9. No Comment

210K 7K 28
                                    

Valen POV
Tak lama setelah Aren masuk ke dalam bathroom, gadis itu pun keluar mengenakan celana jins panjang berwarna biru tua serta baju kaos hitam yang membalut tubuhnya.

"Mau kemana kamu, dek?" tanyaku.

"Mau ngemil." jawabnya lalu mengambil beberapa camilan di kantung plastik yang dibawa oleh Raina tadi. Aku pun kembali fokus pada pembicaraan dengan Adam.

------

Kira-kira pukul 9.30, Adam pamit untuk bersiap-siap menghadiri meeting di ballroom hotel ini, begitu pun denganku.

"Ren, kamu di sini aja, yah. Kakak mau meeting di ballroom." kataku sambil memasang dasi.

"Beres bos." ujarnya tidak mengalihkan perhatian dari ponsel yang ia pegang.

"Abis kakak meeting kita langsung balik Jakarta."

"Iya, kak."

"Baik-baik di sini."

"Iya."

"Kakak pergi yah." Aren langsung menatapku dengan wajah datarnya.

"Udah sana buruan!! Daritadi pamit-pamit mulu. Sana gih." hm, anak itu seenaknya saja mengusirku.

"Pake ngusir lagi. Nggak kakak akuin adik baru tau rasa kamu."

"Hii... Adek atut bang. Emang lu berani gitu kak nggak ngakuin gue sebagai adik lu?"

"Iyalah."

"Please deh kak. Baru gue tinggal camping waktu itu aja lu udah kangen, menghawatirkan gue tralala. Gimana nanti kalau lu udah nggak akuin gue sebagai adik lu?"

"Apadeh, itu sih beda urusan."

"Yaelah bang, serah lu deh."

"Udahlah, kakak pergi yah."

"Ho oh. Meetingnya lancar ye bang."
aku melihat adikku sekali lagi. Rasanya berat meninggalkan gadis itu kali ini. Padahal kutinggal pergi keluar kota pun rasanya biasa saja.

"Kak." terdengar suaranya memanggilku.

"Apa?"

"Nih, ponselnya ketinggalan."

"Hm, kirain mau bilang kalau pengen ikut."

"Yaelah, jadi obat nyamuk aja kalau gue ikut ama lu, kak." Aku hanya tersenyum menanggapi perkataannya itu.

"Yaudahlah kalau gitu, gue antar lu ampe lift, kak." ujar Aren mengembangkan senyum manisnya.

"Tumben kamu kaya gitu." ucapku dan ia langsung mengerucutkan bibirnya.

"Gue lagi baik nih kak. Kalau nggak mau sih yaudah." Segera aku merangkulnya keluar dari kamar dan kami berjalan beriringan ke arah lift.
Setelah mengacak poni Aren, aku langsung masuk ke dalam lift, turun ke lantai 27 tempat kami akan melangsungkan meeting.

Author POV
Setelah mengantar kakaknya ke lift, Aren kembali ke kamar dan mencomot berbagai camilan sambil menonton film kartun yang hanya tayang di Minggu pagi pada channel TV swasta. Kemudian, gadis itu membuka ponselnya yang terdapat notification line dari Didi.

"Ren!! Woi Aren!!"

Begitulah pesan baru yang terdapat di dalam kolom percakapan line dari sahabatnya itu.

"Apa sih, Di?" balas Aren. Tak lama kemudian, balasan pun masuk.

"Gue sepi nih di apartemen!!"

"Terus?"

"Ish.. Sok nggak peka lu. Cepet-cepet pulang gih!"

"Lu pikir gue betah di sini? Gue juga lagi sepi nih di kamar, kak Valen pergi meeting ke lantai bawah."

"Hari Minggu masih meeting juga? Ckckck."

"Itu dia. Malah gue belum ke gereja, lagi."

"Kacian deh. Ntar nyampe Jakarta baru gereja lu."

"Iya, gampang itu mah."

"Udah dulu ye, gue mau renang dulu di bawah. Bye."

Aren kembali fokus pada film kartun setelah membaca pesan itu. Tak lama, matanya terasa berat dan perlahan-lahan mulai terpejam.

----

Entah sudah berapa lama gadis ini tertidur. Yang ia tahu, sekarang jam sudah menunjukkan pukul 1.29 siang. Matanya melebar melihat hal itu.

"Huaahh!! Kak Valen!!" teriak Aren histeris. Seingatnya, Valen mengatakan bahwa meeting akan selesai pada jam makan siang yang berarti jam 12. Dan sekarang sudah hampir setengah dua? Di mana kakaknya berada saat ini? Segera ia menyambar ponsel yang berada di nakas.

5 missed call from Valen Kusuma
___________________________
Valen Kusuma
"Selesai meeting, kakak ke kamar tp km lagi tdr. Sekarang kk ke puncak mau ninjau lokasi buat..."
___________________________
Valen Kusuma
"Aren, telpnya diangkatlah dek. Masih tdr kah?"
___________________________
Valen Kusuma
"Kamu pulang bareng Adam aja ke jkt. Kakak udah ngomong sm dia kok. Set 2 dia ke kamar jemput..."

Begitulah kira-kira notifikasi yang terpampang di layar ponsel Aren saat ini. Belum sempat ia mengekspresikan kekagetannya, bel kamar tiba-tiba berbunyi.

CEKLEK

Seketika gadis itu membulatkan matanya melihat tubuh orang berbalutkan jas formal berdiri menjulang di depannya, sedangkan di balik kacamata hitamnnya orang itu hanya menatap dingin pada Aren.

"Cepatlah sebelum saya berubah pikiran" kata orang tadi yang tak lain tak bukan adalah Adam.

Aren masuk untuk mengambil barang-barangnya. Ia tak percaya kakaknya begitu tega meninggalkan dirinya bersama dengan pria dingin macam Adam. Memang pria itu sering tertawa dan tersenyum jika sedang bersama Valen, akan tetapi jika bersama dengan Aren? Hell ya, kita sudah tahu bagaimana sikap Adam. Dingin, datar, perkataan tajam bersama dengan senyum miringnya. Yah, begitulah kira-kira.

Dalam hitungan detik, Aren sudah keluar dari kamar menenteng satu kantung plastik ukuran sedang yang berisi camilan, charger ponsel, domper, sisir dan benda yang paling dibutuhkan wanita jika sedang datang bulan.

"Let's go." ujar Aren lesuh setelah menutup pintu kamar sambil memasukkan president suite room card ke dalam dompetnya. Saat sudah berada di dalam lift, Adam memencet tombol 1, lantai di mana lobby berada.

"Jadi kak Valen emang ke Puncak, om?" tanya Aren mendongakkan kepalanya pada Adam yang berada di sampingnya.

"Hm." jawab pria itu sangat acuh dan hanya terfokus menatap ponsel yang berada di genggamannya sekarang.

"Lagi ngapain sih om sama ponselnya? Oh, gue tau. Pasti lu lagi update twitter kan? Pasti tweet lu kaya gini om; "hih, sebel deh se-lift sama cewek yang bawelnya tralala." ucap Aren sok tahu.

"Maaf anak kecil, saya tidak ada waktu untuk hal tidak penting seperti itu."

"Yayaya."

"Oh dan ya benar, saya kesal satu lift dengan anak kecil banyak omong dan sok tahu seperti kamu." Adam menolehkan wajahnya sedikit pada Aren. Ingat! SEDIKIT.

"Yaileh, bahasa lu formal banget om. Males gue."

Ting

Lift terbuka menampakkan lobby hotel yang ramai. Adam berjalan dengan cepat, tak mengindahkan Aren yang memanggil-manggilnya dari belakang.

Tbc.....
Lanjutan di part berikut->

My Sexy Little GirlWhere stories live. Discover now