Chapter 23: The Last Kiss

13.9K 659 18
                                    

Anna Pov

Sinar matahari mengusik tidurku yang nyenyak. Aku pun mulai membuka mataku dan merasa kepalaku yang terasa sakit. Mataku juga terasa berat. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali hingga aku bisa melihat sekeliling. Satu kesimpulanku. Ini bukan kamarku. Apa yang terjadi semalam ?

Aku menatap langit-langit kamar ini sambil berfikir. Secara otomatis bayangan kejadian semalam berputar dikepalaku. Aku kembali merasakan perasaan kosong dan sakit dihatiku. Air mataku jatuh secara otomatis. Aku membiarkan kedua mataku mengalir air mata kembali. Sungguh ini benar-benar sangat menyakitkan.

Aku berusaha bangkit, ingin mencuci muka dan menenangkan diriku. Tapi tubuhku seperti jelly sekarang. Aku kembali ambruk di kasur. Aku memilih pasrah dan membiarkan sakit itu memenuhi diriku. Air mataku sudah seperti keran yang dibuka.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan menampilkan seorang laki-laki yang terlihat tidak asing bagiku. Dia sedang memegang sebuah baskom ditangannya. Dia berjalan cepat kearahku ketika melihatku menangis. Dia langsung meletakkan baskom di nakas dekat kasur dan duduk sambil menyentuh pipiku. Saat dia menyentuh pipiku air mataku semakin deras.

"Ssssttt... Anna. Tenanglah." ucapnya untuk menenangkanku sambil mengusap kepalaku.

Aku masih terus terisak dan walau sudah mulai membaik.

"Tenang Anna." Dia terus mengusap kepalaku dengan tenang.

Lama kelamaan aku berhenti menangis. Dia mengusap kedua pipiku yang basah karna air mata. Aku menatap lekat kedua matanya itu. Dia membalas tatapku dengan senyumnya.

"Semalam kau demam dan ya kau pingsan di jalan. Aku tidak mungkin meninggalkanmu jadi aku membawamu ke penthouseku." jelasnya. Dia mengambil lap basah yang sudah terjatuh kesamping karna aku tadi menangis.

"Terima kasih." ucapku singkat.

"Better ?" Aku mengangguk pelan ". Akan aku bawakan makanan. Tunggulah disini." Dia segera berdiri dan hendak berjalan keluar.

"Tunggu." Dia berbalik dan menatapku bingung. "Aku mau ke kamar mandi." Dia malah menaikkan alisnya. " Mau mandi. Menyegarkan pikiran. Kakiku lemas sekali. Jadi bisakah..."

"Oke." Dia berjalan kearahku dan menggendongku ala bridal style lalu membawaku ke kamar mandi. Dia mendudukanku di pinggiran bath tube. "Ada sabun disitu dan handuk di sini." Dia menunjukkan letak sabun dan handuk yang tidak terlalu jauh daru bath tube agar aku bisa meraihnya. "Kutunggu 15 menit. Baju akan aku siapkan di kamar."

"Terima kasih." Dia membalasku dengan senyuman manisnya lagi.

-

15 menit kemudian aku sudah duduk di kasur kembali dengan baju yang sudah disiapkan. Dress selutut berwarna biru muda. Aku menggerai rambutku yang masih basah. Setelah mandi dan berendam sedikit, perasaanku mulai membaik. Setidaknya tidak seperti tadi. Tubuhku juga tidak lagi selemas tadi.

Tak lama dia masuk sambil membawa nampan berisi nasi goreng dan segelas susu. Dia meletakkannya di meja yang ada di tengah kamar.

"Makanlah dulu." ucapnya pelan. "Kemarin aku memanggil dokter ketika kau demam. Katanya pola makanmu tidka teratur dan juga seperti kurang istirahat dan lagi banyak pikiran."

Pikiranku melayang ke beberapa hari belakangan ini. Pekerjaan menumpuk dan juga aku lebih sering bergadang. Jadi wajar aku demam. "Terima kasih." balasku singkat.

Aku berdiri dari kasur dan berjalan menuju meja. Aku duduk dan melahap makanan di depanku. Dia hanya duduk memperhatikanku makan. "Kau tidak makan ?" tanyaku sambil meminum susu coklatku.

Now You're MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang