02. Kali Pertama

1.4K 123 11
                                    

"Keren deh, Wan, lo tadi di kelas." kata Faye ketika ia berada satu meja dengan Awan di kantin.

Awan mendongak, menatap Faye yang duduk di sebelah kirinya. "Keren apanya?" tanya Awan, meskipun sebenarnya ia tahu apa yang dimaksud Faye, namun baginya hal tersebut adalah hal yang wajar dan biasa saja, kebetulan saja dirinya memperhatikan.

"Keren gitu, berani koreksi jawabannya Pak Jabar. Perhatian banget sama rumusnya." Faye tersenyum dengan manis.

Rumus aja gue perhatiin, apa lagi lo! Itu adalah contoh jawaban yang akan dilontarkan Angkasa kalau sahabatnya itu ada di posisinya saat ini. Tapi, sayang, Awan tak bisa seperti Angkasa, jadi ia hanya tersenyum dan menjawab, "Ya kan udah tau salah, masa gue diemin." Jawaban khas Awan.

Angkasa yang duduk di sisi kanan Awan berusaha keras menahan senyum dan berpura-pura tidak mendengar obrolan canggung itu – sambil menikmati semangkuk mie ayam bakso.

"Iya juga, sih." Faye membenarkan, kemudian menyeruput es teh nya. "Eh, kapan-kapan belajar bareng yuk, Wan."

Penawaran menggiurkan yang mungkin tidak akan datang dua kali. Akan sangat bodoh kalau Awan sampai menolaknya. Jadi, ia memberanikan diri untuk tersenyum dan menjawab singkat, "Boleh."

Mendengar jawaban Awan membuat Faye kembali tersenyum masih dengan sama manisnya. Lagi-lagi, rasanya sulit sekali untuk Awan tidak tertular senyuman dari cewek di hadapannya ini. Jadi, Awan ikut tersenyum, ia selalu suka mengobrol dengan Faye. Yah, meskipun sebenarnya tak banyak hal yang mereka obrolkan selain pelajaran. Tapi, berdekatan dengan seseorang yang kamu suka akan selalu tampak menyenangkan, bukan? Begitu lah yang Awan rasakan.

Lagi pula, rasanya mustahil kalau tidak ada yang menyukai Faye. Ia cantik, berkepribadian menarik, sopan, pintar, berpengetahuan luas – mengingat Awan menikmati obrolan mereka, dan juga dewasa – bukan jenis cewek yang manja atau kekanak-kanakan. Pokoknya, Faye adalah tipe cewek yang bisa dibilang 'Awan banget'. Wajar saja kan, kalau Awan begitu mengaguminya.

Ya, memang benar, Awan menyukai Faye. Dari awal masuk SMA hingga saat ini duduk di bangku tingkat akhir, hanya Faye yang mampu menyedot perhatian Awan lebih banyak dari pada teman-teman cewek lainnya. Hanya Faye yang bisa membuat Awan menyukai seseorang begitu lama meski hanya secara diam-diam. Hanya Faye.

Awan mengakui itu. Untuk saat ini, anggap saja Awan hanya sekadar pengagum rahasia.

***

"Wah, parah lo, Sob!" kata Angkasa sambil setengah tertawa.

Awan mengernyit, bingung. "Apanya?"

"Parah lo, memang nggak bisa deketin cewek. Bisa-bisanya lo ngobrol dengan cewek yang lo suka dan kelihatan lempeng-lempeng aja." Kata Angkasa menjelaskan. Lega, akhirnya ia bisa menyuarakan pendapatnya begitu Faye pergi setelah menyelesaikan makannya.

"Padahal gue ngerasa udah ngomong biasa aja. Nggak jutek." Kata Awan membenarkan diri. Awan serius merasa biasa saja, ia berusaha keras untuk tidak jutek, meskipun ia sendiri tidak paham selama ini jutek seperti apa yang dimaksud oleh teman-temannya. Karena Awan ya memang seperti ini.

Angkasa berdecak. "Kayak gitu nggak jutek? Nggak juteknya lo aja udah kayak gitu ya." Katanya sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Gue udah balas tersenyum, nggak pasang muka kaku." Kata Awan masih membela dirinya.

"Hmm... oke, lah. Kalau itu bisa diterima. Tapi tetap aja, sih. Obrolan kalian masih terlalu canggung. Sama sekali nggak menunjukkan lo tertarik dengan Faye." Simpul Angkasa.

Awan memperhatikan sahabatnya itu – satu-satunya orang yang tahu kalau Awan menyukai Faye. Terkadang, saran dari Angkasa untuk mendekati Faye akan terlalu ekstrem, dan Awan menolak keras untuk mengikutinya. Namun setidaknya ia merasa lega karena ada Angkasa di sisinya untuk memberikan pendapat dari sudut pandang cowok itu. Kalau tidak, mungkin Awan akan benar-benar buta dalam mendekati cewek.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Awan Tidak Lagi Kelabu | #AS3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang