01 - Perkenalkan, Awan

1.8K 163 12
                                    

Siapa yang bilang kalau jadi cowok itu mudah, bisa dengan gampang dan penuh percaya diri mengungkapkan perasaan kepada seseorang yang disukai?

Nggak. Kenyataannya nggak segampang itu. Mengungkapkan perasaan itu nggak pernah gampang, apa lagi kalau kepada teman sendiri, dengan kemungkinan dianggap bercanda atau yang lebih parahnya lagi langsung mendapatkan penolakan. Awan jelas tidak sepercaya diri itu. Yah, meskipun memang banyak sih spesies cowok di luar sana yang akan dengan gampangnya mengobral bualan kepada cewek-cewek. Tapi, Awan tidak termasuk yang satu itu.

"Nyari buku apa?" sapa Awan pada cewek cantik yan juga merupakan teman sekelasnya itu - tampak kesulitan mengambil buku yang dicarinya.

"Statistika, Wan. Bisa tolong ambilin nggak? Tinggi banget," tunjuknya.

Tanpa menjawabnya Awan langsung bergegas mengambil buku yang terletak di bagian atas rak, dan menyerahkannya.

"Makasih ya, Wan," kata cewek itu tulus seraya melemparkan senyum manisnya.

"Santai aja kali, Fay." Awan ikut tersenyum. Sulit untuk tidak membalas senyuman manis teman sekelasnya yang bernama Faye itu.

"Aku ke kelas duluan, ya." Kata Faye mengakhiri interaksi mereka.

Awan mengangguk, mengiyakan. Gadis itu berlalu meninggalkan Awan yang masih terpaku seorang diri menatap kepergiannya sambil tersenyum di antara rak buku yang menjulang di perpustakaan sekolah.

Awan menggelengkan kepalanya, mencoba menyadarkan dirinya sendiri, karena bukan hal yang baik melamun sambil tersenyum-senyum sendiri di tempat umum seperti ini. Akan sangat memalukan kalau sampai murid lain melihatnya.

Awan menatap ke sekitar, memastikan kalau tak ada yang melihatnya bertingkah seperti orang gila yang sedah jatuh cinta. Tetapi, pandangannya berhenti di ujung lorong rak buku itu, di mana Awan melihat seorang murid cewek sedang duduk di meja baca perpustakaan yang tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini. Beberapa buku menganggur dan hanya ditumpuk di sisi kiri gadis itu sementara dirinya tampak serius mencoret-coret sesuatu di atas kertas sambil sesekali menatapnya.

Cewek itu menatap Awan, lalu kembali memfokuskan diri pada bukunya. Aneh. Pikir Awan.

Awan tak ingin terlalu kepedean, jadi dia hanya diam sambil terus menatap cewek itu dari tempatnya berdiri saat ini. Ia bersedekap dada, menunggu gadis di ujung sana menatapnya lagi. Awan berencana menangkap basah gadis itu yang diam-diam memperhatikan dirinya.

Alih-alih memergoki gadis itu menatapnya lagi, Awan justru melihatnya bergegas merapikan meja. Gadis itu tampak terburu-buru pergi dengan membawa tumpukan buku yang nyaris menyulitkan dirinya sendiri.

Mungkin gadis tadi memang tidak sedang menatapnya. Awan saja yang sepertinya terlalu kepedean. Awan menggeleng, tersenyum menyadari kebodohannya sendiri. Ia berjalan menuju meja baca yang ditempati gadis tadi dan menemukan salah satu buku bacaan yang mungkin tak sengaja ditinggalkan.

Dan Brown - The Da Vinci Code. Bacaan yang cukup berat untuk gadis mungil tadi.

Tapi, Awan tak ingin ambil pusing, ini adalah buku bacaan yang sejak tadi dicarinya. Selain buku pelajaran, novel semacam ini yang akan dipilih Awan untuk mengisi waktu luangnya. Awan tersenyum begitu mendapatkan buku bacaan yang diinginkannya. Ia selalu suka membaca tulisan Dan Brown, kisah yang diceritakannya selalu saja bisa membuat Awan memutar otak untuk ikut memecahkan misteri di dalamnya. Sedangkan, kalau kata Angkasa, Awan seperti tidak membiarkan otaknya beristirahat, dan Awan hanya tertawa kecil mendengar perkataan sahabatnya itu. Pantas saja, tidak heran kalau Angkasa sebisa mungkin mengajak Awan bermain play station atau berlatih futsal, katanya supaya Awan bisa sedikit menyegarkan otak dari memikirkan hal-hal yang terlalu rumit. Yah, Angkasa hanya tidak tahu saja, meskipun melakukan dua kegiatan itu, Awan tetap menggunakan otaknya untuk memikirkan berbagai macam strategi dalam mengalahkan lawannya.

Awan Tidak Lagi Kelabu | #AS3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang