Akhirnya, aku mengambil keputusan itu dengan berat hati. "Kasih kesempatan dulu buat Hanny? Please?"

Ken menatapku dengan tampang putus asa. "Lo beneran pingin gue lebih lama jadian sama Hanny?"

Aku mengangguk dengan sikap setegas mungkin.

Ken terdiam lama sekali, lalu akhirnya menjawab, "Nanti gue pikirin lagi, kalo itu emang buat lo bahagia. Gue gak bisa nolak"

Aku kembali mengingat kejadian semalam, kejadian itu masih mengingat dengan jelas kejadian semalam, Ken mengajakku menjadi pacarnya, tetapi aku menolakknya karena salah seorang yang sangat penting dalam hidupku memiliki perasaan yang sana seperti diriku.

Malam itu, tak lama setelah ken pulang dari rumahku, Hanny meneleponku dan memberi tahu bahwa ia sudah jadian dengan Ken. Ternyata Ken menuruti keinginanku. Dan, meskipun itu keinginanku, saat mendengarnya hatiku langsung terasa hampa. Rasanya begitu bodoh, melepaskan kesempatan yang sudah kutunggu bertahun-tahun lamanya, lenyap begitu saja.

Tapi, bagaimanapun caranya aku tak akan pernah bisa untuk bersama dengan Ken, selama Hanny masih menyukainya setengah mati.

Sekarang aku mengacaukan semuanya. Yeah, tadi ingin sekali kukatakan pada Ken bahwa ialah yang membuatku menangis seperti ini. Tapi sebenarnya, akulah yang membuat diriku seperti ini pada diriku sendiri. Aku yang meminta Ken untuk menjalin hubungan(jadian) dengan Hanny. Aku yang bersikap tolol....

"Kay..." suara Ken membuyarkan lamunanku. "Apa yang terjadi?"

"Nope" aku kembali menangis, mengingat kejadian semalam dan melihat perbedaan dari kedekatanku dengan Hanny hari ini.

Lalu, tahu-tahu saja, aku sudah mendapatkan diriku berada di dalam pelukan Ken.

"Ngak apa-apa, nangis aja sesuka lo kay." suara Ken mengalir lembut diatas kepalaku. "Hmm... Gue nggak punya saputangan, tapi karena seragam gue udah terlanjur lecek dan basah karena air mata lo, jadi lo boleh pake sesuka lo."

Kata-katanya membuatku tertawa disela tangisku. "Emang boleh ya ngelucu disaat-saat seperti ini?"

"Yah, namanya juga berusaha buat ngehibur." katanya sambil memelukku lebih erat. Dalam posisi seperti ini, aku bisa mengakses baju Ken untuk dijadikan saputangan dengan lebih mudah.

"Gue kira hanny orangnya berengsek kaya gang diceritain temen-temen sekelas, bahkan kaka kelas yang sering nongkrong bareng gue. Tapi ternyata gue salah. Waktu kita pergi bareng"

lanjut Ken, "gue baru nyadar kalo Hanny ternyata gak seburuk yang dibilang orang-orang. Setidaknya, dia bersikap sangat manis sama lo. Dan keliatan banget kalo lo sayang banget sama dia. Dan malam itu lo minta gue buat jadian sama Hanny, ya mau gak mau tapi gue harus mau, gue nerima itu. Karena gue tau kalo lo gak akan pernah bisa ngalah sama dia. Dan gue benci sifat lo yang satu itu Kay! Gue benci!"

Ada jeda sebentar, Ken menarik nafas dan kembali bersuara, "Jujur, daripada pacaran sama Hanny, gue jauh lebih pengen pacaran sama lo, Kay...!"

Aku tahu, aku tidak anggun, tapi aku tidak bisa menahaan pertanyaan ini, "kok bisa?"

"Lo inget kejadian waktu lo dikejar-kejar anjing dulu?"

Wajahku langsung memerah. Tentu saja aku ingat kejadian memalukan itu. Ken mulai menceritakan kejadian pada waktu itu (the problem with perfect chapt three)

Aku masih ingat ketika Ken menenangkanku yang menangis meraung-raung.

Kurasa, itulah pertemuan pertamaku dengan Ken. Sejak saat itu, aku jatuh cinta dengannya hingga saat ini. Yeah, orang bilang , kejadian saat kau pertama kali jatuh cinta selalu indah, tapi ternyata kejadian pertama aku jatuh cinta dengan Ken sama sekali tidak ada keren-kerennya. Di pihakku, maksudku. Kalau Ken sih kerenya sangat luar biasaaaaa.

