa!," Michael berteriak namun tanpa sekali pun menengokan wajahnya pada ku.

"WEY YANG BENER AJA BUKANNYA SIAP-SIAP MALAH MAEN PS MAGHRIB-MAGHRIB LU YA!," aku berteriak di depan pintu rental dengan berapi-api.

Semua mata seketika tertuju pada ku, kecuali mungkin mereka berempat yang sudah hafal kelakuan ku, jadi mereka malah enjoy meneruskan permainannya.

Akupun melempari mereka dengan sendal-sendal yang nganggur di depan pintu rental. "Ssh, let's go home! Your flight is four hours to go!".

"Hold up!," kata Luke yang kepalanya baru saja ku lemparkan sandal swallow yang udah sekarat. "Five more minutes, I promise".

Aku pun dengan frustasi hanya jongkok di depan pintu rental, menunggu janji lima menit mereka.

Maksudnya, mengapa mereka bisa sebegini santai? Mereka akan kembali ke Sydney empat jam lagi dan sekarang mereka masih asik bermain ps?

Tuhan, kalau bukan karena ancaman uang jajan mama, aku mungkin sudah berendam di bak air hangat saat ini tanpa memperdulikan mereka.

Lima menit ditambah paksaan ku akhirnya mereka menyerah dan membayar rental ps dengan uang tabungan konser bi Min yang lain.

AUSTRALIANS [5SOS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang