CHAPTER 2 - THE PATH THAT I CHOOSE

136 12 2
                                    

Aku menaiki bus yang lewat didepan sekolahku untuk pergi ke stasiun Sendai.

Saat ini semua transportasi dalam kota sudah disubsidi penuh oleh pemerintah, sehingga aku tidak perlu membayar sepersenpun. Bus yang kunaiki menggunakan listrik sebagai tenaganya, karena sudah sangat jarang mobil di Jepang yang memakai bahan bakar minyak seperti bensin.

Sesampainya di stasiun Sendai, aku berjalan kaki sejauh 350 meter untuk menuju kuil yang terletak di dekat stasiun. Tujuanku kekuil adalah untuk mengetahui tentang potensi skill yang kumiliki, dan tentunya tempat yang paling memungkinkan untuk bertanya tentang skill 'Soul Gathering' adalah di kuil ini.

Setelah 5 menit berjalan, aku sampai didepan kuil. Bangunan kuil tersebut dikelilingi oleh apartemen dan gedung.

Seketika itu juga aku langsung disambut oleh seorang gadis muda, ia berpakaian lebar berwarna putih, dengan rok lebar berwarna merah yang panjangnya sampai mata kaki.

Ia adalah orang yang mengabdikan diri untuk kuil, dan dinamai dengan sebutan Miko.

Tugas utama miko adalah memimpin ritual, menari, menjual tiket masuk kuil, menjual jimat keberuntungan, dan membersihkan kuil.

Tampaknya belum ada orang yang berkunjung ke kuil hari ini, karena ini masih jam 2 siang dan biasanya orang berkunjung ke kuil pada waktu sore hari. Hal ini segera kumanfaatkan untuk menanyakan tentang skill yang kumiliki, karena sang miko tampaknya juga sedang tidak sibuk.

Aku langsung membungkukkan badan dan mengucapkan salam.

" Halo selamat siang, tujuanku kesini adalah untuk menanyakan tentang kemampuan supranaturalku. Aku baru dibangkitkan kekuatannya pada hari ini, dan besok aku harus memilih jurusan. "

Sang miko tampaknya agak terkejut dengan maksud kedatanganku, lalu ia balas membungkukkan badannya.

Di Jepang terdapat budaya membungkukkan badan untuk mengucapkan salam, budaya tersebut dikenal dengan nama Ojigi. Kadang sikap membungkukkan badan ini terlihat juga saat orang sedang bercakap-cakap secara intens, hal ini dilakukan untuk menunjukkan rasa hormat terhadap lawan bicara.

Setelahnya ia melipat kedua tangannya, dan mengetuk siku tangan kanannya dengan jari tangan kirinya, dari gerak-geriknya tampaknya ia bingung dengan pertanyaanku.

" Jarang sekali ada orang yang kesini untuk menanyakan kemampuan supranaturalnya, tapi aku akan coba bantu sebisanya, coba perlihatkan skillmu."

Aku segera menunjukkan display skill dan statusku, lalu sang miko mulai memberikan pendapatnya.

" Hmmm.. Aku belum pernah mendengar skill ini sebelumnya. Pihak pemakaman juga tidak membutuhkan kemampuan supranatural untuk mengurus makam, karena mengurus makam bisa dilakukan orang biasa tanpa kemampuan supranatural."

"......."

Mendengar hal itu aku jadi tertunduk lesu.

Aku tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan.

Skill ini benar-benar tidak berguna untuk diterapkan di dunia kerja, bahkan pekerjaan yang direkomendasikan howlet yakni sebagai penjaga makam juga tidak bisa dilakukan.

Tapi aku tidak akan putus asa, dan aku memutuskan untuk bertanya lebih lanjut kepadanya.

" Apa ada hal lain yang bisa kulakukan dengan skill ini? Tolong pendapatnya... "

Sang Miko segera mengerutkan dahinya, dan memegang dagunya dengan tangan kiri, setelahnya ia menggaruk kepalanya.

Tampaknya memang dia tidak tahu harus menjawab apa.

Du hast das Ende der veröffentlichten Teile erreicht.

⏰ Letzte Aktualisierung: Sep 16, 2015 ⏰

Füge diese Geschichte zu deiner Bibliothek hinzu, um über neue Kapitel informiert zu werden!

LIFE WITH//OUT MAGICWo Geschichten leben. Entdecke jetzt