Ken masih asik menceritakan kejadian saat itu, sungguh ini membuat pipiku semakin memerah karena menahan malu.

Ken mengangkat daguku dengan satu jarinya, dan tatapan kami pun bertaut.

"Sejak saat itu gue jatuh cinta sama lo, Kay," katanya lembut, "Dan, sampai sekarang belum pernah ada perempuan yang bisa ngeganti posisi lo dihati gue" lanjut Ken, "ya walaupun waktu di California gue sempet coba move on dan menjalin hubungan dengan seseorang, tapi hasilnya apa? Nihil Kay"

Aduh, jantungku berpacu begitu cepat, sampai rasanya mau copot. "Kok kamu gak pernah bilang selama ini?"

"Hmm..., waktu itu kita masih terlalu kecil, dan gak lama bokap minta gue dan nyokap untuk pindah ke California, ikut dengan dia karena ada tugas yang mengharuskan untuk kita pergi kesana. Disana gue juga gak ada berhentinya mikirin dan ngestalkin lo tiap hari, Kay."

Sahut Ken dengan wajah salah tingkah yang lucu. "Dan lo inget kan gue pernah bilang kalo gue terlalu takut untuk ngungkapin perasaan gue? Gue takut, gue takut kalo semuanya gak sesuai dengan harapan gue, dan waktu gue pulang ke indo, si brengsek Dave bilang kalo dia juga nyimpen perasaan lebih ke lo"

"Dave?" Aku terpanjat. Dicintai Ken saja rasanya sudah tidak bisa dipercaya. Apalagi kalau menjadi perempuan yang disukai Ken dan Dave sekaligus!

"Yeah, ngeselin ya?" kata Ken jengkel. "Tapi waktu kemarin malem itu, gue udah bener-bener gak mikirin Dave lagi. Pertama kali pergi sama lo, gue fikir lo akan jadi perempuan yang ngebosenin dan bikin gue ilfeel. Tapi nyatanya, lo persis seperti yang gue mau, Kay. Bahkan lebih"

Tatapan Ken berubah lembut saat membelai rambut di pelipisku. "Lo manis dan lembut, tapi punya selera humor yang bagus dan sering tertawa. Lo gak suka berdebat, tapi bisa bikin orang-orang ngerti persaan lo dengan sikap diam lo itu. Lo gak ngebiarin hal-hal kecil bikin lo kesel"

"Lo tau semua itu dari sekali pergi bareng?" tanyaku heran.

"Iya," sahut Ken sambil tersenyum. "Soalnya, selama kita pergi, gue terus-menerus merhatiin lo, walaupun diem-diem."

Gila rasanya melayang banget. Belump pernah aku mendapatkan kata-kata yang begini manis dari seorang cowok.

"Terus soal Hanny? Lo tetep mau kan jalanin hubungan sama dia?? Please Ken"

"Lo tuh orang teregois, Kay. Gue pengen lo jawab jujur. Tatap mata gue, gue pengen tau kejujuran lo"

Aku menatap mata Ken, "lo suka kan sebenernya sama gue?"

Aku tergagap mendengar pertanyaan yang diberikan Ken, "g-gue.. Gue..."

Ken mengangkat satu alis matanya, "Stop it, Kay. Gue tau lo juga punya perasaan yang sama dengan gue. Tapi lo terlalu munafik dan terlalu baik. Sampai-sampai lo rela, lo rela hati lo menderita demi melihat sahabat lo bahagia."

"Bukan itu Ken"

Ken kembali menatapku, "terus apa? Okay, gue akan sanggupin semua kemauan lo ini. Tapi dengan syarat, kalo hati lo udah bener-bener gak sanggup. Tolong Kay, tolong lo jujur ke gue. Dengan senang hati gue akan menyudahi semuanya"

Ken menariku kedalam pelukannya. Ken memelukku dengan sangat erat dan membelai kepalaku lembut, tak terasa air mataku kembali menetes.

•••••••

Yoyoyo, i'm back!!! Ada yang kangen?? Krik..krikk...
Maafkan diriku kalo lama update yaa readers. Heuheu..

Ps: di mutimeldia ada pict KEN.....

The problem with perfectDonde viven las historias. Descúbrelo ahora